50

1.4K 144 0
                                    

Helena sedang berada di beranda kastil saat ia melihat Kenneth dan Margaret berjalan beriringan menyusuri taman. Seperti biasanya, Margaret selalu memeluk lengan Kenneth kemanapun mereka pergi. Ini masih sangat pagi, bahkan terlalu pagi untuk berpakaian serapi itu. Cedric yang berada di seberangnya hanya mengawasi sesaat sembari melirik ekspresi Helena disana.

"Mereka tampak sangat bahagia." Ujarnya singkat dengan ekspresi datarnya.

"Yang Mulia Raja meliburkan semua pekerjaan kerajaan selama sehari ini. Ia sangat senang karena bayi dalam perut permaisuri mulai menendang."

"Benarkah ? Hanya untuk alasan sesederhana itu ? Aku rasa mereka sangat bahagia menanti kelahiran bayi mereka." Helena menyesap tehnya yang hangat tanpa melepas pandangannya dari Kenneth dan Margaret yang mulai masuk ke dalam labirin taman.

"Yang Mulia Raja memiliki ikatan kuat dengan permaisuri." Cedric tak memberikan komentar banyak mengingat orang yang sedang dibicarakan mereka adalah seorang raja dan permaisuri.

"Bagaimana kabar istana ? Apakah semua baik - baik saja ?"

"Semua baik - baik saja namun Yang Mulia Raja kewalahan untuk mengurus semuanya sendirian. Apakah kau sudah mendengar bahwa permaisuri akan naik takhta sebentar lagi ?"

"Naik takhta ?" Mata Helena membulat seketika.

"Benar, ia akan naik takhta. Kemarin permaisuri sudah menggunakan atribut ratu saat dilukis, bahkan dengan mahkotanya juga. Lukisannya sudah dipajang di ruang kreasi." Jelas Cedric dengan tenang.

"Aku tidak tahu bahwa Yang Mulia Raja akan melakukan hal ini secara mendadak. Setahuku ia tak ingin permaisuri naik takhta karena ia ingin istrinya fokus mengurus anak dan istana." Helena berpikir di dalam otaknya sembari mengira - ngira apa yang ada di pikiran Kenneth saat ini.

"Mungkin Yang Mulia Raja berubah pikiran lagi setelah ia merasa kesulitan mengatur semua urusannya. Ekspansi baru kita di timur laut Wales menguras waktu dan tenaga yang cukup banyak. Kita sudah mendapatkan wilayah itu dan Yang Mulia Raja berencana untuk membangunnya menjadi kota sesegera mungkin."

"Lahan sengketa itu ? Akhirnya kita yang memenangkannya ? Aku tidak menyangka Yang Mulia Raja sangat cepat menanggapi hal itu. Ini belum genap satu tahun ia memimpin namun capaiannya sudah cukup memuaskan untuk golongan raja muda sepertinya."

"Kita harus bangga padanya. Whitemouttier punya masa depan yang cerah." Lelaki itu tersenyum.

"Aku yakin begitu, panglima." Helena sangat bangga mengatakannya karena Kenneth adalah putra yang lahir dari rahimnya. Baru saja mereka membicarakannya, suara tawa Margaret terdengar begitu saja, memecah keheningan pagi itu. Jarak taman istana cukup dekat dengan Burrow sehingga suara Margaret terdengar hingga ke paviliun Helena walaupun samar - samar. Margaret membisikkan sesuatu di telinga Kenneth, membuat lelaki itu tertawa lepas setelahnya. Mereka tetap melekat satu sama lain layaknya lem permanen yang tak bisa lepas.

"Lihatlah, aku tak pernah melihat ia tertawa seumur hidupku. Tetapi sekarang ia tertawa lepas saat bersama permaisuri. Sihir apa yang digunakan perempuan itu ?" Helena kembali memperhatikan mereka berdua, membuat Cedric lagi - lagi harus memikirkan jawaban netral untuk kesekian kalinya.

"Itu bukan sihir, Yang Mulia. Itu cinta."

"Ah, cinta. Aku lupa, aku tidak pernah merasakannya. Kau sendiri bagaimana ? Kau sudah memasuki pertengahan tiga puluh tetapi kau tak kunjung menikah." Wanita paruh baya itu tertawa ringan, membuat Cedric juga ikut tertawa.

"Aku ingin mengabdikan hidup untuk kerajaan, Yang Mulia. Aku telah meminta secara pribadi kepada Yang Mulia Raja untuk tinggal di istana seumur hidupku karena aku tak memiliki rencana untuk menikah. Dan ia mengabulkannya."

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang