Bagian 36

5.4K 168 2
                                    

Rasa-rasanya waktu berjalan dengan sangat cepat.

Pintu kamar Stevan terbuka perlahan, lalu seseorang melangkah masuk. Stevan yang sudah bersiap kemudian mengangkat tangannya yang memegang kayu balok kecil yang suka dipakai olehnya untuk latihan fisik.

Aldo berteriak tertahan.

"Achmad!"

Achmad menoleh dan Stevan menghajar pelipisnya dengan balok kecil itu. Achmad terhuyung, Stevan kemudian kembali menghajar, kali ini tengkuk Achmad yang dihajarnya. Achmad terjatuh dan tak sadarkan diri.

Aldo masih tak percaya. Dia berdiri kaku dan tak menyangka bahwa teman sekolahnya itu punya niat tak baik pada dirinya.

Stevan dengan sigap kemudian membereskan Achmad dengan mengikatnya dan kemudian badan Achmad diangkat olehnya dan ditaruh di tempat tidur. Laki laki bermasker yang belum sadar itu pun diangkat dan ditidurkan di sebelah Achmad.

"Al, diam disini. Berdiri dekat pintu dan jaga, kalo ada apa apa teriak saja. Saya mau ke dalam dan periksa sekali lagi keadaan dalam rumah."

Aldo mengangguk setelah mendengarkan perintah Stevan.

**

"Pak Sapta, kita ini mau kemana?"

Dengan sedikit was was Komang bertanya kepada Pak Sapta. Yang ditanya hanya melihat ke Komang sebentar dan kemudian menjawab dengan nada ringan dan menurut perasaan Komang membuat hatinya semakin ngga karuan.

"Mengurus kebun hahahaha."

Komang tidak bertanya lagi, dia memaksakan dirinya untuk ikut tersenyum. Komang tidak lagi bertanya tanya dan hanya memandang ke depan sambil otaknya terus berpikir mengenai kemungkinan kemungkinan yang akan dia alami dan bagaimana caranya melepaskan diri.

**

Kang Mamat sampai di tujuan. Dilihatnya orang orang itu belum sadar. Kang Mamat mengeluarkan handphonenya lalu mencari nama seseorang, setelah ketemu nama yang dimaksud, dia kemudian menekan telponnya dan terdengar nada panggil.

"Halo."

"Ini Mamat. Saya di ujung jalan. Bereskan."

"Baik. Gue kesana, Kang Mat."

Tak lama kemudian terdengar suara motor mendekati tempat dimana Kang Mamat memberhentikan mobil yang dia bawa. Kang Mamat bersiap, waspada. Orang itu kemudian mematikan motornya dan memberikan kode suara burung hantu. Kang Mamat membalas dengan menyalakan lampu flash pada handphonenya dan mengoyang goyangkannya. Orang itu kemudian berjalan menghampiri Kang Mamat.

"Kang, kunci motor ada di motornya. Bawa aja motor. Besok saya ambil. Helm sudah disiapkan."

Kang Mamat mengangguk. Dia kemudian menyerahkan kunci mobil itu kepada orang tersebut.

"Bereskan."

Orang itu kemudian mengacungkan jempolnya dan setelah itu Kang Mamat bergegas menuju ke motor dan pergi dari situ.

**

Soni mematikan motornya setelah dekat dengan rumah Aldo. Dia kemudian menuntun motornya sampai dengan depan pintu gerbang rumah Aldo. Dilihatnya pintu kecil yang biasa dipakai keluar masuk terbuka.

Soni kemudian menstandarkan motornya, dengan langkah pasti dan waspada dia melangkah masuk. Aldo melihat ada bayangan yang masuk melalui pintu kecil, dari pintu kamar Stevan, dia dapat melihat. Raut wajah Aldo berubah menjadi rasa lega karena dia mengenal siapa yang berjalan masuk.

Aldo kemudian memberikan isyarat dengan tangan. Soni melihat Aldo yang berdiri di pintu kamar Stevan. Soni mengangkat tangannya menandakan bahwa dia sudah melihat Aldo dan mengerti kodenya. Dia kemudian berjalan menghampiri Aldo. Setelah dekat, Aldo memberikan lagi isyarat dengan menaruh jari telunjuknya di bibirnya. Soni mengangguk mengerti.

KomangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang