Bagian 11

9.4K 263 1
                                    

Pagi hari ketika bangun, Ferdian tidak melihat Komang dikamarnya, dilihatnya tas sekolah Komang sudah tidak ada. Dia kemudian turun mencari Pak Wimang.

"Mang, temen Dian udah pulang?"

"Udah, tadi pamitan sama mamang. Katanya Dian masih tidur nyenyak jadi ngga mau bangunin. Dia buru buru pulang da baju seragamnya bau rokok katanya, mau ganti heula di rumah."

"Oooh."

Ferdian kemudian kembali ke kamarnya dan segera masuk ke kamar mandi, sementara Pak Wimang menyiapkan sarapan untuk anak majikannya itu.

Keluar dari kamar mandi, Ferdian segera berpakaian dengan rapi. Dibereskannya buku-buku pelajaran yang ada jadwalnya hari itu dan kemudian dia masukkan kedalam tasnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu sinar berkedip kedip dan didekat kaki meja belajarnya. Ternyata sinar itu datang dari handphone milik Komang yang tertinggal atau terjatuh sepertinya. Diambilnya handphone itu dan dari layar yang terkunci terbaca satu pesan masuk.

'TANTE SATU: Tante kangen. Temani tante malam ini. Bawa baju sekolah.'

Ferdian mengerinyitkan dahinya, aneh benar Komang ini menamakan tantenya dengan kode tante satu. Mungkin adik atau kakak ibunya atau bapaknya banyak kali jadi dia namain begitu. Pikir Ferdian.

Ferdian kemudian memasukkan handphone itu kedalam tasnya. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal, Ferdian kemudian turun dan menuju dapur buat sarapan.

"Mau dianter, Dian?"

Ferdian melirik jam tangannya.

"Mau, mang, kayaknya telat. Tapi nanti pulang sekolah Dian pulang sendiri aja, mau ke Gramedia, mang, mau beli buku."

Pak Wimang mengacungkan jempolnya.

Bel tanda masuk baru saja berbunyi tepat saat kaki Ferdian melangkah masuk ke kelas. Dilihatnya Komang sudah duduk dibangkunya. Ferdian kemudian berjalan santai menuju bangkunya. Dia menaruh tasnya setelah itu menoleh pada Komang. Komang menoleh balik pada Ferdian, dia hanya mengangkat mukanya dan menaikkan alisnya. Ferdian hanya mengangguk.

Jam pelajaran pertama sampai ketiga berjalan dengan lancar. Komang tampak berusaha untuk berkonsentrasi pada pelajaran yang diberikan, hal ini membuat Ferdian heran, biasanya Komang itu cuek pada guru apa pun yang mengajar, kecuali Ibu Kundari. Dengan Ibu Kundari, Komang tak pernah bermain-main.

Jam istirahat pertama berbunyi. Komang segera keluar. Ketika dia berdiri dia menaruh secarik kertas diatas meja lalu dia segera beranjak dari bangkunya.

Ferdian mengambil kertas itu.

'Makan bakso di kantin yaa, cari kursi plastic warna merah. Duduknya disitu. – Sayangnya lo-'

Ferdian kemudian berjalan keluar kelas dan bersama beberapa teman sekelasnya mereka berjalan ke kantin. Sesampainya disana, dia langsung menuju ke tempat Pak Amrin. Ferdian memesan mie bakso kesukaannya lalu sambil membawa mie baksonya, dia mencari kursi plastic merah seperti yang ditulis oleh Komang pada secarik kertas tadi. Dia kemudian melihat kursi plastic itu ternyata ada didekat pintu masuk kantin dan disekeliling meja situ telah banyak anak-anak duduk, anehnya tak ada seorang siswa pun yang duduk disitu. Ferdian berjalan dengan tenang, lalu dia kemudian duduk di kursi plastic itu. Diambilnya teh botol yang dibelinya lalu disedotnya teh botol itu, rasa segar menyiram tenggorokannya. Dia kemudian mulai menikmati mie baksonya.

Komang berjalan masuk kedalam kantin bersama gank rusuhnya. Ketika melihat grup itu masuk, Ferdian mendadak kehilangan rasa laparnya. Kepalanya tertunduk, memandang mangkok baksonya. Komang berjalan disebelah kanan. Aldo yang melihat Ferdian sedang menunduk dan makan baksonya, dia lalu berjalan dari sisi kiri ke kanan bermaksud untuk menghampiri Ferdian.

KomangWhere stories live. Discover now