56

1.3K 138 0
                                    

Kenneth tak ingin tidur di kamarnya untuk sementara waktu. Cerita perselingkuhan Viktor dan Sophia selalu terngiang - ngiang di kepala Kenneth. Kamar yang mereka gunakan sama dengan kamar yang digunakan Kenneth saat ini. Tentu saja karena peristiwa tersebut terjadi di kamar raja.

Margaret sendiri tak kunjung tidur sejak tadi. Ia mengira Kenneth telah terlelap sedangkan ia sendiri masih terjaga di lengan lelaki tersebut. Kenneth juga mengira bahwa Margaret telah tidur karena perempuan itu tak bergerak sama sekali. Sejujurnya, tak ada dari mereka yang tidur namun mereka tak saling tahu. Terutama Margaret, ia ingin mematuhi perintah Kenneth untuk segera tidur mengingat ia harus memiliki cukup waktu untuk beristirahat.

Karena Margaret tak kunjung bisa tidur, ia memutuskan untuk memainkan rambut - rambut halus di dada Kenneth seperti biasanya. Kenneth tentu saja terkejut saat ia tahu bahwa tangan Margaret masih bergerak. Itu artinya perempuan tersebut masih terjaga.

"Kau belum tidur ?"

"Ya Tuhan, aku terkejut Yang Mulia ! Kau juga belum tidur ?"

"Belum." Jawabnya singkat. Margaret bangkit kemudian duduk di sebelah Kenneth. Ia memperhatikan wajah lelaki itu lekat - lekat.

"Aku selalu mengacaukanmu dengan ucapanku. Terkadang aku sangat kesal dengan diriku sendiri." Margaret benar - benar menyesal, tidak seharusnya ia menceritakan hal seperti itu pada Kenneth tadi sore. Kenneth justru tersenyum lebar pada Margaret. Tangannya terulur untuk mengelus wajah Margaret.

"Tidak, permaisuri. Ada hal - hal yang memang harus ku dengar. Terima kasih untuk tidak menyembunyikan hal seperti itu dariku. Aku marah, tentu saja. Tapi itu hanya sesaat. Selebihnya aku lega karena tak ada pertanyaan lagi dalam benakku."

"Kau sangat kuat, Yang Mulia. Itu sebabnya kau dilahirkan untuk menjadi raja." Ujarnya mendalam. Kenneth tersenyum miring sembari memainkan rambut Margaret.

"Aku tidak akan sekuat ini bila aku tidak pernah bertemu denganmu. Terima kasih telah menjadi penguatku dalam melewati semua masalah."

"Tentu saja, kita akan saling menguatkan." Margaret tersenyum yakin. Ia merebahkan tubuhnya tepat di atas Kenneth, menikmati irama detak jantung lelaki itu sembari berandai - andai sendiri di otaknya.

"Aku lega sekali saat menceritakan semuanya padamu. Aku tahu hal ini pasti akan merusak perasaanmu. Tetapi aku jauh merasa terbebani karena menyembunyikannya begitu lama darimu. Maafkan aku, Yang Mulia."

"Tenang, aku akan melupakan semuanya mulai saat ini. Aku tak peduli lagi dengan mereka dan apa yang terjadi selanjutnya. Lagi pula bila dipikir - pikir lagi, itu adalah masa lalu. Semarah apapun aku, tetap saja tak ada yang bisa ku ubah."

"Benar sekali." Margaret menoleh kemudian ia mengecup Kenneth. Sejujurnya itu hanya kecupan singkat, namun Kenneth enggan melepasnya sehingga Margaret mau tak mau harus mengikuti lelaki tersebut.

Ciuman itu tak kunjung usai, justru tangan Kenneth kini mulai meraba - raba punggung Margaret. Lelaki itu pasti mencari kaitan dari gaun tidur Margaret. Dengan lembut namun cekatan, bagian punggung Margaret kini telah terbuka bebas, melonggarkan gaun tidurnya sendiri sehingga Kenneth bisa menurunkannya dengan mudah.

"Yang Mulia..." Margaret tiba - tiba melepas ciuman tersebut.

"Ada apa ?" Tanya Kenneth dengan lembut.

"Kau hampir menelanjangiku." Ujarnya dengan jujur, membuat Kenneth tersenyum lebar setelahnya.

"Memang itu niatku."

"Untuk apa ?" Kenneth benar - benar hampir tertawa saat Margaret bertanya demikian.

"Untuk apa kau bertanya seperti itu ? Memangnya apa yang biasa kita lakukan bila aku menelanjangimu ?" Kenneth membalikkan pertanyaan konyol tersebut.

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang