9

2.7K 331 7
                                    

Pangeran Kenneth pulang ke istana dengan kudanya tepat tengah malam. Cedric segera membawa kuda lelaki tersebut ke kandang sementara itu Kenneth langsung masuk ke kamar dengan wajah letihnya. Ia ingin mandi namun ide tersebut rasanya kurang baik karena suhu air di malam hari benar - benar seperti es. Ia bisa saja meminta pelayan untuk membuatkannya air hangat namun ia tak ingin merepotkan pelayan yang telah tertidur sehingga ia memutuskan untuk mengganti bajunya kemudian pergi tidur. Baru saja ia akan memejamkan mata, seorang pelayan memanggilnya dari luar. Spontan Kenneth kembali bangkit untuk melihat mengapa pelayan tersebut tiba – tiba memanggilnya padahal hari sudah sangat larut.

"Ada apa ?"

"Ratu ada disini mencarimu, Yang Mulia." Ujar pelayan tersebut hati – hati karena sejak Kenneth keluar tadi, ia tak menunjukkan wajah yang ramah. Atau memang wajahnya selalu seperti itu.

"Baiklah, bawa ibuku kemari." Kenneth tak ambil pusing walaupun sebenarnya ia sangat ingin beristirahat. Ia mengambil jubahnya lalu keluar menuju ruang kunjungan.

"Yang Mulia." Kenneth menundukkan kepalanya sekilas untuk menyapa ibunya. Helena segera menoleh dengan wajah senangnya.

"Aku tadi mendengar suara kuda sehingga aku tahu kau sudah pulang." Dalam waktu – waktu tertentu Helena bisa menjadi ibu yang sangat hangat bagi Kenneth. Lelaki itu hanya mengangguk lalu mencium tangan Helena.

"Maaf bila suara kuda – kuda prajuritku membangunkanmu."

"Tidak, aku memang belum tidur. Aku kesulitan tidur akhir – akhir ini, Ken." Helena menghela nafasnya sendiri.

"Jangan memikirkan sesuatu secara berlebihan, ibu." Kenneth hanya bisa memberikan saran tersebut karena hanya itu masalah yang dialami Helena saat ini. Helena hanya mengangguk sambil meraba pipinya sendiri.

"Kau benar. Usiaku semakin tua padahal seperti baru kemarin aku datang ke Dakota saat usiaku 25 tahun. Seperti baru kemarin juga aku naik takhta menjadi ratu dan sebentar lagi aku akan turun takhta. Tapi yang terpenting..." Ucapan Helena berhenti sejenak sambil mengelus lembut rambut Kenneth.

"Aku tidak menyangka putraku sudah sebesar ini." Helena tersenyum singkat disana. Kenneth bisa melihat bahwa rambut ibunya telah memutih walaupun tidak terlihat terlalu jelas.

"Kau akan berusia 27 tahun sebentar lagi, naik takhta, memilih permaisurimu, lalu memimpin kerajaan terbesar di dunia. Kau sangat hebat, Ken. Aku sangat bangga bisa membawamu sembilan bulan dalam perutku kemudian membesarkanmu. Saat aku mulai mengemasi barangku dari Monza, aku menemukan mainan yang kau sukai dulu. Aku menyimpan semuanya dengan baik." Ia tertawa pelan disana. Kenneth hanya bisa merutuk dalam hati, menyadari ibunya menua dengan cepat sedangkan ia masih belum sempat menghabiskan waktu dengannya.

"Aku dulu sangat menyukai ketapel."

"Benar, ketapel. Dulu kau mahir memainkan ketapel dan sekarang kau ahli memegang busur panah. Ah, aku juga menyimpan pedang pertamamu, hadiah dari mendiang kakekmu dulu."

"Ibu, kau benar – benar menyimpan semuanya ?"

"Tentu ! Aku bahkan masih menyimpan lukisan saat kita duduk di bangku taman. Aku ingat bahwa kau mengigit tanganku karena aku tak kunjung melepaskanmu dari pelukanku."

"Aku ingat. Aku benar – benar menggigit tanganmu saat itu." Kenneth tertawa walaupun hanya sekilas, padahal lelaki itu hampir tidak pernah tertawa. Ia merasa sangat letih dan mengantuk namun ia tak akan mengusir Helena dari ruangannya karena ia ingin mendengarkan wanita itu berbicara selagi ia masih memiliki waktu untuk mendengarkannya.

***

Cedric datang sendirian ke ruang kerja raja sambil membawa laporan di medan perang yang sangat ditunggu – tunggu Viktor. Pria tua itu mengernyit saat menyadari bahwa hanya ada Cedric disana. Ia bahkan memiringkan kepalanya untuk memastikan barang kali Kenneth berada di belakang Cedric.

COLD DAYS - Bride for The KingDove le storie prendono vita. Scoprilo ora