Chapter 2

626 29 2
                                    

"Aku pulang!"

Cassandra pulang selepas maghrib, selain karna macet di jalanan, ia juga bertahan lebih lama di perusahaan, banyak pekerjaan dan urusan yang harus di selesaikan.

Seperti kebiasaannya selama ini, kalau ia pulang selalu mengucapkan itu, ada tidaknya orang yang menyahut, Cassandra tidak terlalu peduli, itu hanya kebiasaannya saja.

Namun setelah ayahnya meninggal, selama setahun ini ia selalu di sambut dan di tunggu oleh Zain sang suami yang tidak di akui olehnya, walau pun selalu bersikap lembut kepadanya tapi itu masih belum cukup untuk menggugah hatinya.

Seperti saat ini, Zain sudah menunggu Cassandra sedari tadi, laki-laki itu duduk di atas sofa lalu beranjak kala mendengar suara Cassandra.

"Selamat datang sayang." Zain menjawab sambil menunjukan senyuman khasnya.

Cassandra memutar kedua bola matanya malas kala mendengar kata 'sayang' dari mulut Zain, itu terdengar sangat manis kalau orang lain yang mengucapkan, tapi berbeda kalau itu Zain yang ucapakan, itu sangat datar dan menyeramkan.

Cassandra bergidig sesaat namun tidak terlalu memperdulikannya, ia memilih untuk duduk di atas sofa yang berada bersebrangan dengan Zain.

Walaupun tutur kata serta bahasa Cassandra tidak kasar saat berbicara dengan Zain, tapi itu bukan berarti kalau dirinya luluh, itu hanya kebiasaan yang di ajarkan oleh kedua orang tuanya dulu, sopan santun dengan tutur kata yang baik.

Maka tidak heran saat berbicara dengan siapa pun, Cassandra selalu berbicara lemah lembut penuh kesopanan, walau pun ya terkadang ketus kalau berbicara dengan orang yang tidak disukainya.

"Mau minum atau makan?" tanya Zain kepada Cassandra.

"Ugh! Gak usah. Aku cape mau istirahat langsung," balas Cassandra.

"Memangnya kamu sudah makan?"

"Bukan urusan kamu mau aku sudah makan atau belum juga."

"Heeh! Baiklah."

Zain tidak memperpanjang pembicaraan mereka, interaksi di antara mereka berdua memang seperti ini, tidak banyak hanya sekedarnya saja.

Tidak ada interaksi yang intens yang dapat mendekatkan mereka, selain karna Cassandra yang enggan, Zain juga terlalu plat, jadi mereka hanya sekedar basa-basi saja.

"Zain ambilin minyak angin dong, kepalaku pusing," titah Cassandra yang sekarang sudah rebahan di atas sofa.

"Baik." Satu kata terucap lalu dengan santai pergi menuruti perintah Cassandra.

Tidak lama Zain kembali sambil membawa minyak angin di tangannya, ia lantas menyerahkan itu kepada Cassandra, wajahnya terlihat kelelahan, bagaimana pun Cassandra sudah sangat bekerja keras.

"Kamu sakit?" tanya Zain datar.

"Engga. Aku cuma pusing," balas Cassandra.

"Ada masalah di perusahaan?"

"Hm. Banyak."

"Mau cerita? Mungkin aku bisa bantu?"

"Bantu? Memangnya kamu bisa bantu apa?"

"Ya apa saja, mungkin aku bisa selesaikan masalah kamu."

"Ck. Kalau aku cerita sama kamu, yang ada tambah masalah, aku tambah pusing nantinya."

"Heeh. Baiklah. Aku tidak memaksa."

Zain berhenti bicara, ia lantas duduk lalu melanjutkan aktivitasnya, ia lalu mengambil sebuah buku yang selalu ia bawa kala sedang menunggu Cassandra pulang bekerja.

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now