11

2.7K 375 4
                                    

Putri Margaret terjaga malam itu. Besok adalah hari ulang tahun pangeran Kenneth dan ia tak tahu apa yang akan ia lakukan nanti. Ia juga belum membicarakan perihal percakapannya kemarin dengan Ratu Helena pada Elise.

"Persetan dengan orang - orang di istana ini." Margaret mengumpat pelan, membuat Elise spontan menoleh.

"Ada apa, Yang Mulia ?"

"Tidak bisakah satu orang saja mengatakan padaku apa yang terjadi ? Ratu Helena ingin aku pergi dari sini, Pangeran Kenneth tak menampakkan dirinya sama sekali padaku, Raja Viktor bungkam atas semua hal yang terjadi, lalu apa ? Aku rasa aku bukan orang yang dipilih Pangeran Kenneth untuk menjadi permaisurinya kelak." Margaret menghempaskan sendoknya begitu saja. Ia tak berselera makan padahal ia belum makan sama sekali sejak tadi pagi.

"Yang Mulia, jangan berkata seperti itu."

"Aku mulai menyerah, Elise. Semua orang disini sangat membingungkan." Margaret menyangga keningnya sendiri saat ini.

"Semua orang punya urusannya masing - masing, Putri Margaret. Pastikan saja tidak ada yang bisa menggesermu disini."

"Ratu Helena menawarkan posisi penasihat wali kota di Bolova. Ia berkata bahwa keluarga mendiang ibuku berada disana."

Elise spontan diam setelah mendengar kalimat tersebut. Ia berpikir sejenak, mencoba menelisik apa sebenarnya maksud dari semua ini. Sedangkan Margaret juga diam sendiri di kursinya. Perempuan itu mendadak stress berat.

"Lalu apa yang kau katakan ?" Tanya Elise hati - hati.

"Aku tidak tertarik dengan tawarannya."

"Yang Mulia, bila Ratu Helena memang ingin kau segera pergi dari sini, kau tidak bisa diam begitu saja. Kau harus keluar dan mencari Pangeran Kenneth." Elise menegaskannya.

"Bagaimana aku bisa mencarinya bila aku tidak diperbolehkan keluar dari paviliun ? Tapi ku pastikan Pangeran Kenneth akan melihatku besok." Margaret menggerutu kesal.

***

Pagi itu aula jamuan istana dipenuhi oleh orang - orang yang datang sebagai tamu undangan perayaan ulang tahun Pangeran Kenneth. Acara tersebut digelar sangat mewah. Para bangsawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan secara langsung bagaimana hebatnya putra mahkota dari Whitemouttier yang digadang - gadang selalu berhasil memenangkan perang tersebut. Petinggi dan anggota kerajaan lain berbondong - bondong memperkenalkan anak perempuan mereka pada Viktor dan Helena, berharap pasangan raja dan ratu itu berminat meminang salah satu dari mereka. Bisa dibilang, ini adalah ajang peruntungan nasib.

Kenneth datang dengan rombongan pengawalnya termasuk Cedric. Para wanita langsung menatap lelaki itu lekat - lekat, seakan tersihir oleh pesona yang dimiliki oleh Kenneth Days. Lelaki itu tak banyak berubah. Baju yang dikenakannya tetap dipenuhi unsur warna hitam. Selebihnya, hanya model bajunya saja yang berbeda. Ia memakai mantel kerajaan sehingga kesan bangsawan semakin melekat padanya. Viktor baru saja menyadari bahwa Kenneth memang sangat sempurna. Ia berhasil membesarkan Kenneth dengan baik.

"Yang Mulia, selamat atas umur yang ke 27. Kau jauh lebih gagah dan dewasa." Ujar seorang pria paruh baya dengan lencana Dagna disana. Kenneth lupa siapa nama pria ini namun yang jelas ia adalah seorang wali kota.

"Terima kasih." Jawab Kenneth singkat. Lelaki itu tak banyak bicara pada orang - orang. Kenneth lebih suka melemparnya pada Viktor atau Helena. Ia justru mendekati Cedric sambil berbisik pada lelaki tersebut.

"Dimana Putri Margaret ? Kau sudah memastikan bahwa ia akan datang ?"

"Sudah, Yang Mulia. Tidak mungkin rasanya bila Putri Margaret tidak datang, ia selalu penasaran denganmu. Kita tunggu saja." Cedric membalasnya dengan sangat pelan agar tak terdengar oleh siapapun.

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now