Bagian 42

5.2K 183 2
                                    

Ibunya Komang turun dari ojek yang mengantarkannya. Baru saja dia membuka pintu pagar, Felix yang naik motor berhenti pas didepan pintu pagar.

"Eh, dari mana tho Nak Felix? Mau ketemu Komang?"

Felix membuka helm, turun dari motor dan mencium tangan ibunya Komang.

"Iyaa, Bu."

"Ayook masuk, motornya masukin aja."

Felix mendorong motornya masuk kedalam halaman kecil rumah Komang sementara ibunya Komang mengetuk pintu rumahnya. Tak lama Komang membukakan pintu, dia mencium tangan ibunya. Dia tersenyum lebar ketika melihat Felix.

"Halah itu senyum lebar banget. Kemaren aja lo kayak ayam sakit."

Komang meninju lengan sahabatnya.

"Rese lo yaa."

"Ada yang mau gue omongin sama lo. Kita ngobrol di kamar yaa."

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah dan Komang menutup pintu.

"Komang, ibu mau pergi lagi sehabis shalat. Ada arisan RT. Mau ibu bikinkan kopi atau teh buat kamu sama Nak Felix?"

"Enggak usah, Bu, nanti Komang bikin kalo Felix mau ngopi."

Komang pun mendorong Felix masuk ke dalam kamarnya.

"Lo ada apa sih? Kirim WA bilang mau ada yang mau diomongin dan harus sekarang. Sampai gue ngga sempat pamit ama nyokap, gue itu baru sampai toko."

"Hehehe. Sorry .. Sorry. Gue mau ngomong panjang lebar nih dan lo harus siapin mental dan gue ini mau ngomong sama lo karena lo taulah cuma lo satu-satunya yang gue percaya kan."

Felix kemudian duduk di tempat tidur Komang. Dan Komang pun menyenderkan dirinya di kepala tempat tidur. Felix menyalakan rokok dan menaruh kotak rokoknya itu di tempat tidur. Diambilnya handphonenya lalu dipindahkannya ke nada tak bersuara. Sepertinya pembicaraan Komang ini penting pikirnya.

Komang lalu mulai bercerita dari malam ketika dia diculik dari panti, sampai kemudian dia dibebaskan dan pada hari itu kenapa dia menolak untuk melihat Ferdian. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi punya harga. Komang bercerita sambil air matanya bercucuran.

Felix yang melihat diri sahabatnya seperti itu kemudian dia mendekat dan memeluk Komang. Tumpah semua beban dan emosi yang selama ini ditahan oleh Komang. Baru sekali ini selama kenal Komang, Felix melihat Komang menangis dengan keras. Dibiarkannya sahabatnya itu mengeluarkan isi hati dan emosi dirinya.

Setelah dirasa Komang sudah mulai tenang. Felix melepaskan pelukannya. Dia menyalakan sebatang rokok lalu diberikannya kepada Komang.

"Gue ambil air putih bentar yaa."

Felix kembali dengan satu gelas air putih, diberikannya pada Komang dan diteguk langsung oleh Komang sampai habis.

"Sekarang gue mau tanya sama lo yaa, 'mang? Lo maunya gimana? Gue akan berusaha untuk ngerti maunya lo gimana."

Komang menarik napas panjang.

"Gue bingung, 'lix. Gue kangen banget sama Dian. Kalo aja lo tau gimana rasanya waktu dia datang dan gue ngga mau liat mukanya karena ... Yaa gitulah. Gue kangen banget."

"Lo cuman kangen aja? Lo ngga sayang ama dia? Lo ngga mau lagi jadi pacarnya?"

Komang terdiam mendengar pertanyaan Felix.

"Sorry gue tanya apa adanya, gue males muter muter buat tanya. Lo bisa jawab ngga pertanyaan gue?"

"Gue kangen sama dia. Gue ngga akan pernah bisa ngga sayang sama dia. Dia itu orang yang ngubah gue jadi orang yang lebih baik, dia ngejalanin apa yang gue minta untuk bantu gue menjadi orang yang lebih baik biar nyokap gue bangga sama gue. Gue kalo bisa nikah ama dia, nikah deh, 'lix."

KomangWhere stories live. Discover now