Bagian 43

8.9K 226 36
                                    

Esok harinya Felix membantu orang tuanya seperti biasa dengan membuka toko.

"Ini Sabtu tho? Lusa kamu udah masuk sekolah lagi. Belajar yang bener lhoo. Udah mau ujian. "

"Iyaa, Bu, Felix bakalan belajar yang bener. Nanti jangan ngomel lhoo kalau anaknya ngga bisa bantuin buka tutup toko."

"Halaaaah .. gayamu lhoo bantuin."

Felix tertawa sambil terus bekerja mengeluarkan barang-barang dari dalam toko. Setelah selesai semua dia kemudian mengeluarkan handphone dari saku celananya. Dilihatnya tak ada pesan. Hatinya bimbang, di satu sisi ingin menanyakan tapi di sisi lain dia sudah memutuskan untuk tidak ikut campur lebih jauh sampai ada keputusan.

Sambil menunggu pelanggan datang, Felix bermain game. Ibunya di dalam toko asyik bicara dengan saudaranya di handphone.

Jelang siang beberapa pelanggan datang dan Felix dengan sigap meladeni setiap pelanggan yang datang dengan sabar dan senyum.

Jam makan siang tiba.

Ibunya Felix keluar dari dalam toko.

"Lho ibu mau kemana?"

"Kamu jagain toko yaa. Ibu lupa ada janji mau anter Bu RT beli perlengkapan PKK."

"Naah kaaan kalo ada Felix, ibu ini jalan jalan terus."

Ibu Felix tertawa.

Terdengar suara motor berhenti di depan toko. Felix yang sedang membelakangi tak melihat siapa yang datang.

"Itu temanmu datang, nah jadi ibu bisa pergi karena kamu ada temannya."

Felix melihat kebelakang dan dilihatnya Komang dan Ferdian yang turun dari motor dan melangkah masuk ke toko. Senyum Felix lebar. Dia langsung memeluk Komang dan kemudian memeluk Ferdian.

"Ini ada apa tho? Kok pake peluk-pelukan segala?"

Ferdian tersenyum lalu mencium tangan ibunya Felix, demikian juga dengan Komang.

"Senang lihat anak sopan-sopan kayak kalian ini. Felix, mbok kamu itu kayak Ferdian ini lhoo, rapi terus wangi, sopan lagi. Bisanya kamu itu cuma pamer-pamer badan didepan toko sampai sampai perempuan perempuan di pasar ini lho ngomongin kamu."

"Ibu! .. Udaaaaaah. Nanti ditinggal sama Bu RT lhoo."

Ferdian dan Komang tertawa mendengar omongan Ibu Felix.

Tak berapa lama Ibu Felix pergi setelah sebelumnya menitip pesan pada Felix jika mau pada makan ambil uangnya di laci dan membeli makanan apa saja yang disukai.

Ketiga anak itu kemudian seperti biasa duduk didepan toko di tumpukan beras. Dan seperti biasa juga Komang duduk dengan menyenderkan punggungnya ke Ferdian. Felix mengambilkan tiga minuman dingin dan memberikan kepada dua temannya.

"Gue mau, eh sorry, kita mau ngomong sama lo."

Felix diam mendengarkan.

"Gue sih sebenernya. Gue mau ngomong makasih sama lo. Lo udah bener-bener banget ngejalanin apa yang gue minta ama lo. Gue pengen lo tau kalo suatu saat lo butuh bantuan gue apa pun itu, gue bakalan bantu semampu dan sebisa gue. Thank you udah jagain Ferdian."

Felix tertawa.

"Gue pikir lo mau ngomong apaan. Ngga ada yang perlu diterimakasihin karena gue yakin kalo gue ada diposisi, gue juga akan pesan yang sama ke elo. Itu namanya temen. Eh ralat, sahabat. Yang jelas ngeliat lo datang berdua dan udah ketawa, terus liat duduk berduaan kayak gitu, gue pikir semua sudah beres yaa."

KomangWhere stories live. Discover now