26

2K 203 0
                                    

Sebagai tuan rumah yang menggantikan Kenneth, Margaret menjamu Helena dengan baik. Ia menuangkan teh dan menyuguhkan makanan ringan yang telah disiapkan oleh beberapa pelayan. Helena meminum tehnya dengan tenang sambil menatap jauh ke depan. Ia sedang memikirkan sesuatu disana.

"Kau sudah bilang pada Elise bahwa kau disini ?"

"Sudah." Sahutnya cepat.

"Yang Mulia Raja melarangku untuk kembali sehingga ia memerintahkan seorang pelayan untuk mengabari Elise." Sambungnya.

"Pakaianmu ?"

"Aku tidak membawa apapun kemari namun aku punya pakaian disini." Hal tersebut terdengar sangat gila namun Margaret sama sekali tak ragu menjawabnya, membuat Helena spontan menoleh.

"Pasti menyenangkan menjadi kekasih raja."

"Apa itu sebuah pujian atau sindiran ?"

"Keduanya." Timpal Helena dengan sinis.

"Pakaianmu bahkan berada di kamar raja. Kau pasti sangat spesial baginya."

"Tentu saja." Sahut Margaret dengan bangganya. Ia sengaja memantik Helena agar wanita itu menjaga kata - katanya sebelum berbicara padanya. Helena tertawa singkat, tak percaya dengan apa saja yang baru saja dikatakan Margaret.

"Aku penasaran apakah Kenneth berhasil merayumu atau tidak. Beberapa hari yang lalu ia mengunjungiku dan mengutarakan rencananya untuk membatalkanmu naik takhta." Helena seakan tak kehabisan cara untuk saling melempar kalimat yang mematikan. 

"Ah, itu. Kami sudah berdiskusi panjang."

"Bagaimana hasilnya ?"

"Aku rasa itu urusan pribadi kami, ibu suri. Namun aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku akan pindah ke Monza begitu Yang Mulia Raja sudah sehat kembali. Barangku sedang dikemasi." 

"Sudah ku duga, kau tidak akan melepaskannya begitu saja."

"Kata siapa, ibu suri ? Kau terlalu banyak menebak." Ujar Margaret dengan lugas. Ia tersenyum disana walaupun Helena tahu bahwa perempuan itu tidak sepolos yang ia kira.

"Oh, apapun yang terjadi sepertinya kau tetap akan menang banyak." Helena tak banyak berkomentar. Ia bangkit sambil menatap Margaret.

"Aku akan pergi sekarang. Sampaikan pada Yang Mulia Raja bahwa aku kemari."

"Tentu saja." Margaret tersenyum singkat disana.

"Selamat bertemu tiga hari lagi." Justru Margaret adalah orang yang pertama kali pergi dari sana. Helena masih berpikir apa yang dimaksud dengan 'tiga hari lagi'. Namun ia sadar begitu saja saat ia ingat bahwa itu adalah hari pernikahan Kenneth dan Margaret.

***

Kenneth terbangun di tengah malam saat ia menyadari bahwa suasana benar - benar senyap. Ia memfokuskan pandangannya sambil berusaha mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan. Lelaki itu tersenyum saat melihat Margaret duduk di kursi sambil memegang sebuah buku, pemberian Kenneth sebulan yang lalu. Perempuan itu tertidur pulas disana. Kenneth tersenyum kemudian bangkit dari ranjangnya. Ia mengambil sepotong apel yang ada di sebelah Margaret. Perempuan tersebut benar - benar menyukai buah. Selalu ada buah kemanapun ia pergi.

"Permaisuri..." Panggilnya pelan sambil mengelus rambut Margaret. Perempuan itu spontan terbangun dengan tatapan terkejut sekaligus bingung.

"Sejak kapan kau datang ke kamarku, Yang Mulia ?"

"Kau berada di kamarku."

"Benarkah ? Ah, aku pasti lupa. Aku tidak tahu mengapa aku tertidur disini." Margaret bersumpah bahwa ia benar - benar terlihat bodoh saat ini. Ia merasa canggung di depan Kenneth.

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now