23

2.2K 244 4
                                    

Pagi itu sangat dingin, matahari enggan menampakkan dirinya. Langit gelap merata, seakan menandakan bahwa musim dingin yang sebenarnya akan segera tiba. Putri Amber tahu itu dan ia tak ingin berlama - lama di Dakota. Ia bahkan sudah berada di depan istana, menunggu semua orang berkumpul untuk memberinya salam di hari akhir kunjungannya ini. Ralat, ini hanya formalitas saja. Kenneth yang menginginkannya karena menurut lelaki itu Putri Amber tetaplah tamu di istana sekalipun ia datang tanpa undangan.

Viktor adalah orang yang lebih dulu sampai disana. Ia tersenyum penuh arti terhadap Amber, mengingat dirinya lah yang berhasil mengusir perempuan itu dari Dakota secara damai. Kenneth datang tepat sesuai waktu yang ditentukan, tidak kurang dan tidak lebih. Ia datang tanpa senyum sama sekali, seperti hari - hari yang lalu. Lelaki itu melirik singkat. Ia tak melihat ibunya disini. Tampaknya Viktor datang sendirian.

"Apakah masih lama ?" Celetuk Amber begitu saja.

"Kau bisa pergi sekarang juga bila kau mau."

"Yang Mulia, kau harus menepati janjimu. Aku harus melihat Putri Margaret sebelum aku pulang." Amber terdengar hangat walaupun ia berniat menyindir Kenneth.

"Dimana Putri Margaret ?" Bisik Kenneth pelan pada Cedric.

"Aku yakin ia sedang dalam perjalanan menuju kemari, Yang Mulia." Cedric menjawabnya dengan lugas. Baru saja ia berkata demikian, Putri Margaret sudah berada di tikungan lorong dan sedang berjalan ke arah mereka.

"Itu dia." Sahutnya cepat.

Amber segera menoleh saat semua orang sedang menatap ke arah yang sama. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana rupa seorang putri yang diperebutkan oleh dua pangeran sekaligus. Ralat, Kenneth sudah menjadi raja sekarang. Perempuan itu tinggi dengan rambut berwarna coklat tidak terlalu gelap. Kulitnya cerah, sangat kontras dengan warna gaun yang dipakainya saat ini. Margaret sedang memakai gaun berwarna hijau gelap, salah satu hadiah yang diberikan Kenneth padanya. Rambutnya diikat rapi dengan mahkota yang bertengger di atasnya. Emerald yang melingkari lehernya menambah kesan anggun yang dipancarkan perempuan tersebut hingga Amber tidak sadar bahwa Margaret sudah berada beberapa meter di depannya. Ia tersadar dari lamunannya saat salah kudanya tiba - tiba meringkik. Amber cepat - cepat tersenyum pada Margaret.

"Jadi ini yang dibicarakan kakakku."

"Permisi ?" Margaret tak paham maksud perempuan tersebut.

"Kakakku berkata jika aku menemukan perempuan tercantik di istana ini, itu pasti dirimu."

"Terima kasih." Jawab Margaret singkat.

"Selama aku berkunjung disini, aku tidak pernah melihatmu, Yang Mulia." Amber menyindirnya dengan halus, membuat Margaret spontan tersenyum sekilas.

"Paviliunku benar - benar nyaman, maaf aku tidak mengetahui berita kedatanganmu."

"Tak apa. Siapa juga yang akan memperbolehkan seseorang mengunjungimu ? Bukankah kastilmu dijaga ketat ?"

"Kau tidak sopan, Putri Amber." Sama sekali tak ada niatan untuk menyela pembicaraan tersebut namun sindiran Amber benar - benar terasa. Bukan hanya Margaret saja yang bisa merasakannya, melainkan Cedric dan Viktor juga demikian. Dengan terkuaknya Margaret sebagai kekasih Kenneth, membuat Amber bisa mengetahui dimana Margaret tinggal sebenarnya. Kastil Burrow, itu adalah jawabannya.

"Tak apa, Yang Mulia. Aku baik - baik saja." Sahut Margaret tenang tanpa menoleh pada Viktor yang baru saja menegur Amber.

"Seperti yang kau tahu Putri Amber, berlian disimpan di tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh orang lain." Margaret tersenyum disana. Amber terdiam beberapa saat sebelum tertawa disana.

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang