51

1.3K 133 2
                                    

Hanya ada Kenneth dan Cedric di pagi itu. Mereka membicarakan rencana - rencana besar yang akan diumumkan di rapat dewan nanti. Margaret akan menjadi ratu, tentu saja. Dan itu adalah pengumuman besar yang akan mereka lakukan.

"Kapan permaisuri akan dilantik, Yang Mulia ?"

"Seminggu lagi. Namun lebih cepat lebih baik."

"Aku akan menyiapkan upacara pelantikannya."

Hanya percakapan - percakapan singkat yang mereka lakukan. Selebihnya mereka sibuk memilah berkas yang akan dipindahkan ke istana ratu. Cedric sebenarnya enggan membicarakan ini namun rasanya ia tak memiliki orang lain untuk bicara selain Kenneth. Dan sekarang lelaki itu memberanikan diri membuka suaranya di depan Sang Raja.

"Yang Mulia." Panggilnya.

"Iya ?"

"Ada yang mengganggu pikiranku akhir - akhir ini." Ujarnya jujur. Kenneth sedang membaca sebuah berkas namun ia segera menutupnya saat Cedric berkata demikian.

"Tentang apa ?" Tanyanya tenang.

"Tentang perasaanku sendiri, aku tidak bisa menjabarkannya." Ujarnya lugas sembari menatap Kenneth dengan serius.

"Cedric, aku sangat mengenalmu. Kau tidak bingung dengan perasaanmu. Kau hanya enggan mengungkapkannya." Sahut Kenneth cepat.

"Kau sendiri berkata padaku bahwa aku harus menyatakan perasaanku dengan berani pada Margaret, tetapi kau tidak melakukannya pada kehidupanmu sendiri. Aku tahu kau tidak bisa mengembalikkan apa yang terlanjur terjadi, tetapi cobalah berdamai dengan Rowena." Saat Kenneth menyebut nama Rowena disana, Cedric merasa jantungnya diremas kuat - kuat sekarang.

"Aku tahu ini semua tentang Rowena. Walaupun kau tak pernah menceritakaannya padaku, namun sebagai sesama lelaki aku tahu kau diam - diam memperhatikannya. Sorot matamu tak bisa berbohong. Caramu melirik Rowena sama seperti caraku melirik Margaret dulu. Penuh keangkuhan, tetapi terdapat rasa cinta yang besar di baliknya. Akui saja hal itu." Sekali lagi Kenneth benar.

"Hubunganku dan Rowena sudah lama selesai, Yang Mulia."

"Tetapi kalian tidak pernah benar - benar berdamai. Kalian bisa melakukan advokasi untuk menyelesaikan hal - hal yang selama ini tertunda, termasuk mengenai anakmu dengannya."

"Aku berencana untuk memindahkan Peter ke Dakota. Tapi tentu saja Rowena pasti menentangnya keras - keras."

Detik itu pula Kenneth tahu nama anak Cedric dan Rowena. Ia tak ingin berkomentar banyak karena itu adalah urusan pribadi Cedric. Namun tetap saja Kenneth mengusahakan jalan keluar terbaik untuk lelaki tersebut.

"Kau tidak bisa langsung membujuknya. Coba bicara padanya beberapa kali, sebutkan apa saja alasan kuat yang membuat kalian harus memindahkan Peter ke Dakota. Aku yakin Rowena juga ingin masa depan yang baik untuk Peter. Semua itu bisa didapatkan di Dakota."

"Benar sekali, Yang Mulia. Sebenarnya itu tujuanku ingin memindahkan Peter ke Dakota. Selain disini lebih terjamin, aku juga lebih mudah menjangkaunya." Cedric segera setuju dengan saran Kenneth.

"Aku ingin bertanya, Cedric. Tak ada maksud apapun, aku hanya memastikan sesuatu."

"Silahkan, Yang Mulia."

"Apakah Peter telah memiliki surat keterangan lahir ? Maaf sebelumnya, aku hanya bertanya." Tanya Kenneth hati - hati. Cedric terdiam sesaat sebelum akhirnya ia menggeleng pelan.

"Belum, Yang Mulia." Ujarnya lugas.

"Aku punya jalan keluar untuk masalahmu. Karena kau tidak menikah dengan Rowena, urus surat keterangan lahir milik Peter dengan namamu sebagai orang tua tunggalnya. Dengan begitu, ia bisa tinggal di Dakota tanpa melewati seleksi strata sosial. Aku akan menjamin pendidikannya. Dia juga bisa mengikuti karirmu sebagai panglima, bukankah itu hebat ?"

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now