Bagian 35

5.3K 169 2
                                    

Komang melihat tanda senter yang dimati nyalakan seperti yang dibilang oleh Pak Sapta. Komang terus berlari ke arah cahaya lampu senter itu berada. Setelah dekat dia bisa melihat seseorang melambaikan tangannya. Komang bergegas menghampiri orang itu. Orang yang ditemuinya lalu menaruh telunjuknya pada bibir mengisyaratkan untuk diam. Komang mengangguk. Dadanya naik turun, napasnya menghembus hembus dengan cukup keras. Orang itu kemudian memberikan sebotol air mineral, Komang membuka tutup botol itu dan meminumnya dengan perlahan. Pikirannya mulai tenang dan dadanya mulai berdegup berangsur tenang juga.

***

"Jadi gini .. "

"Apa? Felix? Ada apa sih?"

"Sebentar, ada WA masuk. Sebentar yaa baby sayangku, sebentar."

Ferdian merengut tapi dia tidak bisa berkata apa apa dan hanya bisa menunggu dengan sabar.

***

Kang Mamat sedang mengukur ukur jarak untuk bisa melakukan satu gebrakan dengan sekali gebrak maka lima orang itu bisa jatuh. Dirasanya tidak memungkinkan. Kang Mamat kemudian bergerak perlahan mendekati ayahnya dan Soni yang sedang terus memperhatikan apa yang terjadi didepan mata mereka itu.

Kang Mamat memberikan isyarat pada ayahnya dan Soni untuk merubuhkan kelima orang itu. Satu orang oleh ayahnya Kang Mamat, dua orang oleh Soni dan dua lagi oleh Kang Mamat. Soni mengerti apa yang diperintahkan oleh Kang Mamat.

Bertiga bergerak perlahan maju ke arah lima orang yang sudah turun dari kap mobil dan masih sibuk dengan memperhatikan kap yang sedang panas membara.

***

Aldo membuka matanya dengan malas. Dilihatnya ada orang berdiri dipinggir tempat tidur milik Stevan. Pandangannya masih agak kabur namun perlahan menjadi jelas.

Aldo membelalakkan matanya karena orang yang berdiri dipinggir tempat tidur itu memakai kupluk dan masker sehingga dia tidak bisa tahu siapa orang itu dan yang jelas baginya itu bukan Stevan karena dia mengenal baik postur tubuh Stevan.

Orang itu menatap Aldo dengan tajam. Di telapak tangan kanannya ada kain putih. Orang itu kemudian menunduk dan tangan kanannya didekatkan ke arah muka Aldo.

Aldo merasakan bau menyengat dari arah kain putih itu. Entah kenapa dia merasa sulit untuk bergerak dan berteriak, matanya menatap nanar pada orang itu.

Tangan kanan orang itu semakin mendekat ke wajah Aldo.

***

Komang kemudian mulai bernapas dengan tenang. Dia melihat ke sekelilingnya yang tampak gelap dan hanya ada sinar bulan setengah. Komang merasa tidak begitu mengenal daerah dimana dia berada tapi dia yakin bahwa ini tak jauh dari kota. Mungkin dipinggiran.

Orang yang bersama Komang kemudian memberikan kode kepada Komang untuk bersiap siap. Komang kemudian menuruti apa yang diperintahkan oleh orang yang didepannya. Dia berjalan merunduk menjauh dari tempat dia duduk dan akhirnya sampai di pinggir jalan besar. Tampak sebuah mobil berwarna hitam sudah berada di pinggir jalan itu dengan kondisi mesin menyala. Orang itu kemudian membuka pintu belakang dan kemudian meminta Komang untuk naik ke mobil itu.

***

Soni mengambil batu bata yang tinggal setengah yang tergeletak didekatnya, digenggamnya batu bata itu ditangannya. Sementara Kang Mamat dan ayahnya dengan memakai tangan kosong bersiap. Soni menoleh pada kedua orang disampingnya dan menganggukkan kepalanya memberikan tanda bahwa ia sudah siap. Kang Mamat mengangguk balik.

Serempak mereka bertiga berjalan mengendap dengan cepat dengan sedikit merunduk. Lima orang itu masih sibuk.

"Anjing! Orangnya pasti belum jauh. Ayook kita cari."

KomangWhere stories live. Discover now