17. Pacar Baru

99 13 1
                                    

- Memang seharusnya kita tidak peduli karna kita bukan siapa siapanya. Tapi kadang hati suka menghianati. -

***

Pelajaran agama di kelas 12 IPS 1 kali ini membahas tentang aurat. Pak Mizan selaku guru agama yang mengajar di kelas Willy menjeaskan panjang lebar tentang bab aurat. Meskipun beberapa anak merasa sangat ingin menguap tapi mereka menahannya agar terhindar dari konsekuensi bila menguap saat peajaran Pak Mizan; push up untuk cowok dan scot jam untuk cewek.

“Jadi kesimpulannya kalian yang perempuan – perempuan ini, yang udah punya pacar ini terutama. Jangan menunjukkan aurat kalian kecuali sama imam kalian nanti.” ucap Pak Mizan sambil berjalan ke kanan kiri depan papan.

“Wah, kayanya gue mesti ganti nama jadi Imam nih.” celetuk Reno yang terdengar keras.

“Lah, emangnya kenapa, Ren?” sahut Willy yang duduk di depan Reno.

“Biar halal kalo liat aurat wanita.”

Pak Mizan geleng – geleng menghadapi anak muridnya yang otaknya kelewat kotor itu. Mungkin memang semua laki – laki memiliki sedikit banyak pikiran kotor. Tapi sepertinya Reno sudah level tinggi.

Tak lama kamudian bel pertanda istirahat berbunyi; surga para murid di antara penjajahan pelajaran yang menyiksa. Pak Mizan segera mengakhiri pelajaran kemudian keluar dari kelas. Semua anak di kelas 12 IPS 1 pun juga berhamburan keluar kelas, tak terkecuali Willy dan kawan kawan.

“Lancarkan aksi!” seru Willy antusias.

“Yo ai bosku.” jawab Panji, Rega dan Reno berbarengan.

Mereka berempat langsung menuju ke kelas 12 IPA 4, kelas Luvena yang juga menjadi kelas calon pacar Willy. Ya, seperti katanya beberapa rencananya kemarin, Willy akan memacari satu cewek dari kelas Luvena. Entah itu akan membantu atau tidak dalam mendekati Luvena; yang jelas Willy harus mencobanya.

Kelas 12 IPA 4 masih ramai. Beberapa anak masih di dalam kelas, Luvena dan target pacar Willy juga berada di sana. Kelihatanya rencana akan berjalan mulus.

“Oi, Will, nyari siapa?” tanya Dana yang merupakan ketua keas 12 IPA 4 yang dulunya juga anak futsal sama seperti Willy.

“Ada Karin ga di dalem?” tanya Willy basa basi. Jelas – jelas dia tau ada Karin di dalam. Informasi tentang Karin; juara kelas, cantik, mantan anggota paduan suara. Ah satu lagi, akan menyandang gelar sebagai pacar Willy untuk entah yang keberapa. Meskipun hanya untuk permainan, Willy masih memiliki standard.

“Ada, Will. Noh di dalem anaknya.” Dana memalingkan wajah ke arah Karin yang duduk sambil membenahi tataan rambutnya.

“Gue namu nih.” ucap Willy.

“Oke. Gue duluan ya bos. Mau ngisi perut dulu.”

Setelah mendapat anggukan dari Willy dan kawan – kawan, Dana beranjak pergi. Sedangkan Willy langsung masuk ke dalam kelas. Luvena sedikit kaget karena tiba – tiba cowok itu ada disana. Ekor matanya menngikuti kemana arah cowok itu melangkah; meja Karin. Dahi Luvena mengernyit heran.

“Hai cantik.” sapa Willy kemudian duduk di meja depan Karin. Mendapat sapaan itu dari Willy wajah Karin bersemu merah. Tipikal yang sama dengan mantan – mantan Willy, golongan lemah kalau udah menyangkut sama yang namanya cogan.

“Hai, Will. Tumben – tumbenan kesini. Ada perlu apa?”

Rega memberikan coklat yang sudah dihiasi dengan pita berwarna pink pada Karin. Ada gulungan kertas kecil pada coklat itu. “Ini neng ada titipan dari abang Willy.”

WarnaWhere stories live. Discover now