59

1.6K 140 8
                                    

Margaret telah merias dirinya secepat mungkin. Perempuan itu menggunakan gaun berwarna abu - abu dengan rambut yang diikat sebagian. Rowena dan Elise terus meliriknya sejak tadi sembari menahan senyumnya. Margaret layaknya orang yang baru saja jatuh cinta.

"Aku yakin Yang Mulia Raja tidak akan menyangka kau punya rambut baru." Goda Elise.

"Tentu, ia harus terpukau." Margaret tersenyum sendiri disana. Setelah cukup lama ia memilih, pilihannya jatuh pada sebuah hiasan rambut berwarna perak. Margaret menatanya sendiri di rambutnya sehingga perempuan tersebut benar - benar siap dengan kejutan Kenneth.

"Apakah Yang Mulia Raja akan merayakan sesuatu denganmu, Yang Mulia ?"

"Aku tidak tahu, Rowena. Yang Mulia Raja penuh dengan kejutan." Margaret berbalik kemudian bangkit dari kursinya.

"Apakah aku sudah cantik ?" Tanyanya dengan wajah yang berseri - seri. Elise tersenyum sesaat dengan tatapan yang tak dapat dideskripsikan. Senyum Margaret surut perlahan, membuat Elise menghampirinya kemudian memeluk perempuan tersebut.

"Sudah ku bilang, dengan wajah secantik ini kau tidak mungkin gagal memikat siapapun, termasuk Yang Mulia Raja sekalipun." Ujarnya mendalam.

"Elise, aku senang sekali mendengarnya." Margaret juga ikut terharu.

"Margaret !" Tiba - tiba saja suara teriakan terdengar dari bawah. Margaret segera melepas pelukan tersebut kemudian keluar dari kamarnya. Elise dan Rowena juga tak kalah, mereka ikut berlari pelan di belakang Margaret untuk melihat apa yang dilakukan Kenneth saat ini.

Margaret terdiam sesaat di balkon. Ia menutup mulutnya sendiri, terkejut dengan apa yang ia lihat di bawah sana. Kenneth datang dengan empat prajurit yang berada di belakangnya. Sebuah kain putih terbentang sangat lebar, setiap sisinya dipegang oleh satu orang prajurit sehingga Margaret dapat membaca tulisan yang berada di kain tersebut.

"Mari berkencan !" Tulis Kenneth disana.

"Aku mencintaimu, Ken !" Margaret berteriak sangat keras dari atas supaya Kenneth dapat mendengarnya. Bukan hanya Kenneth, tetapi semua orang yang berada di sekitar sana dapat mendengar suara Margaret saat ini. 

"Aku mencintaimu, Margaret !" Balas Kenneth dari bawah. Ia tersenyum lebar, sangat lebar hingga membuat Rowena dan Elise meneteskan air mata. Margaret dan Kenneth adalah hal yang paling manis yang pernah lihat di dunia ini.

Perempuan itu beranjak turun dengan cepat. Walaupun begitu, ia tetap hati - hati dengan tetap berpegangan pada tepi tangga. Ia ingat bahwa ia sedang hamil sehingga Margaret tak akan teledor. Begitu ia sampai di bawah, ia segera menghampiri Kenneth yang tetap berdiri di tempatnya semula.

"Ken..." Belum sampai Margaret menyapanya, Kenneth sudah lebih dulu mencium Margaret dengan lembut. Tak ada lagi rasa canggung dalam diri Kenneth untuk mengekspresikan perasaannya. Hubungan memang tak untuk diumbar namun sangat wajar untuk menunjukkan eksistensi mereka disini. Bagaimanapun juga istana ini adalah rumahnya dan Kenneth selalu memegang prinsip bahwa ia tak boleh membiarkan dirinya sendiri maupun Margaret merasa terkekang di dalam rumah mereka sendiri.

"Kencan ?" Margaret tersenyum malu disana.

"Tentu saja. Bayangkan ada danau, angsa, dan pohon yang teduh. Bukankah kau merindukan suasana seperti itu ?"

"Tetapi ini musim dingin, Yang Mulia. Apakah ada hal seperti itu saat ini ?" Tanyanya skeptis.

"Ada. Di perbatasan Dakota dan Lavedette. Kau akan terkejut melihat tenangnya suasana disana."

"Baiklah, aku suka ide itu." Margaret tertawa disana kemudian ia menggandeng lengan Kenneth seperti biasanya.

Viktor hanya memperhatikan mereka sejak tadi dari teras paviliunnya. Ada Marriandra disana, kebetulan wanita tua itu sedang dipanggil Viktor untuk membantunya mencari arsip lama yang sangat ia butuhkan saat ini. Dari semua orang di istana ini, hanya Marrianda lah yang tahu bentuk arsip tersebut karena hanya ia dan Viktor yang pernah melihatnya.

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now