10. Naik Motornya

119 16 0
                                    

- Suatu saat nanti kamu akan percaya bahwa aku adalah tempat ternyaman di dunia -

***

Sabtu malam minggu, Glofam akan lebih ramai dari biasanya. Apalagi jika sabtu malam minggu begini ada penyanyi akustik yang di sukai para remaja, menghibur.

Seperti malam ini, Glofam ramai oleh muda mudi yang ingin menghabiskan malam bersama teman maupun yang terkasih. Luvena cukup sibuk berjalan kesana kemari melayani para pengunjung.

"Selamat malam. Saya disini akan membawakan sebuah lagu untuk kalian yang mungkin ingin bersantai di malam yang cukup indah ini"

Penyanyi itu membuka penampilan dengan menyanyikan lagu 'Say You Won't Let Go' milik James Arthur. Suara merdu sertan alunan petikan gitar yang lambat membuat suasana terkesan tenang.

Setelah penyanyi itu menyelesaikan lagu tersebut, seseorang mengangkat tangannya. Cowok yang menakan  kaus polo warna hitam dipadukan dengan celana jeans warna biru gelap itu menjadi pusat perhatian. Wajah tampannya memang tidak pernah gagal menarik perhatian kaum hawa.

"Iya mas, ada apa?" tanya si penyanyi.

"Mau request lagu boleh ga, Mas?"

"Wah, boleh mas. Mau request lagu apa? Yang saya bisa ya" jawab penyanyi itu ramah.

"Pencinta wanita lagunya Irwansyah. Bisa ga, mas?"

Teman teman cowok itu yang berada di sekitarnya langsung memberikan toyoran toyoran.

"Kaya lo, pecinta wanita" ungkap salah satu kawannya.

"Boleh, mas. Masnya namanya siapa?"

"Willy. Ah, ya lagu ini khusus buat yang lagi bertugas disini. Berhubung saya ga bisa nyanyi, jadi di wakilin aja sama masnya"

Cowok itu—Willy, menatap Luvena yang ternyata juga memperhatikannya. Luvena bahkan bingung kenapa ia memperhatikan Willy. Sejak Willy bersuara, Luvena yakin bahwa suara cowok itu adalah suara Willy.

Willy memberikan senyuman manis pada Luvena. Mengingat kata suka yang pernah Willy ucapkan, Luvena lebih memilih untuk memalingkan wajah.

Setelah mas mas tersebut menyanyikan lagu Pecinta Wanita, Willy melambaikan tangannya untuk memesan. Seperti biasa, Willy hanya mau Luvena yang melayani. Mau tak mau Luvena menghampiri meja Willy bersama ketiga temannya.

"Mau pesan apa?" tanya Luvena.

"Cinta lo boleh ga?" tanya Willy jahil.

"Serius"

"Mau banget gue seriusin?"

Luvena mendengus kesal. Selalu saja cowok ini mengartikan lain kalimatnya. "Buruan mau pesen apa?"

"Suka banget buru buru ninggalin gue" Willy menghela nafas pendek kemudian melirik ke buku menu. "Caramel latte aja satu. Sama spicy sosis yang jumbo satu"

"Gue jus apel aja" ucap Rega yang memang menyukai jus buah.

"Gue lemon tea sama french fries aja" itu Reno.

Dan untuk yang terakhir, Panji. "Gue samain kaya Willy"

Selang beberapa menit, Luvena kembali dengan membawa pesana mereka berempat. Setelah meletakkan pesanan mereka di meja, Luvena berniat meninggalkan mereka. Namun tarikan pada tangannya mencegahnya.

Willy adalah pelaku yang menarik tangan Luvena. "Lepasin, Will" ucap Luvena risih.

"Kenapa sih ga suka banget tangannya gue pegang? Belum tau aja kalo tangan ini bakal jadi tempat ternyaman lo di dunia"

WarnaWhere stories live. Discover now