Bagian 37

5.2K 173 3
                                    

Komang tidak bisa berkata apa apa. Ketika sadar, kembali dia ada dalam keadaan terikat. Yang membuat berbeda adalah kali ini dia terikat dalam posisi berdiri dan kedua tangannya terikat keatas. Sepertinya dia terikat di Gudang, hanya ada dirinya dan ada beberapa rongsokan bangku kayu bekas di salah satu sudut gudang itu.

Hal lain yang disadari oleh Komang adalah ia terikat dalam keadaan telanjang bulat. Badannya basah berkeringat karena tak ada jendela atau pintu yang dibuka. Ruangan gudang itu panas.

Komang memejamkan matanya, kepalanya masih terasa agak pusing. Dia berusaha untuk berpikir dan mengingat semua kejadian dari mulai dia dibantu kabur dan sampai terikat di ruangan berupa gudang ini. Teka-teki mulai tergambar jelas di benaknya. Rangkaian puzzle terurai dan menyusun pada awalnya berantakan namun lambat laun tergambar jelas.

Terdengar pintu gudang dibuka, dua orang laki-laki berbadan tegap masuk dan kemudian berjalan mendekati Komang yang sedang berdiri terikat dalam keadaan telanjang bulat dan bercucuran keringat. Ada keinginan untuk melawan di hati Komang tapi dia menyadari sendiri kondisinya yang sedang tidak dalam keadaan fit.

Dua laki-laki itu kemudian melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Komang. Setelah itu keduanya berdiri di sisi kiri dan kanan lalu membawa Komang keluar ruangan. Sebelumnya mata Komang ditutup. Tak lama Komang merasa dia ditidurkan di atas kasur lalu kedua tangannya masing-masing diborgol ke tempat tidur. Dua orang itu kemudian keluar kamar setelah membuka penutup mata Komang.

Komang membuka matanya dan melihat sekelilingnya, dia berada di satu kamar kecil yang hanya ada tempat tidur yang dia tiduri itu dan tak ada jendela. Suasananya panas. Masing-masing tangannya terborgol di kepala tempat tidur. Hanya kakinya saja yang bebas.

Seseorang membuka pintu kamar, Komang menoleh, sepertinya salah satu orang yang tadi membawanya dari Gudang ke kamar tersebut. Dia membawa sebotol air mineral, lalu berjalan mendekati Komang, setelah itu dengan gerakan cepat dia membuka mulut Komang dengan menekan hidung Komang, mulut Komang terbuka dan orang itu kemudian menuangkan air dari botol mineral itu sampai kemudian Komang tersedak. Setelah itu dia berdiri dan meninggalkan Komang.

Selang beberapa lama, Komang merasa agak gelisah. Keringat tambah banyak keluar dari tubuhnya, napasnya mulai agak terengah-engah. Komang yang sudah berpengalaman dalam banyak hal utamanya urusan sex menyadari apa yang tadi diminumkan paksa kepada dirinya. Berusaha berpikir tenang dan menarik napas panjang. Masih dirasa gelisah dan kontolnya mulai menegang.

Pintu kamar terbuka, Komang menoleh dan melihat siapa yang masuk. Mukanya tegang.

Pak Sapta masuk ke dalam kamar itu dan kemudian menutup pintunya, setelah itu dia mematikan lampu kamar. Hanya ada sinar semburat dari bawah pintu kamar.

Pak Sapta kemudian membuka bajunya dan setelah itu membuka celana boxer yang ia pakai. Tubuhnya yang putih dan gemuk itu berkilat berkeringat. Dia kemudian duduk disamping Komang. Dibelainya dada Komang dan kemudian jarinya bermain di putingnya Komang. Komang mendesah. Tidak berani berkata apa-apa. Perangsang yang masuk ke dalam tubuhnya lebih berbicara dari rasa ingin memberontak.

Pak Sapta terus membelai dada Komang, jarinya mengelus putingnya Komang bergantian yang kiri dan kanan, lalu tangannya turun membelai perut Komang. Komang menarik napas panjang dan berusaha untuk tidak terpengaruh tapi kontolnya berkata lain. Kontol Komang berdiri tegak dan keras.

Tangan Pak Sapta turun dan kemudian mengelus-elus kontol Komang. Napas Komang kini mulai tidak beraturan. Pak Sapta mengenggam kontol Komang dalam genggaman tangannya. Lalu menaik turunkannya.

"Ssshh ... Aaahh ... Ssshh .. Aaahh .. Anjiingggghhh .. Enaaakkkhh ... Sshh .. "

Pak Sapta kemudian memasukkan kontol Komang ke dalam mulutnya. Lalu dihisapnya kontol itu dan dimainkannya lidahnya di lubang kencing kontol Komang.

KomangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang