21

2.1K 266 7
                                    

"Ibu suri." Margaret memanggilnya dengan berani di lorong yang sangat sepi tersebut. Helena menoleh dan hanya mendapati wajah datar Margaret disana. Kenneth ada jauh di belakangnya, entah Margaret menyadarinya atau tidak.

"Mengapa kau tidak menyukaiku ? Mengapa kau benar - benar menentang hubungan kami ? Mengapa kau ingin aku pergi dari Dakota ?" Tanyanya dengan tegas, membuat Helena tersenyum disana.

"Aku tahu kau adalah gadis muda dengan potensi tinggi. Masa depanmu sangat cerah, Margaret. Dan kau berpikir menjadi ratu adalah keputusan yang baik ? Kau salah. Kau tidak tahu seperti apa rasanya menjadi keluarga kerajaan. Itu adalah kursi terkutuk. Aku berusaha menjauhkannya darimu tetapi kau justru berusaha mendekatinya." Helena menekankan kalimatnya barusan dengan sungguh - sungguh.

"Aku melihatmu sebagai diriku sendiri. Aku tidak ingin kau membuat pilihan yang salah disini. Pikirkan kembali matang - matang. Karena sekali kau duduk di kursi tersebut, kau tidak bisa mundur lagi. Kecuali kau memilih mati, tentu saja." Sambungnya tanpa mempedulikan keberadaan Kenneth disana sama sekali.

"Aku tidak tahu apa sebenarnya yang kau bicarakan. Yang aku tahu, aku sedang berusaha menyelamatkan diri. Menjadi ratu adalah satu - satunya hal yang membuat posisiku aman." Suara Margaret bergetar disana. Ia mengangkat kepalanya sejenak agar air matanya tidak jatuh lagi.

"Bila kau hanya ingin posisi yang aman, aku bisa memulangkanmu ke Bolova. Bila perlu, aku akan menanggung segala kebutuhanmu dan memastikan kau mendapat suami dari keluarga yang terpandang pula. Belum terlambat, Margaret. Kau belum menikahi Kenneth."

"Terlambat, dia sudah mengandung anakku." Sahut Kenneth cepat dari belakang. Ia sudah benar - benar muak dengan ibunya. Margaret spontan menoleh dengan tatapan nanarnya. Perempuan itu bahkan tak bergerak sama sekali dari tempatnya.

"Ibu, aku tahu pernikahanmu tidak berjalan baik dengan ayah. Aku tahu kau merasa tersiksa hidup di dalam istana. Aku minta maaf atas hal tersebut." Ujar Kenneth dengan tulus dari dalam hatinya. Ia tak bisa berkata apa - apa lagi saat ini karena ia sudah berada di ujung kesabaran. Entah mengapa air mata Helena menetes begitu saja saat Kenneth menyinggung hal tersebut.

"Tapi aku tidak membenarkan tindakanmu dengan mencuci pikiran Putri Margaret untuk menjauhi takhta. Jangan pukul rata semua hal yang kau lihat. Hubunganku dengan Putri Margaret tidak seperti hubunganmu dengan ayah. Kami sangat bahagia dan kami saling mencintai." Tandasnya mengakhiri perdebatan itu.

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Kenneth menggapai tangan Margaret kemudian menggiringnya pergi dari sana. Perempuan itu sempat melirik Helena dengan tatapan berdukanya. Kini ia tahu mengapa Helena benar - benar agresif dan sensitif. Itu karena traumanya sendiri selama ia hidup di istana.

***

Tak ada pembicaraan sama sekali disana. Kenneth membawa Margaret naik ke Witchave untuk pertama kalinya. Margaret nampak lesu sekaligus tidak bersemangat sama sekali. Perasaannya masih tidak membaik sejak tadi, tak peduli bagaimana keras usahanya untuk menyingkirkan pikiran buruk mengenai Kenneth dari kepalanya.

"Aku tahu kau menjadi ragu saat ini." Ujarnya singkat, seolah dapat menebak pikiran Margaret saat ini. Ia menuangkan teh kemudian menyodorkannya pada Margaret.

"Ibuku mengalami gangguan kecemasan yang cukup parah. Dia kesulitan mengontrol keinginan dan emosinya sendiri."

"Mengapa kau tidak pernah menceritakannya padaku ?"

"Aku berpikir kau akan menyadarinya sendiri, namun hal - hal menjadi semakin tidak terkendali saat ini." Kenneth tersenyum miring.

"Sejak dulu orang tuaku tidak akur sama sekali. Mereka kerap berseteru atas banyak hal. Terkadang pertengkaran mereka terbawa pada urusan kerajaan, membuat mereka seperti berada di dua kubu yang berbeda. Aku sudah terbiasa menyaksikan hal seperti itu dalam hidupku."

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now