16

42.8K 3.8K 196
                                    

Sabtu.
      Hari ini hari pembagian rapor, hari penentuan naik atau tidaknya Rania ke kelas berikutnya.

Rania mulai memperbaiki hari-harinya, ia mulai terbiasa, dan kini ia tak sering berbaring diatas kasur sembari melamun dan menangis lagi.

Rania memulai kembali harinya.

Sedangkan Aldo, selama berhari-hari ia sibuk dengan kegiatan Osis. Menyiapkan apa yang perlu disiapkan untuk menyambut orang tua para murid saat pengambilan rapor.

Rania, Randi, dan Mawar duduk diruang TV sembari bercanda tawa, menunggu mama pulang.

Selang beberapa menit, mama datang sembari memegang rapor Rania.

Rania, Randi, dan Mawar menoleh ke arah mama.

Mama kemudian meletakkan rapor Rania di atas meja.

"Gimana, ma?" tanya Randi sembari berencana meledek sang adik.

Mama menghela nafasnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Huft.. udah, mama gak sanggup ngapalin dosa-dosa Rania di sekolah." ucapnya dan berlalu meninggalkan Rania, Randi, dan Mawar menuju dapur.

Randi tertawa pecah mendengar ucapan sang mama, sedangkan Mawar menggelengkan kepalanya sembari cengengesan.

"HAHAHAHAHAHAH"

Rania mencebikkan bibirnya, "perasaan dosa gue gak banyak."

Randi menoyor jidat Rania sembari tertawa, membuat Rania menatapnya dengan tajam.

"Guru kamu ternyata baik ya, Ran." ucap mama dari dapur.

Rania melirik ke arah mama dengan heran, "baik dari Hongkong."

"Iya, buktinya kamu bisa naik kelas." ucap mama sembari tersenyum.

Randi kembali tertawa pecah. "Nah.. hahahah, bener, ma!" ucapnya terbahak-bahak.

Mawar ikut tertawa ringan. "Yang, ih.. Ga boleh gitu tau," ucapnya menegur Randi.

"Tau, gaada akhlak lu. Lagian Rania gak bego-bego amat, kok!" protes Rania dengan kesal.

Randi mulai meredakan tawanya. "Halah.." ucapnya meremehkan, "juara umum siapa, ma?"

"Juara umum masih bertahan di Aldo," ucap mama.

Rania meneguk salivanya saat mendengar nama tersebut, jantungnya terasa berdetak dengan cepat.

Randi dan Mawar menghentikan tawanya, seketika keadaan hening.

Mama tersadar dengan ucapannya. "E.. Rania mau makan apa?" ucapnya berusaha mencairkan suasana.

Rania menggelengkan kepalanya. "Nanti aja, Rania udah kenyang kok."

Randi dan Mawar saling melirik, bingung harus bagaimana.

"Rania, kita keluar yuk.." ajak Mawar sembari tersenyum.

Rania menggelengkan kepalanya. "E.. Rania gak ikut, Rania di rumah aja." ucapnya dan segera beranjak dari duduknya.

"Eit.. gue traktir," ucap Randi dengan cepat.

Rania menggelengkan kepalanya, "gak usah."

"Semua kemauan lo gue turutin deh," ucap Randi sembari menaik-turunkan alisnya.

Rania kembali menggelengkan kepalanya. "Next time aja," ucapnya dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar.

Randi segera mengejar Rania, ia kemudian menahan kerah baju Rania dari belakang.

MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]Where stories live. Discover now