Bagian 8

12.1K 358 2
                                    

Pagi itu ketika bangun dari tidurnya, Ferdian merasakan badannya masih sedikit demam.Tulang-tulangnya terasa ngilu. Dia menoleh ke sampingnya, Pak Wimang sudah tak berada disampingnya. Ferdian kemudian beranjak dari tempat tidur dan membuka tirai jendela kamarnya, dilihatnya di bawah Bi Isur sedang berbicara dengan Pak Wimang. Bi Isur tampak membawa tas seperti hendak berpergian. Lalu Bi Isur tampak berjalan bergegas meninggalkan Pak Wimang. Pak Wimang melanjutkan membereskan taman.

Ferdian kemudian turun ke dapur. Dilihatnya diatas meja makanan yang sepertinya memang sudah disediakan untuk dia. Ferdian kemudian duduk di meja makan yang berada di dapur tersebut. Diambilnya nasi goreng dan telur mata sapi kesukaannya. Sambil sarapan, Ferdian membuka handphonenya dan membaca beberapa pesan yang masuk untuk dirinya. Setelah selesai sarapan, Ferdian kembali ke kamarnya diatas dan kemudian mandi. Ia kemudian mengenakan seragam sekolahnya dan turun mencari Pak Wimang.

Pak Wimang masih bekerja memotong rumput rumput yang tampak mulai sedikit tinggi di halaman belakang rumah. Badannya yang berkeringat tampak mengkilat tertempa sinar matahari pagi. Ferdian tersenyum, pemandangan yang selalu dia suka jika melihat Pak Wimang bekerja. Tubuh yang terbentuk secara alami dan terbakar matahari menunjukkan kejantanan Pak Wimang sebagai laki laki dimata Ferdian.

"Mamang!"

Pak Wimang menoleh dan tersenyum. Dia lalu berjalan menghampiri Ferdian.

"Dian ada tugas sekolah?"

"Hah? Tugas sekolah? Ngga ada, Mang. Kok mamang tanyanya Dian ada tugas sekolah?"

"Emang hari Minggu sekolah Dian ngga libur yaa?"

Ferdian terdiam sesaat kemudian menepuk jidatnya. Lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ya ampuuunnn, mang, Dian lupa ini hari Minggu."

"Makanya mamang heran kok hari Minggu Dian rapi pakai seragam. Oh ya, Bi Isur pulang kampung. Ada kerabatnya yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Dia tadi bicara sama mamang, mau minta ijin sama Dian tapi kata Bi Isur dia tadi masuk kamar dan Dian masih tidur nyenyak jadi Bi Isur ngga berani bangunin."

Ferdian mengangguk.

"Berapa lama katanya, mang?"

"Semingguan. Tadi juga Bi Isur sudah telepon ibu. Dan ibu juga tadi bicara sama mamang, titip Dian selama Bi Isur pulang kampung."

Ferdian kembali mengangguk.

"Dian sudah sarapan?"

"Sudah, mang. Ya sudah kalo gitu Dian ke kamar lagi mau ganti baju. Nanti makan siang bareng Dian yaa, Mang."

Pak Wimang mengangguk dan kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya sementara Ferdian kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar, Ferdian kemudian mengganti bajunya dengan baju rumahan. Boxer dan kaos tanpa lengan. Ferdian kemudian menyalakan computer yang berada dikamarnya. Lalu memasang headphone dan mulai berselancar di laman youtube. Kegemarannya adalah menonton acara got talent dan the voice.

Hampir dua jam Ferdian berada didepan komputernya. Setelah matanya terasa capek, Ferdian kemudian mematikan komputernya dan beranjak dari tempat duduk didepan computer lalu dia rebahan di tempat tidurnya. Sambil menciumi bantalnya dia tersenyum, masih ada bau Pak Wimang di bantal itu. Lama-lama matanya terasa berat dan kemudian Ferdian jatuh tertidur.

Ferdian terbangun dari tidurnya. DIlihatnya kamarnya dalam keadaan temaram. Rupanya Pak Wimang menutup semua tirai di kamarnya. Terdengar suara hujan diluar sana. Ferdian hendak beranjak dari tempat tidur, perutnya terasa lapar. Dilihatnya jam dinding di kamarnya. Jam setengah satu siang.

KomangWhere stories live. Discover now