8

2.9K 366 14
                                    

Peperangan itu tidak terlalu sulit bagi Kenneth. Saat kerajaan lain sibuk mengendalikan pasokan makanan, putra mahkota itu justru sibuk untuk memberantas orang - orang yang membelot dari kerajaannya. Bukan sekali dua kali Kenneth menghadapi hal - hal seperti ini mengingat wilayah Whitemouttier memanglah besar. Tak kaget bila beberapa klan yang merasa dirinya kuat berniat untuk membelot dan membuat wilayahnya sendiri, tentunya ingin merdeka dan lepas dari Whitemouttier. Oleh sebab itu, Keluarga Days tidak akan membiarkan klan lain memiliki posisi yang terlalu kuat di kerajaan. Semua dibagi sama rata agar tidak terjadi pemusatan kekuatan klan. Karena hanya Keluarga Days lah yang dapat memegang kontrol.

"Yang Mulia, apakah kita akan pulang lebih cepat ?" Cedric memberikan sebotol minuman kepada Kenneth di dalam tenda. Lelaki itu melepas baju zirahnya karena ia benar - benar letih.

"Apakah sudah tidak ada lagi pembelot yang tersisa ? Aku harus memastikan untuk membunuh seluruh anggota keluarganya." Jawabnya tenang.

"Hanya satu saja yang melarikan diri, kita sudah membicarakannya kemarin." Cedric ikut duduk di seberang Kenneth.

"Ia adalah otak dari pemberontakan ini. Ia tahu bahwa ia akan kalah sehingga ia memilih lari. Aku tahu ia pasti lari ke Kaum Dahn."

"Wayland Pendant." Gumam Cedric pelan. Lelaki itu sepertinya sudah tahu apa yang ada di pikiran Kenneth saat ini.

"Ayahku membuat suatu wasiat yang harus ku jalankan ketika aku naik takhta nanti. Di urutan paling atas, aku harus menumpas habis pemberontakan Wayland Pendant. Selama ini beliau mencoba jalan diplomasi mengingat kaum Dahn masih satu darah dengan kita. Namun setelah puluhan tahun ayahku memimpin, tampaknya kaum Dahn tidak mau berdamai. Oleh sebab itu aku harus membunuh mereka semua untuk membuktikan bahwa kekuatan Whitemouttier adalah absolut." Tandas Kenneth dengan mantap. Lelaki itu menegak habis air di botol sambil menatap lurus lilin yang ada di depannya saat ini.

"Kita akan memikirkannya segera setelah kau naik takhta, Yang Mulia. Kita butuh strategi matang untuk mengalahkan kaum Dahn mengingat jumlah mereka sangat banyak. Tetapi dari yang ku dengar sekarang, mereka bermigrasi ke daerah timur."

"Mereka semakin menjauh dari Dakota, mereka takut berurusan denganku karena aku tidak mudah berkompromi seperti ayahku." Kenneth merebahkan badannya dengan hati tak tenang. Masih banyak hutang yang harus ia penuhi padahal hari kenaikan takha semakin dekat.

"Aku tidak bisa tidur dengan tenang akhir - akhir ini, Ced. Kurang beberapa minggu lagi hari pelantikan namun aku masih ragu." Ujarnya skeptis.

"Kau mungkin hanya sekedar gugup, Yang Mulia. Tapi bila kau punya urusan yang belum selesai, kau bisa memberitahuku agar aku bisa mencari jalan keluarnya."

"Aku belum memiliki permaisuri." Sahut Kenneth cepat.

"Maka jalan keluarnya adalah menikah." Cedric menjawabnya dengan tanggap. Kenneth segera memejamkan matanya kuat - kuat seakan tak ingin mendengar sesuatu berbau pernikahan lagi. Tepat sedetik kemudian, Margaret muncul begitu saja di otaknya, membuat Kenneth harus membuka matanya lagi karena terkejut dengan apa yang barusan muncul di otaknya sendiri.

"Siapa sebenarnya harus ku nikahi ?" Kenneth menggumam pelan.

"Bukankah kau baru saja memikirkan Putri Margaret ? Untuk apa lagi kau memikirkan pertanyaan yang jawabannya sudah kau ketahui, Yang Mulia."

"Kau cenayang." Ia mengumpat kesal sedangkan Cedric hanya menahan tawanya.

"Yang Mulia, aku sangat mengenalmu." Cedric menggeleng pelan.

"Baiklah, aku akan memberimu tiga tugas. Yang pertama, kirimkan surat terbuka untuk kaum Dahn agar menyerahkan Edward Janet kepadaku karena tak ada gunanya juga mereka melindungi orang sepertinya. Kedua, cari tahu mengenai Keluarga Court. Aku harus benar - benar mengenal keluarga Putri Margaret sebelum aku menikahinya. Ketiga, aku ingin tahu apa respon yang diberikan Jansen atas surat yang ku kirim padanya."

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang