41

1.4K 165 0
                                    

Saat Margaret memasuki istana utama, semua orang disana spontan memandang perempuan tersebut lekat - lekat. Margaret sendiri tidak tahu menahu apa urusan mereka semua hingga mereka berkumpul di aula istana. Rowena mendekat pada Margaret, ia membisikkan sesuatu disana.

"Para petinggi kerajaan, Yang Mulia." Ia memberitahunya.

"Ah... Kau benar. Memangnya siapa yang diizinkan masuk ke istana selain para petinggi." Sahut Margaret tenang. Tiba - tiba ia berhenti, membuat mereka menundukkan kepala memberi hormat.

"Yang Mulia." Cedric menginterupsinya dari belakang, membuat Margaret menoleh seketika.

"Yang Mulia Raja memanggilmu." Imbuhnya.

"Baiklah panglima, aku akan segera datang." Margaret tersenyum singkat kemudian segera meninggalkan mereka semua.

"Itukah permaisuri ? Dia terlihat masih sangat belia." Ujar salah satu dari mereka dengan hati - hati.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Yang Mulia Raja berhak memilih." Cedric terdengar ramah namun peringatannya sangat mematikan.

"Dia pasti Putri Margaret. Pantas saja raja sangat melindunginya dulu, rupanya ia sudah berencana untuk menikahinya." Sahut orang yang sangat tidak disukai Cedric. Bukan hanya Cedric, Kenneth sebenarnya juga kurang menyukai pria tersebut. Ia adalah Louis, saudara dari mantan panglima yang dibunuh Margaret di perbatasan Bolova. Rupanya pria itu masih dendam kepada Margaret.

"Masalah tersebut sudah lama selesai. Semua orang setuju dengan ucapan Yang Mulia Raja saat itu, bahwa Putri Margaret melakukannya sebagai bentuk pembelaan diri. Orang yang membela diri, tak bisa diberi hukuman apapun. Sepertinya itu sudah sangat jelas di aturan hukum kita." Tandas Cedric dengan cerdas.

"Masalahnya bukan ada pada Putri Margaret. Masalahnya ada pada dirimu sendiri. Kau malu mengakui bahwa saudaramu telah berkhianat terhadap kerajaan. Seharusnya kau bersyukur Yang Mulia Raja tidak mencoretmu dari daftar petinggi kerajaan, jadi berhentilah untuk mencari pembenaran. Dan satu lagi. Pernikahan adalah urusan pribadinya, kau tidak berhak mencampuri hal itu."

Semua orang disana terdiam mendengarnya. Ucapan Cedric memang benar, membuat Louis harus menahan malu karena Cedric baru saja mempermalukan pria itu di depan para petinggi kerajaan. Wajah Louis menegas, seolah siap menghantam Cedric saat itu juga. Tapi ia tahu ia tak bisa berbuat apa - apa karena posisinya tidak sekuat dulu.

"Sebaiknya kau menjaga kata - katamu selama di istana. Tembok bisa mendengar." Peringatan tersebut ditujukan tidak hanya untuk Louis, namun untuk semua orang yang masih berada disana. Cedric juga heran mengapa mereka tak kunjung kembali setelah rapat padahal petinggi kerajaan dilarang masuk ke istana kecuali ada keperluan dengan raja.

***

Kenneth sedang sibuk dengan kertas - kertasnya saat Margaret datang dengan paras cantiknya, mengalihkan perhatian Kenneth saat itu juga. Margaret menunduk sejenak untuk memberikan hormat. Tak ada yang terjadi namun perempuan itu menghindari tatapan mata Kenneth. Ia tersenyum kecil, tersipu oleh cara lelaki itu memandangnya.

"Permaisuri." Sapa Kenneth dengan hangat. Ia mengulurkan tangannya pada Margaret kemudian menggandeng perempuan itu menuju sofa.

"Yang Mulia, aku harap aku tidak mengganggu waktumu."

"Tidak sama sekali. Aku menunggumu sejak tadi." Sedetik kemudian Kenneth mencium pipi Margaret, membuat jantung Margaret berdebar - debar karena ribuan kupu - kupu berada di perutnya saat ini.

"Kau sangat cantik mengenakan baju adat kami. Aku tahu kau belum pernah memakai atribut seperti ini sebelumnya, namun pastikan kau nyaman memakainya. Mulai dari sekarang kau harus memakai atribut istana dengan lengkap, apa yang kau pakai adalah sorotan orang lain. Bila kau patuh, maka pelayan juga akan patuh. Bila kau tegas, pelayan juga akan segan."

COLD DAYS - Bride for The KingWhere stories live. Discover now