5. Heartbreaker

141 23 0
                                    

- Mungkin orang yang suka mematahkan hati orang lain belum pernah dipatahkan hatinya -

***

Pagi ini matahari tampak begitu percaya diri menampakkan wajahnya. Sinarnya begitu cerah tak tertutup awan sedikitpun. Membuat Luvena bersemangat untuk memulai harinya.

Gadis itu kini berjalan keluar kamarnya menuju ke meja makan. Sudah banyak anak panti lainnya yang siap menyantap sarapan mereka.

"Pagi semua!" sapa Luvena.

"Pagi?"

Luvena duduk di meja makan. Kemudian salah satu anak di panti itu memimpin doa. Semua bersemangat untuk melahap habis sarapan mereka, tak terkecuali Luvena.

Tak sampai lima belas menit Luvena menyelesaikan acara makannya. Setelah meminum teh, ia berpamitan pada bunda untuk berangkat ke sekolah.

Seperti biasa, Luvena memasang earphone di kedua telinganya. Mendengar lagu lagu bermelodi tenang untuk menemani perjalanannya ke sekolah dengan sepeda gunungnya.

Saat Luvena keluar dari pelataran panti, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang cowok bersama motor sport hitam miliknya, berdiri di depan gerbang panti.

Cowok ini nggak main main. Batin Luvena setelah melihat cowok itu. Luvena berjalan sambil menuntun sepedanya menuju gerbang.

"Selamat pagi tuan puteri," sapa cowok itu sambil tersenyum manis, terlihatlah lesung pipinya.

"Lo ngapain kesini?" tanya Luvena tak peduli dengan sapaan cowok itu.

"Kan tadi malem gue udah bilang kita ke sekolah bareng," jawabnya santai.

"Nggak perlu. Kaki gue masih sehat buat kayuh sepeda."

"Masa gue udah bela belain bangun pagi, lo nggak mau berangkat bareng gue "

"Kan gue nggak minta."

"Luvena Mavrica Florean, berangkat bareng gue ya?"

Luvena heran. Kenapa cowok ini begitu kukuh ingin berangkat bersamanya ke sekolah. Pikiran bahwa cowok ini akan menjadikannya sebagai korban menyapanya. Tapi sepertinya tidak mungkin.

Luvena tau bagaimana mantan mantan Willy, Luvena tidak termasuk di dalamnya. Mereka yang pernah menyandang status sebagai pacar Willy kebanyakan anak anak yang cantik, kaya, dan populer. Bukan Luvena ikut mengepoi hidup Willy, tapi Sherly yang selalu memberi update berita-yang sebenarnya tidak Luvena butuhkan-tentang cowok itu.

"Maaf, Willy Andrian Leonard. Gue nggak berminat."

"Please..."

Cowok itu-Willy, memasang tampang memelasnya. To be honest, dia terlihat begitu tampan. Luvena mengakui hal itu. Tapi Luvena tidak begitu mudah terpengaruh.

"Nggak. Gue nggak mau," tegas Luvena kemudian menaiki sepedanya. Mengayuhnya menjauhi Willy.

Willy yang kaget karena ditinggal begitu saja, terburu buru menaiki motornya dan menjalankannya untuk mengejar Luvena.

Motor yang biasanya ia jalankan dengan kecepatan di atas 60km/jam, kini berjalan tak lebih dari 30km/jam. Ini karena Willy mencoba mensejajarkan posisinya dengan Luvena.

"Luvena!"

"Cantik!"

"Sweetheart!"

"Tuan puteri!"

"Sayang!"

"Calon pacarnya Willy. Noleh dikit napa. Ada cowok ganteng gini masa dianggurin."

Luvena sebenarnya mendengar semuanya. Hanya saja ia mencoba untuk berpura pura tidak mendengar. Semua yang Willy ucapkan begitu menggelikan, menurutnya.

WarnaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ