22

2.2K 254 1
                                    

Margaret mengerjap - ngerjapkan matanya pelan saat ia merasa bahwa ada seseorang yang tidur di sebelahnya. Ia meraba - raba lagi dengan tangannya, sedetik kemudian ia tersenyum. Ia mengenali pemilik rambut - rambut halus tersebut.

Margaret menoleh kemudian menemukan Kenneth tertidur di sebelahnya dengan tenang. Tangan lelaki tersebut sangat kokoh, pasti pemiliknya mengasahnya dengan baik. Margaret baru saja melihat sebuah luka gosong yang berada di lengan kiri Kenneth. Ia merabanya sebentar sambil menerka - nerka bagaimana lelaki itu bisa mendapat luka tersebut. Ia sudah sering melihat luka tebasan pedang di tubuh Kenneth, namun ini pertama kalinya ia melihat luka kecil yang berbentuk lonjong itu.

"Itu adalah bekas panah beracun sehingga menimbulkan bekas kehitaman." Tiba - tiba saja lelaki itu terbangun. Ralat, Kenneth sudah sadar semenjak Margaret mengelus dadanya tadi.

"Kau membuatku terkejut, Yang Mulia."

"Benarkah ?" Kenneth menoleh sambil tersenyum. Perempuan itu segera menyambut Kenneth dengan kecupan hangat bibirnya.

"Aku membayangkan berapa banyak luka yang kau dapat selama menempuh jalan menuju takhta."

"Tidak bisa dihitung. Tidak mudah, aku tahu"

"Kelak aku akan memberitahu anak kita bahwa ayahnya adalah raja yang pemberani." Margaret tersenyum manis setelahnya. Kenneth tak bereaksi apapun. Lelaki itu justru mengelus kepala Margaret kemudian mencium keningnya dalam - dalam.

"Anakku kelak harus tahu bagaimana perjuangan ibunya bertahan hidup untuk mencapai Dakota." Kenneth terdengar sangat manis.

"Hanya dengan bermodal peta dan sedikit uang, aku berhasil masuk ke perbatasan Bolova. Sedikit lagi menuju Dakota namun prajuritmu yang membelot lebih dulu menangkapku." Ia tertawa disana.

"Aku harap kau tidak marah karena aku telah menghabisi salah satu panglima terbaikmu." Sambungnya. Kenneth awalnya hanya diam mendengarkan namun kini ia ikut tertawa.

"Apakah aku harus menjadikanmu panglima saja ? Ikut denganku menuju medan perang ?"

"Tidak terima kasih, aku sudah melewati banyak perang dalam diriku sendiri. Lagi pula kau tidak akan pergi ke medan perang, kau sudah menjadi raja. Aku akan menjadi panglimamu, tentu saja. Aku akan menjadi orang yang selalu melindungimu, kau bisa mengandalkan aku." Perempuan itu tersenyum penuh arti. Kenneth menatapnya dalam. Ia menyibakkan rambut Margaret sambil mengulurkan jarinya untuk mengusap lembut pipi perempuan tersebut.

"Aku ingin melihat mata ini setiap aku bangun tidur. Mata dari singa betinaku yang hebat ini."

"Ken..." Sedetik kemudian Margaret memeluk lelaki itu erat - erat.

"Aku tidak bisa mengungkapkan betapa bersyukurnya aku menemukanmu. Aku kira aku tidak akan pernah mencapai Dakota." Ujarnya dengan suara bergetar.

"Kau sampai, Margaret. Kau sudah sampai di rumahmu." Kenneth benar - benar sangat lembut pada Margaret. Sifatnya 180 derajat berbeda saat ia berdua dengan perempuan tersebut. Kenneth sama sekali tidak kejam, lelaki itu juga jauh dari kata dingin seperti yang dibicarakan banyak orang. 

"Yang Mulia, aku baru saja ingat sesuatu. Aku ingin bertanya, apa yang terjadi pada anak perempuan di Keluarga Days ?" Kenneth spontan mengernyit saat Margaret bertanya demikian.

"Bukankah kita sudah pernah membahasnya ? Aku tidak membedakan antara anak laki - laki dan perempuan."

"Bukan, saat itu kita membicarakan pemimpin kerajaan. Namun kemarin, Elise tidak sengaja mengucapkan sesuatu. Seperti..."

"Seperti apa ?" Kenneth benar - benar tak sabar mendengarnya sedangkan Margaret masih menata kalimatnya.

"Jadi aku berkata padanya aku ingin memiliki dua anak, laki - laki dan perempuan. Namun tiba - tiba ia berkata 'Apakah kau tidak tahu apa yang terjadi pada anak perempuan di Keluarga Days ?' Seperti itu. Aku bertanya apa maksudnya tetapi ia tidak menjawab. Dia menyuruhku lebih baik bertanya padamu saja." Margaret menirukan gaya bicara Elise kemarin sore. Ia sangat tenang saat menanyakan hal tersebut pada Kenneth padahal Kenneth tahu jawabannya tak seindah ekspetasi Margaret sendiri.

COLD DAYS - Bride for The KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora