Bagian 30

6.5K 204 2
                                    

Anak muda yang masuk ke dalam warung dekat sekolah itu kemudian membuka helmnya.

Aldo membelalakkan matanya, dia terkejut.

Felix yang belum mengenal anak muda itu menatap penuh tanya sambil menatap pada anak muda itu dan pada Aldo.

Sementara satu lagi anak yang duduk disitu tersenyum.

"Kang Mamat, ini Felix. Aldo, lo udah kenal kan sama Kang Mamat, supir bokap lo."

Aldo masih belum hilang rasa terkejutnya. Dia mengangguk. Kang mamat kemudian meletakkan helm yang dipakainya itu diatas lemari tempat penyimpanan barang dagangan.

"Bapak dimana, Son?"

Soni tertawa. Ternyata anak muda yang satu lagi yang selalu mencuri dengar rencana rencana dan juga menghabiskan waktunya bersama Bapak Penjaga Warung adalah Soni.

"Bapak di kamar, kang. Lagi istirahat."

"Son, gue masih ngga ngerti, lo tadi minta gue kesini karena ada yang penting, gue rasa Felix juga dapat pesan yang sama."

"Iya, gue yang minta kalian datang kesini. Soalnya ini menyangkut banyak hal."

Kang Mamat kemudian duduk di meja yang sama dengan mereka bertiga.

"Baiknya saya jelaskan semuanya sekarang sebelum ini menjadi sebuah kebingungan satu sama lainnya. Sayah harap kalian tidak ada yang memotong penjelasan sayah ini yaa, biar sama-sama ngerti dan tahu."

Kang Mamat yang bekerja sebagai supir papanya Aldo ternyata adalah anak angkat bapak penjaga warung dekat sekolah. Kang Mamat ini sering ketika tengah malam datang ke warung dekat sekolah saat bapak angkatnya itu sendirian atau saat sedang bersama Soni. Kang Mamat menyadari hubungan special yang ada antara bapak angkatnyanya dengan Soni, dulunya dia begitu mempermasalahkan hal tersebut tapi setelah melihat bahwa ada binar bahagia dan senang di mata bapak angkatnya setiap kali Soni berada didekat bapak angkatnya, Kang Mamat akhirnya luluh. Di satu sisi dia pun merasa lega bahwa setidaknya bapak angkatnya ada yang menemani.

"Kalo Den Aldo inget, warung ini baru ada kan setelah Den Aldo masuk SMA depan situ? Itu karena sayah pinjam uang sama papa Den Aldo buat modal dan biar bisa bawa bapak kesini. Bapak di kampung sendirian dan sayah suka khawatir."

Aldo mulai mengerti dan menyimak cerita dari Kang Mamat.

"Bingung yaa, 'den? Ngga masuk diakal dan kayak dipaksa yaa ceritanya? Tapi memang begitu. Sayah memang bilang sama bapak ngga usah kasih tau Den Aldo kalo bapak adalah bapak angkat sayah waktu bapak cerita kalo Den Aldo suka nongkrong disini sama teman-teman Gank Berandal, istilah bapak."

Kang Mamat melanjutkan ceritanya.

"Dari bapak sayah ngedengar kalo Den Aldo punya rencana kalo Den Aldo mau apa yaa istilahnya? Balas dendam atau nyelakain Ferdian gitu pokoknya. Kalo dapat libur dari papa Den Aldo, sayah suka kesini ngobrol sama bapak, bapak itu semua diceritain ke sayah. Sayah bilang sama bapak, sepanjang itu ngga ngekhawatirin yaa biarin ajalah namanya juga anak anak remaja. Tapi ada yang lebih mengkhawatirkan buat sayah, ada orang yang mau berencana jahat sama Den Aldo."

Mulut Aldo terbuka, terkejut mendengar apa yang baru saja dia dengar dari Kang Mamat. Sementara Felix duduknya mulai gelisah. Hanya Soni yang tetap bersikap kalem.

"Kang Mamat dapat info dari mana ada yang mau nyelakain gue, Kang?"

Kang Mamat kemudian mengambil rokok yang ada diatas meja. Menyulutnya dan kemudian menghembuskan asap rokok itu. Dia kemudian melihat ke arah Felix.

"Mungkin Felix bisa cerita sama Den Aldo."

Felix masih berdiam, tangannya berkeringat dan mukanya sedikit pucat. Soni berdiri dari kursi tempat dia duduk dan kemudian berjalan dan berdiri di belakang Felix.

KomangWhere stories live. Discover now