33. Pelajaran Dari Willy

65 1 0
                                    

- Kelemahan seseorang terletak pada orang yang mereka sayang -

***

“Cantik...”

Luvena mendongakkan wajahnya mendengar suara yang amat ia kenali. Ia mendapati Willy berjalan menuju mejanya. Jam istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Maka tak heran jika Willy sudah berada di kelas Luvena.

“Ingin rasa hati berbisik.”

“Lah ngapain kesini?” tanya Luvena.

Willy kembali bersenandung dengan suaranya yang sangat pas pas an itu. “Untuk melepas semua keresahan.”

“Apaan sih ga jelas.”

Willy terkekeh kemudian mengacak singkat rambut Luvena.

“Aduh tolong hargai mata gue dong ya,” cibir Sherly yang memang sedari tadi duduk di mejanya, di sebelah Luvena.

“Alah, biasa juga lo digituin sama Reno,” ledek Willy yang membuat Luvena tertawa karena melihat wajah Sherly yang sudah seperti kepiting rebus.

“Sialan lo ya.”

“Jadi ngapain kesini?” ulang Luvena.

“Ayo ikut. Kita selesaiin apa yang kemarin belum selesai.”

Luvena tau arti dari ucapan Willy. Cowok itu pasti akan memberi “pelajaran” untuk Kelly. Hanya saja ia tidak menyangka kalau Willy akan melakukannya ketika jam istirahat. “Sekarang?”

“Iya dong. Lebih cepat lebih baik.”

“Ini jam istirahat. Nanti malah diliatin orang orang. Kenapa nggak pulang sekolah aja?”

Willy tersenyum miring. “Justru itu tujuannya. Supaya orang orang tau, sebusuk apa dia itu.”

“Kalau ngomong,” peringat Luvena.

“Iya, Na, gapapa sekarang aja. Biar dia kapok juga,” sahut Sherly. Bukannya ia ingin menghianati Kelly, tapi apa yang Kelly lakukan memang sudah kelewatan, kriminal. Lagipula selama ini Kelly tidak memperlakukannya sebagai teman yang sesungguhnya.

“Tapi kan...”

“Udah, sayang, jangan kebanyakan tapi tapi.” Willy kemudian menggenggam tangan Luvena. “Ayo.”

Luvena mau tidak mau akhirnya menurut. Ia berdiri kemudian berjalan mengikuti Willy. Tidak hanya Sherly, tapi Mikha yang rupanya tadi menunggu di depan kelas juga ikut berjalan di belakang Willy dan Luvena. Ia sudah berjanji akan membantu Luvena untuk membuat Kelly mengakui perbuatannya.

Willy yang berjalan menuju gedung kelas 12 IPS dengan menggandeng tangan Luvena menjadi pusat perhatian. Luvena sudah mulai tebiasa dengan hal ini. Ia selalu ingat ucapan Willy, “Ini hubungan kita. Yang ngejalanin ya aku sama kamu. Kalau orang orang suka ngomongin kita, anggep aja omongan mereka kaya suara di luar angkasa. Ada tapi nggak kedengeran.”

Ketika mereka berempat sampai di depan kelas Kelly, mereka bisa melihat ada Panji, Rega dan Reno yang sedang berusaha menahan Kelly, Ghea, dan Laura aga tidak keluar kelas. Mereka melakukan tugasnya dengan baik.

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang