Bagian 24

6.8K 207 5
                                    

Felix dan Ferdian menunggu dengan sabar di salah satu ruang di kantor polisi. Tak lama kemudian muncul Komang yang tampak terlihat kucal dan mata merah. Tak bisa disembunyikannya senyum yang merekah dari bibirnya demi dilihatnya dua orang yang dia anggap sebagai bagian dari keluarganya itu.

"Lo sehat? Baik baik aja kan?"

Komang mengangguk menjawab pertanyaan Felix. Dia kemudian duduk didepan Felix dan Ferdian. Keberadaan mereka dipisahkan oleh meja.

"Aku ngga bawa apa apa, bingung, takutnya kamu ngga boleh nerima apa apa."

"Hahaha. Udah sih santai aja. Aku seneng kamu ada disini. Dian sehat? Jangan kepikiran aku yaa. Jangan. Nanti kamu sakit sakitan terus kurus, terus jadi jelek, terus aku ngga mau sama kamu lagi."

Ferdian tertawa, dia senang melihat Komang berusaha untuk tetap gembira.

"Jadi gimana, 'mang? Lo ada cerita apa? Perkembangannya gimana?"

"Bokap dipindah ke LP, emang dia udah ditandain katanya. Ngga tau berapa lama dia di LP. Gue sih berdoa biar dia di LP-nya lama. Gue sendiri katanya mau dimasukin panti sosial tiga bulan. Yaa gue pasrah. Mudah-mudahan gue keluar dari panti masih bisa masuk sekolah lagi."

Felix menarik napas panjang.

"Di panti sosial nanti boleh dijenguk nggak? Kamu tanyain yaa, boleh dijenguk nggak, boleh bawain makanan nggak?"

"Et daaaahhhh .. Bocah .. Ini udah kayak bini ngurusin laki yaa. Iyaa, nanti aku tanya yaa. Pokoknya kamu baik baik aja dan sehat sehat itu udah buat aku senang."

Mereka bertiga kemudian saling bercerita, terkadang terdengar tawa. Seorang polisi masuk ke dalam ruangan tempat mereka bertiga bertemu sambil membawa tiga gelas plastic berisi kopi.

"Nih, biar tambah seru cerita ceritanya. Udah kalian santai aja. Nanti kalo udah selesai kasih tau aja."

"Siap, kang. Terima kasih banyak."

Polisi itu mengangguk kemudian keluar dari ruangan itu.

"Lo kenal sama dia? Kok lo kayak dapat perlakuan istimewa?"

"Gue juga bingung tadinya tapi terus dia cerita kalo Pak Yatno tetangga gue itu satu angkatan sama kepala kantor polisi ini dan Pak Yatno yang ngejamin gue."

Mereka melanjutkan obrolan sambil meminum kopi yang disuguhkan oleh polisi tadi.

"Komang ... "

Komang melihat ke arah Ferdian.

"Yaa? Eh kenapa? Kok tiba tiba kamu kayak yang gugup gitu?"

"Aku mau ngomong boleh?"

"Boleh dong. Mau ngomong apa? Felix nakal yaa sama kamu? Udah diapain aja sama Felix?"

"Eh? Aduh ... "

"Hahahahaha. Ketauan yaa kaliaaaaannn. Aku tau pasti ada apa apa antara kamu sama Felix, apalagi kamu putih gitu, Felix itu ngga tahan liat yang putih putih."

"Komang! Rese lo yaaa. Apaan sih?"

Komang tertawa terbahak bahak melihat muka Felix yang merah dan muka Ferdian yang tampak panik dan bingung.

"Oke gini, dengerin yaa. Sekali ini dengerin baik baik. Apa pun yang terjadi diantara kalian, ngga ada masalah buat gue, buat aku. Ngga ada. Gue itu selalu bisa ikhlas apa pun itu dengan Felix. Dia itu udah kayak apa yaa? Bingung gue jelasinnya. Pokoknya yang penting kamu ada yang jaga. Lo, 'lix, sesuai dengan janji yang pernah lo iyain waktu gue ngomong di ruang UKS. Jagain Dian."

Ketiganya tertawa lepas. Ada perasaan lega yang tak dapat diungkapkan di hati masing-masing.

***

KomangOù les histoires vivent. Découvrez maintenant