61

41.9K 5.2K 4.8K
                                    

Halo!


JANGAN LUPA VOTE & SPAM KOMEN LAGI YAAA!

DITUNGGU 3K VOTES & 3K KOMENNYA!🔥


Perhatian, komen yang sewajarnya aja. Jangan terlalu toxic👍












-



SELAMAT MEMBACA!




- My Husband is My Enemy 2 -
- Part 60 -



...






Flashback..

Berhari-hari Rania berusaha mencari Aldo di rumah Bunda, di rumah mereka sendiri, dan dikantor Aldo pun, Rania tak bisa menemukan sang suami.

Cewek itu duduk sambil menghela nafas sejenak lalu bersandar, memejamkan kedua matanya untuk menenangkan dirinya.

'Lo dimana, Aldo..'

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang berhenti tepat didekat Rania, membuat cewek itu refleks membuka matanya.

"Devan," ucap Rania dengan pelan.

Devan tersenyum tipis. Cowok itu lalu duduk disebelah Rania.

Rania dengan cepat bergeser, mencoba memberikan jarak antara dirinya dan Devan, agar selanjutnya tak ada yang salah paham lagi.

“Hari ini gue udah bisa pulang,” ucap Devan.

“Oh, bagus deh,” sahut Rania dengan pelan.

Devan tersenyum tipis. "Maafin gue, ya."

Rania perlahan menaikkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Gue tau gue salah. Maafin gue karna bikin hubungan lo sama Aldo ga baik," ucap Devan. Cowok itu meneguk salivanya sejenak.

"Lo belum ketemu sama Aldo, ya, beberapa hari ini?" tanya Devan.

Rania segera menggelengkan kepalanya dengan ragu-ragu, "Gu- gue ketemu Aldo, kok," sahutnya dengan cepat.

"Lo ga perlu boong sama gue, Ran."

Rania meneguk salivanya. "Gue serius, kok," bantahnya.

"Kenapa nggak nemuin Aldo di hotel?"

Rania mengerutkan dahinya. "Hotel?"

Devan terkekeh kecil. "Lo nggak tau?"

"Lo tau dari mana?" tanya Rania tanpa menjawab pertanyaan Devan barusan.

Devan tersenyum tipis. "Gilang yang ngasi tau gue," jawab Devan.

"Gilang?"

Devan menganggukan kepalanya.

"Kok bisa? Dia ketemu Aldo disana?"

"Dia, kan, kerja disana."

Rania terdiam sejenak sambil menganggukan kepalanya.

"Udah sana, temuin Aldo."

Rania kembali menatap Devan, lalu bertanya, "Kenapa lo malah nyuruh gue temuin dia? Bukannya lo mau gue sama Aldo pisah, ya?"

Devan tersenyum. "Hm.. mau gimana pun, gue ga bisa maksa lo buat cinta sama gue."

Rania menaikkan sebelah alisnya.

"Gue cinta sama lo, Ran. Tapi, gue juga mau liat lo bahagia sama pilihan lo sendiri."

Rania tertegun. Cewek itu perlahan menundukkan kepalanya.

Satu tangan Devan menepuk pundak Rania dengan pelan. "Percaya sama gue, lo itu nggak egois. Lo bukannya nggak peduli sama orang lain. Lo peduli, lo cewek baik, cuma lo lagi capek aja sama keadaan.”

“Gue nggak tau lo lagi punya masalah apa, tapi gue yakin, banyak masalah yang lagi lo hadepin, dan lo mendem itu semua sendiri. Makanya, lo nggak bisa sepenuhnya perhatian sama Aldo, karna lo juga lagi kesusahan sama masalah lo sendiri.”

Ucapan Devan barusan membuat kedua mata Rania mulai berokaca-kaca.

“Gue tau lo cinta banget sama Aldo. Lo pengen bahagiain dia, tapi lo belum bisa, kan? Karna lo juga belum bisa bahagiain diri lo sendiri, Ran.”

Rania masih terdiam. Kini air mata mulai mengalir dipipinya.

“Coba sekali lagi lo jelasin ke Aldo. Gue yakin, dia pasti bakal ngertiin lo.”

Rania meneguk salivanya sejenak, lalu berkata, “Thanks, Van.”

“Maafin gue, ya,” lanjut Rania, membuat Devan mengerutkan dahinya.

“Buat apa?”

Rania menghela nafas sejenak lalu menatap kedua bola mata Devan dan berkata, “Maaf, karna dulu gue nggak ngasih tau lo tentang hubungan gue sama Aldo. Gue tau, lo, Gilang, sama Heri pasti kecewa banget sama gue. Tapi, gue ngelakuin itu bukan karna gue sengaja buat ngebohongin kalian,” jelasnya.

Devan tersenyum sembari menganggukan kepalanya. “Iya, gapapa, Rania. Kita bertiga paham, kok,” sahutnya.

“Gilang sama Heri juga tau gue nikah sama Aldo?”

Devan kembali mengangguk. “Tau.”

Kedua alis Rania terangkat, “Siapa yang ngasi tau mereka?”

“Bang Randi.”

Rania mengerutkan dahinya, ia lalu mengulang perkataan Devan barusan, “Bang Randi?”

“Kok bisa?” tanya Rania lagi.

Devan tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. “Dulu pas lulus SMA, gue, Gilang, sama Heri nanya ke bang Randi tentang hubungan lo sama Aldo.”

Rania terkekeh kecil. “Lo bertiga dulu sebenernya masih perhatian sama gue, ya?”

“Nggak juga sih,” bantah Devan dengan cepat. 

“Nggak ngaku lagi,” ledek Rania. 

Devan lalu terkekeh kecil sejenak. “Biar pun kita kecewa sama lo, tapi kita bertiga tetep sayang sama lo.”

“Setelah di pikir-pikir, itu hak lo buat nggak ngasih tau kita bertiga. Lo nggak salah, kok. Gue aja yang berlebihan nanggepinnya,” lanjut Devan.

Rania tersenyum. “Sekali lagi makasih, ya, Van.”

“Makasih karna kalian bertiga mau ngertiin gue. Gue minta maaf karna dari dulu gue sering egois ke kalian.”

Devan menggelengkan kepalanya. “Lo nggak egois, Curut,” protesnya, membuat Rania mengulum senyum.

“Udah sana, temuin suami lo. Kasian, tuh, dari kemaren dia nungguin lo ngebujuk dia buat balik,” ledek Devan.

“So tau lo,” balas Rania dengan cepat.

“Serius, coba tanya sendiri ke Aldo sana,” kekeuh Devan.

Rania lalu menganggukkan kepalanya sambil menghapus air mata yang ada dipipinya.

Sebelum Rania beranjak dari duduknya, Devan kembali membuka suara, “Inget, lo sahabat gue, Gilang, sama Heri. Kalo ada apa-apa, lo bisa kasi tau kita bertiga.”

Rania tersenyum simpul. “Oke, siap,” sahutnya dengan anggukan kepala.

Setelah itu Rania menanyakan alamat hotel dimana Aldo berada kepada Devan.


Flashback off..


“Aldo..”

Aldo mengerutkan dahinya saat melihat Rania yang kini cukup basah karna kehujanan. Cowok itu segera menarik lengan Rania dengan kuat memasuki kamar hotel dan menutup pintu.

Setelah berada di dalam, Aldo lalu menatap kedua bola mata Rania dengan tajam. Ia lalu bertanya, “Lo ngapain hujan-hujanan gini?”

Rania dengan ragu menggelengkan kepalanya. “Ehm, gapapa..”

Aldo menghela nafas sejenak lalu pergi mengambil handuk kimono yang tersedia disana untuk Rania.

“Nih,” ucap Aldo sembari memberikan handuknya.

Rania mengambilnya lalu menunduk. “Makasih,” ucapnya dengan pelan.

Aldo mengangguk. “Sana mandi dulu biar nggak demam,” ucapnya dengan nada dingin. Cowok itu lalu mengalihkan pandangannya, sebenarnya dirinya sangat tidak tega melihat kondisi sang istri saat ini. Ia ingin memeluk Rania, tapi gengsi.

Rania menganggukan kepalanya sejenak lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

...


Setelah selesai mandi, Rania segera keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk kimono yang diberikan oleh Aldo tadi.

Kemudian mata Rania langsung menatap Aldo yang kini bersandar dengan kedua tangan yang melipat di depan dada sambil menonton televisi.

Rania meneguk salivanya sejenak dan berusaha memberanikan dirinya untuk mendekati Aldo. Cewek itu mulai melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di dekat Aldo. “Ehm, Aldo..”

“Hm,” gumam Aldo tanpa sedikit pun melirik ke arah Rania.

“Ehm, gue.. minta maaf,” ucap Rania dengan pelan. Ia lalu menundukkan kepalanya.

Aldo menoleh ke arah Rania dengan satu alis yang terangkat.

Rania memejamkan matanya dan berkata, “Gue minta maaf. Iya, gue salah. Gue terlalu egois, gue ga pernah mikirin lo, gue ga perhatian sama lo, gue ga pernah ada waktu buat lo. Iya, gue jahat banget sama lo. Tapi, gue berani sumpah, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Devan.”

Aldo hanya mengalihkan pandangannya tanpa menggubris perkataan Rania barusan.

Rania membuka matanya dan melirik ke arah Aldo, kenapa tak ada respon? Aldo benar-benar sudah tak perduli dengan dirinya?

“Maafin gue!”

Aldo cukup terkejut dengan pekikan Rania barusan. Cowok itu melirik ke arah Rania tanpa berniat mengatakan apapun.

“Gue nggak ngasi tau hubungan kita ke orang-orang di rumah sakit bukan karna gue mau seenaknya pelukan sama cowok disana, gue nggak pernah mikir kaya gitu. Gue cuma belum siap jelasin semuanya ke mereka.”

“Oh,” gumam Aldo singkat.

Rania mengerutkan dahinya. “Oh?”

“Kan gue nggak nanya,” ucap Aldo. Ia kembali berkata, “Lagian, bentar lagi kita mau pisah, jadi bukan urusan gue lagi.”

Rania menatap Aldo dengan tajam. “Kalo gue salah, lo boleh marahin gue, kalo mau mukul juga silahkan, gue terima karna gue emang salah. Tapi, nggak usah ngancem buat pisah terus!”

“Gue nggak ngancem. Kemaren juga lo udah setuju kita pisah,” ucap Aldo.

“Waktu itu gue takut, makanya gue setuju! Gue cuma nggak mau memperpanjang masalah, apalagi waktu itu lo lagi emosi. Gue takut, Do! Hiks..”

Aldo mengangkat kedua alisnya dengan terkejut. “Ran?”

“Waktu dirumah sakit itu Devan yang megang tangan gue, tiba-tiba peluk gue, bukan gue yang mau pegangan tangan ato peluk dia! Hiks..”

Aldo terdiam. Ia ingin segera memeluk dan menenangkan Rania, tetapi dirinya masih merasa gengsi.

“Devan nyuruh gue buat minta pisah dari lo dan nikah sama dia, hiks.. Tapi, gue nggak mau! Gue nggak cinta sama Devan, gue cintanya sama lo, Aldo! Hiks..”

“Gue nggak mau pisah dari lo!”


To be continued..


GAK BOLEH NYUMPAHIN ORANG🙏

GUISSS, KALIAN SIAP KALO CERITA INI TERBIT?!

GIMANA PART INIII?

GIMANA ALDO DI PART INI?

GIMANA RANIA DI PART INI?

GIMANA DEVAN DI PART INI?

SEMANGAT KOMENNYA, INSYA ALLAH, KALO SEMPET PART 62 MAU AKU UP SECEPATNYA.

SPAM KOMEN "NEXT" DISINI!👉

SPAM KOMEN EMOT APA AJA DISINI!👉


Jangan lupa follow instagram : @ rahma_niida
@ aldopradipamahendra
@ raniapratistakaila

Akun Wattpad kedua aku : rahmanidaaa

Tiktok : @ rahmanida2810




SEE U!




Rabu, 08 September 2021.

MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang