3. Penasaran

147 24 2
                                    

- Hati hati. Dunia akan selalu berputar -

***

Seperti malam minggu biasanya, Willy dan teman temannya akan menghabiskan malam di klub. Cari cewek, joget di dance floor, kobam, paling cuma itu tujuan mereka kalo ke klub. Tapi ada satu yang punya tujuan tambahan. Si Reno, mau cari temen mojok dia. Reno emang alig.

Liat aja sekarang. Disaat Willy, Rega sama Panji duduk di bar sambil negak sedikit wine, dia malah udah joget bareng cewek di dance floor. Mereka hanya bisa geleng geleng melihat tingkah Reno.

"Will, kita ditantang anak Cempaka. Lo jabanin nggak?"

"Lah, kenapa emang?"

"Biasalah, mereka nggak terima futsal mereka kalah di turnamen kemaren."

Willy megendikkan bahunya acuh. "Terserah. Gue ngikut aja."

"Hari Senin, Will. Di gudang bekas pabrik sofa deket panti asuhan Muara Kasih," kata Panji.

Terpikir mereka bakal ngapain? Buat yang nebak mereka bakal tawuran, congrast you are right.

Futsal SMA Angkasa yang memang bagus—yang dulu di kapteni Willy, tapi udah enggak gara gara si Willy udah kelas 12—punya banyak musuh. Hampir setiap SMA Angkasa menang, lawan mereka dipertandingan suka nantangin tawuran. Tentu aja Willy jabanin. Beruntungnya selama ini pihak sekolah tidak tau akan hal itu.

"Oke. Siapin siapa aja yang mau ngikut."

"Gampang. Itu bagian gue," sahut Rega. "Dance floor yuk? Pengen cuci mata gue."

"Ternyata lo udah terkontaminasi sama Reno," ledek Panji.

"Babi lo, Ji. Yuk mau nggak?"

"Nggak. Udah sono lo sama kembaran lo."

"Lo ngomong gitu lagi, lo gue tampol pake botol wine," sungut Rega sambil mengangangkat satu botol wine di tangan kanannya.

Willy tertawa renyah. "Udah Ga sana. Gue sama Panji lagi nggak mood. Ya nggak, Ji?" Panji mengangguk sebagai tanda ia setuju dengan ucapan Willy.

"Nggak asik lo pada." Rega meletakkan kembali botol itu di meja bar kemudian menuju ke Reno.

Sekarang hanya tersisa Panji dan Willy saja. "Will, tumben lo nggak sama cewek. Bukannya lo masih sama si Kelly?"

Willy berdecak. "Tuh cewek pacaran sama gue cuma buat numpang hits, mana sok posesif lagi. Udah gue buang tuh cewek ke laut."

Betapa brengseknya ucapan Willy.

"Lah? Kapan putusnya?"

"Kemarin," jawab Willy singkat tanpa beban.

Panji geleng geleng menghadapi temannya itu. Ganti pacar udah kaya ganti kaos kaki, gampang banget.

"Heran gue sama mantan mantan lo yang bejibun itu. Udah tau lo nya bangsat gini, masih aja mau."

Willy terkekeh. "Karena mereka bisa ambil benefit kalo pacaran sama gue. Mereka mau sama tampang gue, harta gue, sama ya lo tau, gue dan kita kita eksis. Mereka bilang tuluslah, apalah, itu semua bullshit."

"Ya tapi tuh cewek cewek anak orang kali. Lo seenak jidat patahin hatinya."

"Salah mereka mau sama gue. Mereka juga yang nembak gue. Meskipun kalo gue yang nembak, gue nggak pernah bener bener suka."

Panji menoyor kepala Willy. Sobatnya itu tak kunjung tobat.
Sepertinya ia harus benar benar berdoa pada Tuhan agar mengirimkan karma pada Willy.

WarnaWhere stories live. Discover now