31

51.1K 5K 535
                                    


21.10 wib..
Gudang.
Kedua mata Rania perlahan terbuka, tangannya memegang kepala sembari Rania mengumpulkan nyawa. Gelap.

Rania meneguk salivanya, menatap ruangan gelap yang saat ini ia tempati.

Seketika seluruh anggota tubuh Rania bergetar, keringat perlahan-lahan membasahi dahi dan telapak tangannya. Rania terdiam, tubuhnya kaku.

Rania takut gelap.

"Engh.." gumam Rania dengan bibir yang bergetar, ia ingin sekali berteriak. "Aldo.."

Rania kembali menutup kedua matanya, ia menunduk sembari memeluk kedua lututnya. "Engh.. Aldo!" pekiknya, kedua tangannya beralih menutup telinganya. Rania ketakutan.

"Hiks.."

Bruk!

Suara kursi jatuh membuat Rania terkejut, kemudian disusul suara tikus-tikus yang berlari disekitarnya.

"Aaaa! Mama! Papa! Hiks.."

Rania kembali memeluk kedua lututnya, ia semakin terisak. "Hiks.. bang Randi, gue takut.."

Kemudian tangan Rania merogoh saku seragam SMA nya, ia mendapatkan handphonenya. Rania segera menekan tombol untuk menyalakan handphonenya, tapi.. ternyata handphonenya sudah lowbat. "Akh!" pekiknya dengan kesal.

Ckiit..

"Aaa!" Rania refleks berteriak setelah mendengar bunyi kursi tergeser didekatnya. "Ya Allah.. Rania takut, hiks.." gumamnya kembali terisak.

Kemudian terdengar bunyi pintu digedor dari luar, membuat Rania semakin ketakutan.

Bug! Bug!

Rania menutup mulutnya dengan sangat rapat, kedua tangannya kembali memeluk kedua lututnya dengan erat.

"Rania?!"

"Rania?!"

"Rania lo didalem?!"

Rania meneguk salivanya, sepertinya ia mengenal suara tersebut. Aldo dan Randi.

Rania berdiri dan langsung berlari menuju sumber suara, "Aldo!"

"Rania?!"

Rania kemudian menggedor-gedor pintunya. "Tolongin gue! Gue takut, hiks.."

"Ran.. tenang, kita disini kok! Lo jauhin dulu pintunya," perintah orang dari luar.

Rania mengikuti perintahnya, ia kemudian mundur beberapa langkah dari pintu gudang.

Tak berapa lama, pintu didobrak dari luar.

Brak!

"Akh!" pekik Rania sembari menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangannya.

Kemudian Aldo berlari masuk ke dalam gudang, ia segera memeluk tubuh Rania. Menenangkan sang istri.

Rania langsung membalas pelukan Aldo dengan sangat erat, wajahnya bertelungkup dibahu sang suami. "Aldo, hiks.."

Kedua tangan Aldo mengusap-usap punggung Rania dengan lembut. "Tenang, Ran.. lo ga sendirian lagi," bisiknya.

"Gue.. hiks, gue takut.."

"Iya sayang," bisik Aldo lalu mencium bahu Rania.

Randi berdiri didekat Rania, ia kemudian mengusap-usap bahu Rania dengan pelan. "Lo tau siapa yang masukin lo ke sini?"

MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang