9. Sedikit Takut

128 18 0
                                    

- Aku hanya takut jatuh dalam perangkapmu yang berujung luka -

***

Pelajaran kimia kelas 12 IPA 4 kali ini bertempat di lab kimia. Mereka harus melakukan beberapa praktek uji reaksi. Luvena dan Sherly serta anak 12 IPA 4 lainnya berjalan di koridor menuju lab kimia.

Langkah mereka terhenti ketika segerombolan anak 12 IPS 1 berjalan memotong jalan mereka. Mereka menuju ke lapangan upacara. Jangan lupakan ada Willy dkk disana. Bahkan mereka berada di barisan paling depan.

"Na, Na. Itu anak kelas Willy kenapa deh disuruh ke lapangan?" tanya Sherly.

Luvena mengendikkan bahunya. "Gue nggak tau lah, Sher" jawabnya.

Kemudian Sherly menarik salah satu tangan anak 12 IPS 1, cowok. "Bim, ngapain ke lapangan?" tanya Sherly pada cowok yang Sherly ketahui namanya Bima.

"Gara gara Willy. Tadi dia bilang kalo pelajaran geografi kosong. Terus dia traktir anak sekelas ke kantin, ya anak anak pada mau. Eh, ternyata Pak Agus ada dan nggak kosong. Akhirnya kena hukum deh sekelas. Lo tau Pak Agus orangnya gimana"

Luvena tidak kaget. Hal hal semacam ini sering Willy lakukan. Cowok itu memang senang berbuat ulah. Membuat para guru naik darah karena tingkahnya.

"Makasih, Bim"

Cowok itu mengangguk kemudian berlalu. Sedangkan anak 12 IPA 4 kembali melanjutkan berjalan.

"Na, liat deh si Willy" Sherly menunjuk Willy yang sedang berdiri menghadap Pak Agus. "Kapan sih dia nggak ganteng?"

"Kapan sih dia nggak bikin ulah?"

Sherly terkekeh mendengar ucapan Luvena. "Ga masalah dia bikin ulah. Yang penting tetep ganteng"

"Kasian temen temennya, Sher. Lo ga liat mereka semua kena hukum gara gara ulah dia?" Luvena merilik ke arah barisan anak 12 IPS 1 yang hanya tertunduk takut di hadapan Pak Agus.

Sherly mengikuti arah pandang Luvena. "Iya juga sih. Ah tapi bodo amat. Yang penting dia ganteng"

Luvena hanya bisa menghela napas panjang jika sudah seperti ini. Sherly tidak akan membiarkan idolanya terlihat buruk.

Sedangkan di sisi lain, Willy dengan berani menghadap Pak Agus. Guru dengan badan tegap yang membuatnya terkesan tegas itu menatap teman sekelas Willy dengan bengis.

"Siapa yang memberikan informasi pelajaran saya kosong?" tanya Pak Agus horor. Matanya tajam menusuk pandangan anak 12 IPS 1.

Namun Willy dengan santainya mengangkat tangan. Menjawab dengan tanpa beban. "Saya, Pak"

"Kamu lagi, kamu lagi. Kenapa kamu ini tidak bisa berhenti membuat masalah?!"

"Bukannya begitu, Pak. Saya kasian sama temen temen saya tadi pada stres gara gara ulangan matematika. Nah, saya punya inisiatif buat refresh otak mereka supaya ga panas. Makanya saya bilang pelajaran bapak kosong terus saya ajak mereka ke kantin"

Ingin tertawa namun takut karena ada Pak Agus disana. Anak sekelas Willy hanya menunduk sambil menahan tawanya karena mendengar jawaban Willy.

Pak Agus menghela nafas panjang. Ia sudah cukup jengah dengan perilaku Willy yang tidak pernah berubah.

"Sekarang kalian saya hukum lari puter lapangan 2 kali. Cepat!"

"Tunggu, Pak" cegah Willy.

"Apalagi?"

"Hukuman untuk teman teman biar saya yang tanggung. Kan ini salah saya"

Para kaum cewek di kelas itu menatap kagum pahlawan mereka. Gentlemen. Sekarang tingkat kegantengan Willy bertambah di mata mereka.

WarnaWhere stories live. Discover now