31. Tentang Irfan

68 4 0
                                    

- Selalu ada cerita dimasa lalu. Mungkin cerita itu akan berakhir dibelakang. Mungkin juga berlanjut sampai sekarang. -

***

"Na, na, na."

Sherly yang baru saja sampai di kelas langsung nimbrung di meja yang sudah berisikan Luvena. Pagi ini Luvena berangkat ke sekolah dengan Willy. Meskipun masih banyak mata – mata yang menatapnya tak suka, tapi Luvena mulai membiasakan diri. Lagipula tak ada salahnya juga ia berkorban untuk Willy.

"Apa, Sher?"

"Gue denger dari si mesum, kemarin Irfan kecelakaan?"

"Iya."

"Kok bisa?" tanya Sherly gemas. "Lo juga ih, gue telepon nggak diangkat. Katanya kan elo yang sebenernya mau ketabrak. Gue khawatir tau."

"Sorry, ya, Sher? Gue kemarin bener – bener panik."

"Tapi lo nggak kenapa – kenapa kan?" Sherly memutar mutar tubuh Luvena. Melihat ada luka atau tidak. Luvena tersenyum. Sherly memang sahabatnya, dan akan selalu begitu.

"Gue nggak kenapa – kenapa. Tapi Irfan yang kena. Lehernya patah terus sepasang tulang rusuknya retak."

Sherly memasang wajah prihatinnya. "Ya ampun kasian banget si ganteng. Semoga dia baik baik aja deh."

"Semoga. Kemarin Willy sama yang lain masih nyoba nyari kontak orang tuanya Irfan lewat anak anak cempaka. Tapi masih belum dapet."

"Terus masalah biaya dan lainnya? Dia pasti butuh dioperasi tuh kalo ada patah tulang gitu."

"Kemarin Irfan langsung di operasi kok. Willy yang nanggung semua."

Wajah Sherly langsung berubah jahil. "Pacar lo tuh. Paket lengkap emang."

Luvena terkekeh. "Emang Reno nggak paket lengkap?"

Sherly mendengus sambil memutar bola matanya kesal. "Iya paket lengkap. Lengkap minusnya."

"Minus minus juga lo mau."

"Ih, apaan sih, Na." Mata Sherly melotot. Wajahnya memerah, blushing. Kemudian ia mencubit pelan perut Luvena. "Udah ah. Terus itu Irfan gimana sekarang?"

"Belum sadar. Nanti pulang sekolah gue mau jenguk sama Willy. Sama yang lain juga kayanya. Lo mau ikut?"

"Iya deh boleh. Dia dirawat dimana?"

"Rumah sakit Pancara Medika."

***

"Baik anak anak saya akhiri pelajaran hari ini. Pesan saya kalian harus rajin – rajin belajar. Kalian akan segera menghadapi rangkaian ujian. Mulai dari ujian praktik sampai nanji ujian nasional. Sudah tidak ada lagi waktu untuk main – main. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, selamat siang."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu."

Setelah menutup pelajaran, Pak Sofan keluar kelas. Ia terkejut dengan kehadiran 4 cowok biang rusuh Angkasa sudah berdiri di samping pintu. Bel baru saja berbunyi. Beliau sudah bisa menebak kenapa mereka sudah berada disana.

"Kalian kok disini? Bolos kalian?"

"Ya Allah, Pak, kok suudzon sama kita," ucap Willy.

"Padahal kan kita nggak bolos," sambung Rega.

"Iya. Tadi kan Pak Agus nggak masuk ke kelas, Pak," lanjut Reno.

"Bego," cibir Willy, Rega, dan Panji pelan. Mereka tidak menyangka Reno akan memberikan alasan itu. Pak Agus adalah jenis jenis guru disiplin yang jarang tidak masuk.

WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang