Bagian 34

5.2K 170 3
                                    

Seseorang tampak membuka pintu ruang penyekapan Komang.

Komang menundukkan kepalanya kembali berakting belum sadar. Orang itu berjalan perlahan mendekat ke tempat Komang diikat, setelah sampai dia kemudian berjongkok di depan Komang. Tangannya mengangkat dagu Komang.

"Jangan bersuara. Aku lepaskan ikatan di kaki kamu dulu. Kalau kamu mendengar apa yang aku bilang anggukan kepalamu. Aku tahu kalo kamu sebenernya sudah sadar."

Komang menganggukkan kepalanya. Dalam hatinya bertanya tanya siapakah yang menolongnya karena orang tersebut sama memakai pakaian hitam hitam, kupluk dan masker. Orang tersebut kemudian membuka ikatan di kedua kaki Komang. Ada rasa ingin menendang dan berontak tapi Komang berusaha untuk menenangkan dirinya karena disisi lain dia merasa bahwa orang yang datang ini benar akan menolong dirinya dan bukan menjebaknya. Komang berusaha mengingat ingat dimana dia pernah melihat postur tubuh seperti orang ini.

Orang yang menolong Komang kemudian berdiri dan setelah itu dia mengeluarkan pisau dari saku celananya, terlihat kilatan pisau itu diterpa sinar lampu dari luar. Komang menahan napas. Orang tersebut kemudian memotong tali yang mengikat kedua tangan Komang. Setelah tali itu putus, Komang kemudian berdiri, orang tersebut mendorong tubuh Komang untuk duduk kembali.

"Jangan berdiri dulu, aku akan lihat keadaan diluar dulu, tunggu tanda dari aku lalu setelah itu kamu ikutin perintahku."

Tiba-tiba Komang merasa kenal dengan suara dan postur tubuh itu. Ada bau parfum yang khas yang dia ingat saat bertemu dengan orang yang ada didekatnya sekarang ini.

"Pak Sapta?"

Orang tersebut kemudian membuka maskernya dan tersenyum sambil mengangkat jempolnya. Lalu dia menaruh telunjuknya di bibirnya. Pak Sapta memakai kembali maskernya dan berjalan perlahan ke arah pintu. Sesampainya di pintu, dibukanya pintu tersebut perlahan lalu ditengoknya keadaan di kiri dan kanan. Setelah dirasa aman, Pak Sapta memberikan kode kepada Komang untuk menghampirinya. Komang kemudian beranjak dari kursi kayu itu lalu berjalan perlahan dan waspada ke arah Pak Sapta.

"Yang aku tahu itu ada tiga orang. Di luar pagar aku ngga tau apakah ada yang jaga atau menunggu. Yang harus kamu lakukan itu adalah lari sekencang kencangnya begitu kamu sampai di teras rumah, jangan menoleh dan jangan perdulikan teriakan apa pun. Lari. Begitu keluar pagar belok kiri dan lari sampai nanti kamu lihat orang memberi tanda pakai lampu senter. Samperin orang itu, dia teman dan tunggu aku disitu."

Pak Sapta memberikan perintah dengan nada tenang, tegas dan perlahan lahan agar Komang mengerti. Komang menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti. Entah kenapa dia merasa aman dan yakin bahwa Pak Sapta ini datang untuk menolongnya walaupun sesungguhnya banyak pertanyaan yang ada didalam hatinya.

Pak Sapta seolah mengerti apa yang ada dipikiran Komang. Pak Sapta tersenyum dan menepuk pundak Komang.

"Nanti kalo sudah aman, aku certain semua yaa. Sekarang yang penting kamu selamat dulu."

"Tapi pak, terus bapak gimana?"

Pak Sapta kembali tersenyum.

"Jangan mikirin aku. Yang penting kamu dulu. Okay?"

Komang mengangguk. Dia kemudian berjalan perlahan ke arah teras dan setelah melewati teras dia berlari seperti yang diminta oleh Pak Sapta tanpa menoleh dan memperdulikan apa pun yang dilihat atau didengarnya. Komang terus berlari sampai mencapai pintu pagar lalu berbelok ke kiri dan terus berlari.

***

Felix terlihat gelisah, beberapa kali dia tampak memeriksa handphonenya. Beberapa kali pula Ferdian memergoki hal itu dan setiap kali terpergok oleh Ferdian, Felix tersenyum pada Ferdian.

KomangWhere stories live. Discover now