53

1.1K 138 0
                                    

"Yang Mulia."

Margaret terlonjak kaget saat seseorang memanggilnya tiba - tiba. Pasalnya perempuan itu berjalan sendirian di lorong yang cukup gelap tersebut. Ia tahu ia aman karena banyak prajurit yang tersebar di penjuru istana. Namun tetap saja, suara tersebut membuat Margaret takut.

"Yang Mulia, ada apa kau kemari ?" Margaret hampir lupa bahwa tadi Viktor memanggilnya dengan panggilan agung.

"Jangan panggil aku 'Yang Mulia' mulai dari sekarang. Aku yang akan membiasakan diri memanggilmu seperti itu." Ia tersenyum hangat.

"Ayah..." Margaret menggeleng sendiri disana.

"Apakah kau ingin menemui Yang Mulia Raja ?" Lanjutnya.

"Benar, aku ingin menemuinya."

"Mari masuk bersamaku. Aku juga akan menemui Yang Mulia Raja." Margaret tersenyum kemudian berjalan beriringan dengan Viktor yang sekarang berada di sebelahnya.

"Mengapa kau keluar sendirian ? Dimana penjagamu ?"

"Aku baru saja mengurus beberapa hal di kastil ibu suri. Aku ingin menemui Yang Mulia Raja karena ada hal yang harus segera ku bicarakan. Mereka mengantarku hingga lorong tengah lalu aku menyuruhnya kembali ke Monza. Aku akan kembali bersama Yang Mulia Raja nanti." Jawabnya ramah. Viktor hanya mengangguk sembari menunggu seorang prajurit menyambut mereka.

"Yang Mulia Domethians dan Yang Mulia Permaisuri datang." Ujarnya lantang. Karena suasana benar - benar hening, suara ketukan jari Kenneth pada meja kerjanya terdengar sehingga prajurit tersebut membuka pintu tersebut lebar - lebar.

"Yang Mulia." Sapa Margaret riang sembari menundukkan badannya. Sedangkan Viktor tak mengucapkan apapun melainkan diam di tempatnya, memberi hormat.

"Bagaimana kau bisa datang dengan ayah ?" Tanyanya.

"Kami tidak sengaja bertemu, Yang Mulia."

"Duduklah." Kenneth mempersilahkan mereka untuk duduk namun hanya Viktor saja yang duduk, sedangkan Margaret tetap berdiri.

"Duduklah, aku akan menunggu." Ia memberi kode pada Viktor untuk bicara terlebih dahulu pada Kenneth, menjawab tatapan bingungnya yang sangat kentara bagi Margaret.

"Ada apa ayah ?" Tanyanya tenang.

"Aku ingin meminta izin untuk keluar istana besok. Aku ingin bertemu teman - teman lamaku."

"Baiklah. Aku akan menyuruh Panglima Cedric untuk menyiapkan prajurit penjagamu." Kenneth mengangkat kedua alisnya, tak ingin mempersulit urusan pria tersebut.

"Dimana Panglima Cedric ? Aku tak melihatnya sejak tadi."

"Ia sedang mengurus banyak hal mengenai pembangunan kota baru. Istana sedang sangat sibuk saat ini."

"Ah, aku tahu. Aku mendengar bahwa kau berhasil menguasai wilayah yang bersengketa dengan Wales. Aku ingin mengucapkan selamat, Yang Mulia. Aku sudah tahu kau akan menjadi raja yang hebat." Viktor benar - benar tulus disana. Margaret tersenyum mendengarnya. Perempuan itu berdiri di rak - rak buku sembari membaca salah satu buku yang tadi diambilnya.

"Kau sedang membaca buku berbahasa Vangard, apakah kau sadar ?" Kenneth menginterupsinya saat perhatiannya tiba - tiba saja jatuh pada Margaret.

"Aku menguasai lima bahasa, Yang Mulia." Ujarnya benar - benar halus dan ramah, seakan menampar Kenneth saat itu juga.

"Harus ku akui kecerdasanmu melebihi ekspetasiku, Yang Mulia." Sahut Viktor cepat.

"Ayah, mengapa kau terus memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia' ? Aku merasa..." Margaret menghentikan ucapannya sendiri, menggeleng sembari menahan senyumnya.

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now