Bagian 17

7.4K 234 2
                                    

Komang duduk manis selama di sekolah. Tak sedikit pun dia beranjak dari bangkunya dari mulai pelajaran pertama sampai dengan pelajaran terakhir. Hal ini menjadi bahan pembicaraan dikalangan para guru, semua menyangka bahwa ini adalah pengaruh baik dari Ferdian yang duduk sebangku dengannya.

Gank-nya pun menjadikan Komang bahan pembicaraan, tentunya pada saat dia tidak bersama mereka. Hal ini membuat kebencian Aldo pada Ferdian semakin menjadi, menurutnya Ferdian telah membuat Komang menjauh dan tidak lagi perduli dengan gank-nya itu.

"Liat aja, itu homo bakal nyesel."

Aldo berkata sambil mengisap rokoknya di warung dekat sekolah. Felix dan tiga orang lainnya diam saja tidak memberikan komentar.

"Kalian itu emang takut sama Komang? Kagak ada yang berani ngelawan dia apa?"

"Maksud lo gimana, 'do?"

Soni salah satu dari anak-anak yang sedang duduk di warung bertanya pada Aldo.

"Lo goblok sih kagak ngarti maksud gue? Lo tau ngga si homo yang duduk sebangku dengan Komang? Itu yang bikin Komang sekarang jauh dari kita."

Felix menarik napas panjang, dia tidak pernah suka jika Aldo sudah membawa-bawa orientasi seksual dengan nada mengejek. Aldo melirik pada Felix.

"Kenapa lo? Ngga suka? Selalu kan lo pasti bela si Komang dan homoannya itu."

"Gue cabut dulu semua. Gue harus ke toko."

Felix malas berhadapan dengan Aldo, untuk meredam emosinya maka dia memutuskan untuk pergi.

"Bentar, 'lix."

Soni berkata sambil berdiri. Felix menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. Soni kemudian berjalan menghampiri meja tempat Aldo duduk.

"Gue sih sebenernya ngga pernah ada masalah mau Komang sering kumpul apa nggak dengan gue atau dengan kita disini. Gue juga ngga pernah ada masalah ama Ferdian yang teman sebangkunya itu. Gue ngga sekelas ama kalian. Tapi gue cuma mau bilang ama lo yaa, 'do, hati-hati kalo ngebacot, bacot lo suatu hari bisa nyiksa diri lo sendiri."

Soni mengatakan hal itu dekat sekali dengan Aldo. Aldo dapat merasakan dengusan napas Soni ditengkuknya.

"Satu lagi. Gue ngga suka ada ancem-anceman di kelompok kita sendiri. Lo punya masalah ama Komang, lo selesaiinlah sendiri sama Komang, jangan lo bawa bawa yang lain buat ikutan ngebenci Komang, ngga gitu aturan mainnya di kelompok ini bukan? Atau lo udah lupa?"

Aldo sama sekali tak bergerak, dia duduk menatap ke depan, disatu sisi dia tahu dia ngga punya kekuatan buat menghadapi Soni dan Felix, belum tentu juga yang lainnya sepaham dengan dia. Iya kalo sepaham dengan dia, kalo sepaham dengan pemikiran Felix dan Soni? Celaka dirinya.

Soni kemudian berjalan keluar, dia tersenyum pada Felix. Kedua teman mereka yang sedang duduk dalam warung pun berdiri dan mengikuti Soni dan Felix keluar dari warung. Aldo duduk sendirian, matanya panas, hatinya bergejolak penuh amarah. Alih-alih berusaha mencari dukungan, malah sekarang dia yang ditinggalkan oleh semua teman-temannya.

'Ini ngga bisa didiemin. Liat aja, gue bikin si homo Ferdian itu susah hidupnya.'

***

"Kamu serius?"

Ferdian bertanya pada Komang untuk meyakinkan.

"Iya, gue serius. Masa sih gue bercanda. Udah waktunyalah."

"Kamu yakin? Kamu udah siap orang-orang bakalan ngomong apa ke kamu? Aku minta kamu pikirin baik-baik lagi semuanya. Aku orang yang udah biasa hidup dibawah tekanan bully dan ejekan dan hinaan dan dan yang lain yang ngga ngenakin."

KomangWhere stories live. Discover now