16. Video Call

115 14 0
                                    

- Semua masih ku jalani seperti air mengalir. Tapi akan ku buat aliran itu lebih cepat -

***

Bermain kartu dengan aturan yang kalah wajahnya akan dicoret dengan lipstik dengan warna merah menyala memang menjadi keseruan tersendiri untuk Willy dan sahabatnya. Usia mereka saja yang sudah bisa dikatan beranjak dewasa, namun kelakuan masih seperti anak kecil. Walau begitu, mereka sangat menikmati momen – momen kebersamaan ini. Yang mungkin tidak akan terulang suatu saat nanti.

Kali ini mereka bermain di apartemen Willy. Wajah mereka kini penuh dengan coretan lipstik. Saling menertawakan satu sama lain.

“Yes gue selamat dan lo kalah lagi, Ga.” seru Panji yang tadinya duel dengan Rega. Willy, Panji dan Reno menyiapkan lipstik mereka untuk membuat kreasi di wajah Rega.

Willy yang pertama kali mencoret wajah Rega. Ia bingung mencoret dimana karena hampir semua bagian wajah Rega sudah tercoret, dia paling sering kalah. “Elah, Ga, Ga. Pelajaran doang lo pinter. Masa main kartu aja kalah mulu.” ledek Willy.

“Sialan lo.”

Kemudian di susul Panji dan Reno. Wajah Rega benar – benar penuh dengan lipstik. “Udah ah. Wajah gue kasian. Game selesai. Dan gue mau bersihin wajah gue.” putus Rega seraya berdiri.

“Cemen ya kamu.” cibir Reno yang wajahnya masih cukup bersih.

“Diem lo.”

Rega melangkahkan kakinya menuju kamar mandi berniat membersihkan lipstik itu dari wajahnya. Namun ketika ia membasuh wajahnya dengan air, lipstik itu tidak hilang. Rega mengernyit heran. Ia keluar kamar mandi dan menemui teman – temannya.

“Lah, Ga, lo di kamar mandi ga ngaca? Muka lo masih penuh bego.” ucap Panji yang pertama kali menyadari kehadiran Rega.

“Ngaca lah. Gue udah cuci muka tapi lipstiknya ga mau hilang.” Rega menatap Willy yang tadi membeli lipstik untuk mereka bermain. “Lo beli lipstik apaan deh, Will?”

Willy mengendikkan bahunya. “Ga tau. Bentar gue liat dulu bungkusnya.” Willy mencari bungkus lipstik yang tadi ia beli. Ia meringis setelah membaca keterangan di bungkusnya. “Itu tahan 3 jam dari air.”

Reno menoyor kepala Willy. “Willy bego. Terus ini muka kita gimana?”

“Tunggu aja. Ntar juga ilang.” ucap Willy santai.

Rega berdecak kesal. “Enak banget lo ngomong. Muka gue udah ga karuan ini. Lo ada cleanser wajah nggak?”

Willy mengangkat sebelah alisnya. “Lo kira gue setengah mateng? Ya mana punya gue barang barang begituan.” ketusnya.

"Tanggung jawab lo, Will. Muka ganteng gue ternodai."

"Gue ga bikin lo bunting. Ngapain juga pake tanggung jawab."

"Gara gara lo, gue ternoda."

"Ga suci lagi lo. Jangan deket deket gue." sahut Reno.

"Lo kok gitu sih sama gue. Iya gue tau kalian semua suci. Cuma gue yang penuh dosa. Cuma gue." ucap Rega drama.

Rega kemudian duduk di sebelah Panji yang sedari tadi diam  menyaksikan teman – temannya. “Udahlah, Ga. Ntar juga ilang. Lagian bukan cuma lo.” ucap Panji.

“Tapi gue yang paling parah ler.”

“Udah ah, Ga. Bacot mulu.” Reno beralih menatap Willy yang sibuk dengan ponselnya sambil senyum – senyum tidak jelas. “Eh, Will. Lo perlu gue bawa ke rumah sakit jiwa?”

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang