22. Menutupi Fakta

81 11 0
                                    

- Kebohongan tidak hanya satu. Ia selalu memiliki cabang yang mungkin tidak ada habisnya -

***

Nongkrong di kafe bersama teman merupakan salah satu kebiasaan yang sudah biasa dilakukan oleh para remaja. Memesan segelas minuman dan beberapa snack untuk menemani aktivitas mengobrol mereka yang membuat lupa waktu.

Seperti yang kini dilakukan Sherly bersama Kelly, Ghea, Mikha dan Laura. Mereka tengah membicarakan tentang fashion yang sedang populer saat ini. Tentu saja Kelly tau banyak tentang hal ini, secara dia merupakan salah satu model di majalah fashion.

"Jadi, libur akhir tahun nanti lo bakal liburan kemana, Kel?" tanya Laura mencoba mencari topik lain.

"Kayanya sih gue bakal ke Paris. Gue lagi pingin shopping. Ada beberapa baju, tas, sama sepatu yang lagi gue incer disana," jawab Kelly yang kemudian diangguki oleh ketempat temannya.

"Guys, gue mau ke toilet dulu ya?" pamit Sherly. Tanpa menunggu persetujuan dari keempat temannya, Sherly bangkit dari kursi dan menuju ke toilet.

Setelah membuang apa yang perlu dibuang, Sherly keluar dari toilet wanita berjalan menunduk sambil membenarkan tataan bajunya. Sampai tanpa sadar tubuhnya ditabrak sesorang, membuatnya mendongak. Baru ia ingin mengomeli si penabrak, namun batal karena melihat siapa yang menabrak.

"Irfan?"

Dahi Irfan berkerut. Mengingat ingat apakah ia pernah bertemu dengan gadis di hadapannya ini. "Sherly, kan?" tanya Irfan memastikan.

Sherly mengangguk. "Iya. Sama siapa kesini?"

"Oh itu sama temen - temen gue. Lo sendiri? Sama Luvena nggak?" tanya Irfan yang terdengar antusias.

Gelengan Sherly membuat Irfan sedikit kecewa. "Nggak," jawab Sherly. Ia menunjuk meja yang di duduki Kelly, Mikha, Ghea dan Laura. "Gue sama mereka tuh."

Ekor mata Irfan mengikuti arah yang Sherly tunjuk. Matanya sedikit melebar melihat mereka. Sosok itu ternyata menyadari keberadaannya dengan Sherly disana. Meskipun mereka semua menatap ke arah Irfan dan Sherly, tapi sorot matanya berbeda. Irfan tau apa arti tatapan itu.

"Lo temenan deket sama mereka semua?" tanya Irfan setelah mengalihkan pandangannya pada Sherly.

"Iya. Kenapa?"

"Oh, nggak papa kok. Gue duluan ya? Mau ke toilet."

"Iya, iya."

"Salamin buat Luvena ya?"

"Siap."

Setelah itu, Irfan masuk ke dalam toilet pria dan Sherly kembali ke mejanya. Semua menatap Sherly penasaran. "Lo kenal Irfan, Sher?" tanya Kelly saat Sherly baru saja mendaratkan pantatnya di sofa.

"Lah, lo tau Irfan?" tanya Sherly balik.

"Ya elah, Sher. Siapa sih yang ga tau dia. Dia kan pimpinan anak Cempaka yang waktu itu tawuran sama sekolah kita," sahut Laura.

Sherly mengangguk paham. "Iya gue kenal."

"Kok bisa?" giliran Ghea yang bertanya.

WarnaWhere stories live. Discover now