46

1.2K 157 2
                                    

Setelah menemui Helena, Margaret tak langsung menemui Kenneth. Ia kembali ke kastilnya karena ia akan dilukis hari ini. Ia tak bersemangat saat itu mengingat kondisi istana sedang kurang baik namun ia berusaha tampil dengan aura kebahagiaan supaya hasil lukisannya memuaskan. Bagaimanapun juga, lukisan ini akan dipajang secara permanen.

"Apa kau ingin cerita padaku, Yang Mulia ? Kau tampak kurang baik hari ini." Celetuk Elise pelan. Ia sedang berbisik saat menemani Margaret dilukis.

"Begitulah. Ada hal - hal yang terjadi di luar kendaliku."

"Apakah semuanya baik - baik saja ?"

"Tidak semuanya. Setelah ini, aku akan pergi ke istana. Aku memiliki urusan dengan Yang Mulia Raja."

"Aku yakin kau bisa melewatinya, Yang Mulia. Aku yakin itu." Elise tersenyum singkat. Margaret hanya mengangguk kemudian fokus kembali pada sang pelukis.

Tiba - tiba saja Rowena masuk bersama deretan pelayan yang lain. Ia mengawal kedatangan dua prajurit yang sedang membawa sebuah peti ke dalam paviliunnya. Baik Margaret maupun Elise mengernyit. Pasalnya kemarin Margaret telah menerima kiriman gaunnya untuk minggu ini sehingga tidak mungkin isi dari peti tersebut adalah gaun - gaun.

"Apa itu ?" Tanyanya cepat.

"Tuan Cedric berkata bahwa Yang Mulia Raja memberikan ini padamu." Jawab Rowena sopan.

"Aku akan membukanya nanti." Ujarnya singkat.

"Apakah masih lama ? Aku letih harus duduk berjam - jam dengan posisi seperti ini. Punggungku sakit."

"Mohon maaf, Yang Mulia. Sebentar lagi selesai." Pelukis tersebut nampak ketakutan sehingga ia menggerakkan kuasnya lebih cepat lagi.

***

Saat semua orang telah pergi dari paviliunnya, Rowena mendekati Margaret perlahan. Ia membisikkan sesuatu pada perempuan tersebut, membuat Elise meliriknya tajam karena tak biasanya Rowena bertingkah seperti itu. Margaret sendiri nampaknya tak keberatan sama sekali saat Rowena membisikkan sesuatu padanya. Perempuan itu justru tersenyum sesaat setelah Rowena menyelesaikan kalimatnya. Sedetik kemudian ia memberikan sesuatu pada Margaret yang tak lain adalah dua buah kunci yang digantung pada sebuah gelang besi.

"Apa isinya ?" Tiba - tiba Margaret kembali pada perhatian awalnya. Elise spontan menggeleng sambil membuka peti tersebut.

"Gaun dan mahkota, Yang Mulia."

"Maksudnya ?" Mereka sama - sama mengernyit.

"Mungkin untuk upacara pemberkatan atas kehamilanmu, Yang Mulia. Aku menyukai warna birunya." Celetuk Rowena sambil tersenyum.

"Bukan warna biru, ini abu - abu."

"Abu - abu ?" Senyum Rowena spontan hilang, berganti dengan satu garis lurus bersama dengan kerutan di keningnya.

"Ini gaun ratu, Yang Mulia. Bentuknya tidak sama persis, sepertinya hasil jahit ulang. Tetapi mahkota ini, aku sangat mengenalnya. Ini mahkota milik ibu suri dulu." Rowena memelototkan matanya sendiri saat berkata demikian, tak percaya atas apa yang ia lihat.

"Minggir." Margaret bangkit dari tempatnya karena ia juga ingin tahu apa yang ada di dalam peti tersebut.

"Mungkin Yang Mulia Raja ingin menyimpannya disini karena ini adalah barang - barang milik ratu. Monza adalah tempat tinggal ratu."

"Tidak mungkin." Rowena membantah ucapan Elise dengan berani.

"Secara teoritis, bila tidak ada ratu dalam istana maka mahkota ini disimpan di dalam ruang kerja raja. Logikanya, untuk apa Yang Mulia Raja mengirimnya kemari ? Untuk apa juga Yang Mulia Raja menjahit ulang gaun ini ?"

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang