Bagian 33

5.3K 168 3
                                    

Komang membuka matanya yang masih terasa berat. Dicoba digerakannya kedua tangan dan kakinya. Terikat. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Pandangannya masih kabur. Badannya terasa lemas. Dia kembali memejamkan matanya.

***

Soni keluar dari kamar mandi. Dia kemudian duduk di meja yang berada di tengah warung. Dinyalakannya rokok.

"Pak .. Mandi gih."

Tak ada jawaban.

"Pak?"

Soni kemudian berdiri dan berjalan menuju kamar tempat beristirahat di warung dekat sekolah itu. Dilihatnya kamar itu kosong. Sarung yang dipakai oleh bapak penjaga warung ada di tempat tidur.

Soni lalu mencari handphonenya. Dilihatnya ada nada panggil tak terjawab dari Kang Mamat. Soni menelpon balik ke Kang Mamat. Nada panggil. Tak dijawab.

Soni kemudian segera memakai kaosnya. Hatinya merasa tidak enak. Dicobanya menelepon kembali Kang Mamat dan tetap nada panggil tak terjawab. Dia kemudian menelpon bapak penjaga warung, tipis harapan bapak penjaga warung mengangkat teleponnya.

"Soni."

Bapak penjaga warung menjawab dengan berbisik.

"Pak? Pak? Dimana, Pak? Ada apa? Bapak kemana? Sama siapa?"

"Soni! Dengar bapak baik baik. Tinggalkan warung. Pergi dari warung. Jangan bawa motor. Lari ke belakang sekolah. Bapak tunggu kamu dibelakang sekolah. Bawa botol aqua besar yang ada didekat pintu kamar bapak. Sekarang!."

Dengan perasaan bingung Soni menuruti apa yang menjadi diperintahkan oleh bapak penjaga warung itu. Dia mengambil jaketnya lalu mematikan semua lampu. Lalu mengambil botol aqua yang ada didekat pintu kamar. Dia membuka pintu belakang pelan pelan lalu setelah dirasanya aman, dia berjalan keluar dari warung dan berlari menuju ke belakang sekolah.

***

Felix dan Ferdian tiba di rumah Felix. Sudah banyak tamu yang datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah. Felix menyalami saudara saudara bapak dan ibunya lalu segera masuk ke dalam kamar untuk berganti baju, sementara Ferdian ke belakang untuk membantu ibunya Felix menyiapkan beberapa makanan yang akan dihidangkan.

Ketika hendak keluar kamar setelah berganti baju, Felix merasakan handphone yang ditaruh di saku celananya bergetar. Diambilnya handphone itu dari saku celananya. Satu pesan whatsapp masuk. Raut mukanya berubah. Dilihatnya video yang dikirimkan oleh seseorang. Video Aldo dan Stevan.

'Kalo video ini tersebar, gimana reputasi papanya Aldo?'

Felix menarik napas panjang. Tangannya bergetar. Setelah menenangkan diri, dia kemudian keluar kamar dan bergabung bersama Ferdian membantu ibunya menyiapkan hidangan.

"Felix? kenapa?"

"Hah?"

Ferdian kemudian mengambil bungkusan kuah sayur dari tangan Felix.

"Kuah ini harusnya masuk ke dalam mangkok. Lo nyadar nggak kalo kuah ini lo tuang kemana?"

Felix melihat bungkus kuah sayur yang dipegangnya. Kuah itu tumpah ke meja dapur dan bukan ke mangkok.

"Fer, bantu gue yaa. Lo bantu nyokap nyiapin makanan yaa. Gue keluar sebentar aja, kalo nyokap tanya bilang gue beli rokok."

"Lo kenapa sih? Ada apa?"

"Enggak apa apa. Gue keluar beli rokok bentar."

Ferdian hendak bertanya lebih lanjut namun Felix keburu keluar dengan sedikit berlari ke pintu belakang.

KomangWhere stories live. Discover now