30. Kecelakaan

67 7 0
                                    

- Apapun akan dilakukan untuk orang yang kita sayang. Memang begitu cara kerjanya. -

***

Kelly kini tengah duduk di salah satu kursi kafe yang tak jauh dari sekolahnya, bersama cewek yang mengajaknya bekerja sama untuk membuat Luvena tidak tenang.

"Tuh cewek bener – bener udah kelewatan," geram Kelly dengan tangan terkepal dan wajah penuh amarah. "Berani – beraninya dia deket – deket Willy di depan banyak orang. Di hadapan gue."

"Ya, gimana nggak berani. Orang Willy aja udah terang – terangan ngakuin kalo Luvena itu pacarnya."

"Sialan. Padahal sebelumnya Willy ga pernah sampe somasi orang yang gangguin ceweknya. Gue kasih pelajaran abis – abisan cewek yang berani jadi pacarnya, dia bodo amat. Ini baru segini, dia udah turun tangan."

Cewek di hadapan Kelly itu terkekeh. "Well, itu artinya cewek itu emang penting buat Willy."

Kelly memberi tatapan tajam pada cewek di hadapannya itu. Menandakan bahwa ia tidak menyukai apa yang cewek itu katakan. Ya, meskipun memang sedikit sisi dari dirinya menyetujui apa yang cewek itu ucapkan.

Ponsel Kelly yang diletakkan di atas meja menyala. Ia mengambil ponselnya tersebut yang ternyata menampilkan notifikasi dari instagram. Notifikasi dari instagram milik Willy. Ya, Kelly memang menyalakan notifikasi itu agar tidak terlambat mengetahui postingan instagram cowok yang tidak pernah lepas dari pandangannya itu.

Kelly segera membuka notifikasi tersebut. Amarahnya langsung naik ketika melihat apa yang Willy posting. Disana ada foto Luvena yang cowok itu ambil ketika mereka berada di speed boat. Willy juga membubuhkan caption 'Her smile is my world'.

"Bangsat!" maki Kelly.

"Kenapa lo?"

Kelly pun memberikan ponselnya pada cewek itu. Dan cewek itu tertawa. "Harus diberesin secepetnya, kan?"

"Tapi ancaman Willy..."

"Sejak kapan seorang Kelly Amarajaya takut sama ancaman?" potong cewek itu dengan senyum miring. Kelly diam. "Kalo lo setuju, gue udah punya rencana."

***

Kegiatan Luvena masih sama seperti sebelum ia menjadi pacar Willy. Membantu bunda mengantarkan pesanan katering yang memang lumayan sukses, tentu saja. Masakan bunda memang tidak perlu diragukan cita rasanya.

"Ini nanti kamu bilang sama Bu Broto. Pesanannya bunda lebihin tiga kotak buat bonusnya," ucap Bunda sembari memberikan beberapa kotak makanan.

"Iya, bun." Luvena pun segera keluar rumah sambil menenteng beberapa box makanan pesanan.

Luvena lumayan terkejut dengan kehadiran Irfan yang tiba – tiba. Cowok itu baru saja turun dari motornya dan melepas helm. Ia mengenakan celana hitam sobek sobek yang dipadukan dengan kaos berwarna merah bata. Irfan memang tampan, dari dulu. Tapi tampan saja tidak cukup untuk menarik perhatian Luvena. Dan ngomong – ngomong, sekarang cowok itu lebih sering datang ke rumah Luvena.

"Fan?"

"Eh, hai, Na. Mau nganter katering ya?" tanya Irfan sembari melihat box yang Luvena bawa.

"Iya. Ada perlu apa? Kok kesini nggak bilang – bilang."

Irfan mengangkat sebelah alisnya, "Emang gue boleh kesini cuma kalo ada perlu doang?"

Luvena spontan menggeleng. "Nggak kok. Bukan gitu maksud gue. Cuma..." Wajah Luvena yang sedikit panik karena merasa salah bicara, mengundang tawa Irfan yang justru membuat Luvena heran. "Kok malah ketawa sih? Beneran gue nggak maksud lho."

WarnaWhere stories live. Discover now