55

1.2K 136 1
                                    

Detik itu juga Kenneth menggendong Margaret di pundaknya, memaksa perempuan itu untuk kembali ke kastilnya sendiri. Tak ada pembicaraan apapun disana. Margaret mengira bahwa Kenneth hanya butuh waktu untuk berpikir sehingga ia tak akan menambah beban pikiran lelaki itu.

"Yang Mulia..." Rowena terkejut saat Margaret datang dengan perban di kakinya. Kenneth segera membawanya ke kamar kemudian menurunkannya di kasur.

"Istirahatlah, pastikan kau tidur cepat karena kau tidak bisa lagi datang ke kastilku bila kau kesulitan tidur."

"Baiklah." Margaret mengangguk dengan enggan. Sesaat kemudian Kenneth akan mencium kening Margaret namun niatnya terhenti seketika. Ingatan itu kembali ke otaknya begitu saja, membuat lelaki itu menarik dirinya kembali walaupun jaraknya dan Margaret hanya terpaut sejengkal saja. Perempuan itu mengernyit saat Kenneth tak jadi mengecupnya. Sesaat kemudian ia pergi begitu saja, meninggalkan Margaret dengan seribu tanda tanya di otaknya.

***

Viktor baru saja pulang saat ia diberitahu bahwa Kenneth menunggunya di Blauer. Pria itu tak menyangka bila Kenneth tiba - tiba mengunjunginya, semalam ini. Padahal lelaki itu jarang sekali berkunjung ke kastil lain selain kastil permaisurinya sendiri.

"Yang Mulia, aku meminta maaf karena membuatmu menunggu. Aku terjebak hujan di luar sehingga aku baru kembali saat hujan mulai reda." Ujarnya tenang. Kenneth bisa merasakan kegembiraan disana. Ia yakin Viktor pasti baru saja bertemu teman - teman lamanya untuk ke sekian kalinya.

"Tak apa. Aku juga tidak membuat janji dulu denganmu."

Viktor merasakan aura yang berbeda malam itu, aura kesedihan yang ia tangkap dari suara Kenneth yang sangat pelan. Pria itu segera duduk di seberang Kenneth. Kenneth menuang sendiri minuman yang asalnya entah dari mana, yang jelas Viktor belum pernah melihat botol minuman seperti itu di istana.

"Apa itu Yang Mulia ?"

"Arak." Sahutnya cepat dan tenang. Entah sudah berapa kali Viktor terkejut dengan perilaku Kenneth malam ini. Ia tak pernah melihat Kenneth sekalipun minum arak walaupun ia yakin Kenneth sudah pernah mencobanya saat berada di luar istana.

"Kau mau ?" Tawarnya.

"Tidak. Aku sudah minum cukup banyak arak tadi." Jawabnya jujur. Kenneth tersenyum sekilas disana, ternyata Viktor juga senang melampiaskan bebannya pada arak.

"Aku datang untuk meminta maaf padamu."

"Padaku ? Untuk apa ?" Viktor mengernyit.

"Aku meminta maaf untuk rasa acuhku pada semua orang di istana ini. Aku mengutuk kalian satu per satu namun aku sadar, ada lebih banyak masalah di belakang yang belum ku ketahui. Rasanya aku ingin mati saja sekarang."

"Ken, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan." Pria tersebut merasa bahwa perasaannya benar. Kenneth sedang tak baik - baik saja.

Untuk pertama kalinya dalam waktu setahun ini, Kenneth kembali meminum arak. Ia menegak minuman tersebut dengan cepat, layaknya bertemu sahabat lama yang menjadi pendengar segala masalah di dalam otak Kenneth saat ini. Sedangkan Viktor tetap diam sebelum Kenneth menjawab pertanyaannya.

"Aku sudah tahu tentang semua. Kau, ibu, Sophia, dan semua hal yang terjadi di antara kalian." Ujarnya dengan suara yang parau, menggambarkan bahwa Kenneth sedang berusaha menahan tangisannya sekarang. Viktor menunduk saat Kenneth membahas hal tersebut. Ia tak menyangka akan membahas masalah ini dengan putranya sendiri.

"Ku habiskan waktuku berjam - jam di luar tadi supaya aku bisa melupakannya tetapi kau datang kemari untuk mengingatkanku kembali." Viktor menggambarkan betapa stressnya ia menghadapi masalah ini walaupun semuanya sudah terjadi puluhan tahun yang lalu.

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now