26. Luka dan Suka

69 4 0
                                    

- Hidup ini seimbang. Luka dan suka akan datang bergantian -

***

Hari ini merupakan hari pengambilan raport sekaligus hari terakhir sekolah. Besok, libur semester ganjil akan di mulai. Hal ini membuat Luvena lega. Karena dengan begitu tidak akan ada lagi mata - mata yang menatapnya sinis, bisikan - bisikan yang membuat telinganya cukup panas. Tentu saja kalian tau penyebabnya, apalagi kalau bukan karena kejadian kemarin ketika Willy menggendong Luvena ke UKS, lengkap dengan peristiwa pembentakan dan pengusiran Kelly.

Selain itu dengan adanya libur semester nanti, kemungkinan untuk bertemu dengan Willy akan berkurang. Dia belum siap menghadapi cowok satu itu setelah pernyataannya yang mengatakan secara terang - terangan bahwa ia menyukai Luvena.

Saat ini para wali murid sedang menerima raport sekaligus pengumuman rangking kelas masing - masing. Untuk rangking pararel biasanya diumumkan di mading sekolah.

"Bagaimana, bun, hasilnya?" tanya Luvena ketika melihat bunda keluar dari ruang kelas Luvena.

"Alhamdulillah dapat peringkat 3."

"Alhamdulillah. Oh iya, bun. Bunda langsung pulang aja. Luvena biar nanti pulang sama Sherly atau naik busway. Luvena mau lihat pengumuman rangking pararel dulu soalnya."

"Ya sudah. Bunda pulang dulu. Kamu hati hati."

"Iya, bun."

Setelah mengecup punggung telapak tangan bunda, Luvena menghampiri Sherly yang tengah duduk di depan kelas. Sepertinya dia juga menunggu hasil raportnya. "Sher, mau ikut gue lihat hasil rangking pararel?"

"Duh, bentaran ya, Na. Gue masih nunggu raport gue nih. Takut dieksekusi gue njir. Kayanya nilai gue turun."

Luvena terkekeh singkat. "Makanya jangan kebanyakan nonton drakor."

"Ih, itu kan salah satu penyemangat gue, Na. Vitamin O tuh nyegerin mata."

"Sejak kapan ada vitamin O?"

"Ada dong. Vitamin O, oppa oppa ganteng."

"Iya deh iya. Ya udah kalo gitu gue liat rangking pararel dulu ya? Ntar gue balik lagi."

"Sip deh. Jangan lama - lama lo. Jangan ke perpus juga."

"Iya, Sherly."

Luvena pun berjalan di koridor menuju depan ruang guru, dimana disanalah mading pengumuman rangking ditempel. Untuk kedua kalinya, jalan Luvena diikuti oleh mata - mata yang menatapnya intens.
Sesampainya di dekat ruang guru, ternyata sudah cukup ramai. Banyak anak - anak yang sepertinya juga ingin melihat rangking pararel. Luvena mendekat dan mencari celah agar bisa masuk dalam kerumunan itu. Setelah menemukan namanya, Luvena menghela nafas lega. Namanya masih masuk dalam 20 besar rangking pararel.

Luvena pun keluar dari kerumuman itu dan menemukan Panji, Rega, dan Reno. "Hai, Na," sapa Reno.

"Eh, ya, Ren."

Luvena melirik ke kanan dan ke kiri. Namun ia tak menemukan keberadaan Willy.

"Pasti nyari Willy deh," tebak Panji yang rupanya menyadari gerak gerik Luvena, tidak meleset.

"Nggak kok," elak Luvena.

"Iya juga nggak papa kali, Na," sahut Rega sambil tertawa renyah.

"Nyokap bokapnya sidang putusan hari ini. Lo pasti udah tau tentang hal itu kan?"

WarnaWhere stories live. Discover now