35. Ini Warnanya (End)

19 1 0
                                    

- Lukisan yang indah memerlukan warna yang tepat. Dia adalah warna itu -


***

Setelah menyelesaikan permasalahan yang cukup pelik beberapa waktu lalu, Luvena kembali menjalani hari-harinya sebagai siswi Angkasa. Meskipun dalam beberapa minggu lagi status siswi tersebut akan luntur mengingat angkatan Luvena akan segera lulus. Waktu memang berlalu cukup cepat. Apalagi bagi siswa kelas 12. Banyak dari mereka yang biasanya doyan sekali berbuat ulah, mendadak jadi anak baik-baik yang menaati peraturan sekolah. Tidak mau bikin kasus. Takutnya nggak diluluskan sama sekolah, katanya.

Kelly benar-benar mengikuti ucapan Willy. Dia tidak pernah lagi mengganggu Luvena. Ia akan langsung menghindar apabila berada dalam satu tempat dengan Luvena, bahkan Willy. Tidak hanya itu. Setelah tragedi pemberian pelajaran itu, tidak sedikit anak yang berani melawan ketika Kelly mulai menindas mereka. Dan memang seharusnya seperti itu sejak awal. Begitulah kehidupan bekerja, selalu berputar dan berimbang.

“Gila ya. Otak gue rasanya mau meledak ngerjain soal fisika modelan begitu,” keluh Sherly yang baru saja keluar dari ruang ujian. Ah ya, ini merupakan hari terakhir ujian nasional bagi angkatan Luvena. Iya, waktu berjalan secepat itu.

“Iya sih. Lumayan susah. Gue juga kesulitan ngerjain di beberapa soal.”

“Na... please. Nih ya, gue dari awal tuh soal dibagiin udah hopeless tau nggak?!”

“Ya udah berdoa aja. Supaya ntar nilainya nggak jelek.”

“Ih... lo kan udah ketrima SNMPTN. Bisa lah agak nyantai dikit. Gue takut disemur nih sama bokap kalo nilai UN gue jelek. Jangankan lolos SBMPTN, SNMPTN aja gue ga dapet kuota daftar.”

Yaps! Luvena sudah diterima di salah satu kampus negeri ternama di Jakarta lewat jalur SNMPTN. Dia menjadi salah satu siswi yang beruntung itu.

“Lo jangan pesimis gitu dong. Bisa, Sher, bisa.”

Luvena dan Sherly berjalan beriringan menuju kantin. Suasana sekolah mungkin memang tidak seramai biasanya karena siswa kelas 10 dan 11 diliburkan, namun para siswa kelas 12 tidak membiarkan sekolah sepi setelah ujian selesai. Beberapa dari mereka tidak langsung pulang selepas menyelesaikan ujian. Ada yang langsung bermain futsal di lapangan, ada yang bergerombol mengobrol membahas soal-soal yang telah dikerjakan sampai membahas gosip terbaru, ada main kejar kejaran seperti tidak ingat umur, ada pula yang ke kantin seperti Luvena dan Sherly entah untuk mengisi perut atau malah ngonser seperti yang dilakukan Willy cs.

“Ayo goyang dumang!!!”

“Biar hati senang!!!”

“Pikiran pun tenang!!!”

“Galau jadi hilang!!”

Willy, Panji, Rega dan Reno bernyanyi bersaut-sautan. Willy yang suaranya pas-pasan berdiri di atas kursi bersama Reno menyanyi dengan lantang sambil bergoyang heboh. Sedangkan Panji dan Rega selain bernyanyi juga memiliki tugas tambahan sebagai tim perkusi alakadarnya menggunakan meja kayu warung Mang Bono dan botol bekas minuman bersoda.

“Will, lo joget yang bener dong anjing!” protes Reno di sela-sela nyanyiannya.

“Buta lo?! Nggak liat jogetan gue udah paling energic?”

“Goyang dumang tuh mangap-mangap bego. Itu lo goyang gergaji!”

“Alah yang penting goyang. Tarik Mang Rega....”

Rega dan Panji kian meras memainkan perkusi mereka. Tidak sedikit anak-anak yang dikantin yang memperhatikan mereka bahkan ikut bernyanyi. Luvena yang menyaksikan kelakuan pacarya itu Cuma bisa tersenyum sambil geleng-geleng.

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang