24. Tentang Luvena

89 10 0
                                    

- Kamu seperti pelangi di malam hari. Tidak banyak yang tau bahwa kamu ada. Tapi aku, aku tau, aku tau bagaimana indahnya dirimu. -

***

Suasana kantin di jam istirahat kali ini begitu ramai. Semua berebut ingin mengisi tenaga yang telah habis akibat mengerjakan soal – soal UAS. Kantin Mang Bono terlihat yang paling ramai. Tidak heran karena kantin Mang Bono merupakan kantin favorit anak SMA Angkasa. Selain harganya yang lebih murah di kantin yang lain, Mang Bono yang sangat ramah membuat kantin itu selalu ramai.

Luvena dan Sherly kini tengah berjalan menuju kantin Mang Bono. Melihat kantin yang seramai itu membuat Luvena sedikit enggan untuk menginjakkan kakinya disana. Ia tidak terlalu suka dengan keramaian.

"Sher, lo kesana sendiri aja, ya? Gue tunggu di taman deket perpus. Gue mau belajar aja."

"Yah, Na. Ayolah. Masa lo tega ninggalin cewek secantik gue sendirian? Ntar kalo gue kenapa – kenapa gimana?"

"Astaga, Sherly. Lo cuma mau beli makan, bukannya mendaki ke Everest."

"Yah yah yah. Gue nggak suka kalo kesana sendirian. Yuklah temenin, sekalian cuci mata. Itu ada temen – temennya Willy. Pasti ada Willy juga deh."

"Nggak deh, Sher. Gue tungguin di taman deket perpus aja, oke?"

Sherly menghela nafasnya kemudian mengangguk. Dia sangat paham bahwa Luvena tidak terlalu suka dengan keramaian seperti di kantin Mang Bono itu. Akhirnya ia pergi ke kantin sendiri dan Luvena pergi berbalik arah menuju taman dekat perpus.

Sherly dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, perlu benjinjit sambil sedikit berteriak untuk memesan. Sampai tak sadar ada seseorang telah berdiri di sampingnya.

"Kalo lo teriak – teriak juga, itu mempercepat Mang Bono jadi tuli."

Sherly menoleh ke samping dan mendapati Reno yang juga menatap ke arahnya.

"Ya mau gimana lagi. Gue bisa – bisa nggak dapet pesanan. Keburu bel entar."

"Mau pesen apa sih? Sini nitip gue aja."

Sherly memicingkan matanya curiga. "Lo modus ya?" tudingnya.

"Aelah. Orang tulus malah dibilang modus. Cowok mah takdirnya gitu ya? Salah mulu."

Sherly terkekeh mendengar respon Reno barusan. "Oke deh nitip gue. Pentol bakso doang ga pake kuah 5000. Sekalian sama jus jeruknya 2."

"Lo haus banget emang? Dua sekaligus."

"Yang satunya Luvena. Gue nggak semaruk itu lah ya."

"Ya udah lo duduk aja noh di meja gue." Reno menunjuk meja yang biasanya ia dan teman – temannya tempati. Hanya ada Rega dan Panji disana.

"Willy kemana?" tanya Sherly spontan.

Reno menaikkan sebelah alisnya. Sedikit heran kenapa Sherly tiba – tiba bertanya tentang Willy. Namun tak urung dia menjawab juga.

"Lagi ada misi khusus sama pacarnya."

***

Dari kantin, Luvena langsung berjalan menuju teman dekat perpus yang memang sering jarang dilewati. Mungkin memang biasanya ia akan pergi ke perpus. Tapi di masa UAS seperti ini, perpus ramai. Itulah alasan Luvena lebih memilih disana. Ia bisa belajar dengan konsentrasi.

WarnaWhere stories live. Discover now