32. Pelaku

45 5 0
                                    

- Dengan cara apapun sebuah rahasia ditutupi, dia akan punya caranya sendiri untuk terbongkar. -

***

“Lo yakin itu mobilnya dia?”

Pagi ini Luvena, Sherly, Willy, Panji, Rega dan Reno sudah berkumpul di rooftop sekolah. Mereka sedang membahas perihal pelaku penabrakan Luvena. Mendengar dari cerita Luvena, mereka–terutama Rega dan Panji–menduga kalau penabrakan itu bukan real kecelakaan. Mereka yakin kalau hal itu pasti sudah direncanakan. Dan saat ini mereka mencurigai seseorang.

“Yakin gue,” jawab Sherly. “Orang biasa dia juga ke sekolah pake itu mobil kok. Tapi emang gue lihat kemarin dia nggak pake mobil itu.”

“Terus sekarang gimana? Apa kita tanya langsung aja? Atau interogasi sekalian deh. Udah gemes banget gue.”

Willy memang sudah geregetan ingin tau siapa pelakunya. Ketika ada nama yang dicurigai dengan bukti yang cukup kuat, ia ingin segera melibas pelaku yang sudah berani mencelakai gadisnya itu. Ia tidak akan segan – segan untuk memberi pelajaran pada pelakunya, siapapun itu.

“Terserah sih. Asal jangan lo aja yang ngeinterogasi,” saran Rega. “Takutnya lo lepas kontrol.”

“Setuju,” sahut Luvena. “Gimana kalau gue aja? Biar gue tanya baik – baik dulu.”

“Aelah, Na. Kalau ditanya baik – baik ya nggak bakal ngaku dianya,” ujar Sherly.

“Tapi kan kita punya bukti. Dia nggak bisa nyangkal.”

“Sekalipun kamu punya buktinya, dia ga mungkin ngaku gitu aja,” ucap Willy. “Udah biar gue aja. Gue janji dah sama kalian kalau ga bakal lepas kontrol.”

“Yakin lo? ” tanya Reno.

“Ya diusahain.”

“Harus diusahain. Gitu gitu dia cewek kali,” sahut Panji.

Willy memutar bola matanya. “Iye – iye.”

“Udah ya? Berarti Willy yang bakal turun tangan.” Mereka semua menanggapi ucapan Rega dengan anggukan. “Gue udah nyiapin rencana supaya dia mau ngaku. Sementara ini kita selesein masalah ini dulu. Masalah orang tua Irfan bisa nyusul nanti. Sambil nunggu Irfan sadar.”

Willy menepuk nepuk punggung Rega. Ia bersyukur punya teman sepertinya yang walaupun kadang kekanak – kanakan, tapi bisa diandalkan. “Thanks, Ga.”

Anytime kalau buat temen gue yang bego ini.”

“Ye si tai.”

Selanjutnya, Rega memaparkan rencana yang sebenarnya sudah ia pikirkan setelah Sherly memberi tau tentang mobil siapa yang sudah menabrak Irfan–atau lebih tepatnya Luvena.

***

“Lo udah urus yang diminta Rega?” tanya Luvena pada Sherly. Sekarang mereka berdua sedang membereskan buku – buku mereka karena bel pulang memang sudah berbunyi.

“Udah. Dan kebetulan banget dia piketnya hari ini. Jadi masalah ini bisa lebih cepet kelar.”

“Semoga.”

WarnaWhere stories live. Discover now