Chapter 13

346 19 2
                                    

"Aku pulang!"

Zain langsung melangkah masuk ke dalam rumah sambil membawa beberapa kantong belanjaan, setelah itu menyerahkannya kepada maid yang datang menyambutnya, Zain langsung beranjak pergi setelah itu.

Tiba di ruang tengah, Zain tidak menemukan keberadaan Cassandra, hanya ada Hans yang langsung berdiri kala melihat Zain pulang, Zain pikir kalau Cassandra masih tidur atau sudah pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa hal.

Cassandra memang selalu begitu, kalau kesiangan, ya sekalian siang pergi ke kantornya, kalau mau tidur ya tidur sekalian, tidak usah pergi, apa lagi itu perusahaannya, jadi tidak akan ada orang yang berani memarahinya.

Tapi, tetap saja, itu kebiasaan yang buruk, Cassandra tidak akan menjadi pemimpin yang baik kalau terus seperti itu, Zain harus segera merubah sifat buruk Cassandra.

"Selamat datang, tuan!" sapa Hans, memberi hormat.

Zain mengangguk pelan sebelum bertanya. "Cassandra masih tidur, atau sudah pergi ke kantor?"

"Nona tidak kemana-mana tuan, ada di kamarnya. Tadi setelah makan siang, nona kembali ke kamarnya," jawab Hans.

"Eeh! Tumben?"

"Tadi ada ibu Olivia sama suaminya datang kesini."

"Hmm. Ada urusan apa mereka?"

"Seperti biasa tuan. Memaksa nona untuk menceraikan tuan, mereka juga mengancam nona tadi."

Hans langsung menceritakan semuanya secara detail kepada Zain, tentu saja tidak ada yang di sembunyikan apa pun, lagian Hans juga tidak suka kepada mereka, sejak di angkata adik oleh Wijaya, sikap dan sifat Olivia menjadi angkuh, dan parahnya berniat mengambil harta kekayaan yang menjadi hak milik Cassandra.

"Heeh! Rubah licik itu ingin bermain ternyata." Zain tersenyum sinis.

"Lantas, apa yang harus kita lakukan kepada mereka?" tanya Hans.

"Tidak perlu terburu-buru, kita lihat permainan apa yang akan mereka lakukan nanti."

"Saya mengerti, tuan."

"Saya ke atas, mau melihat Cassandra. Pak Hans jangan kemana-mana, aya ada perlu nanti."

"Baik, tuan."

Zain lalu beranjak perlahan dan mulai menaiki anak tangga, satu demi satu di lewati untuk mencapai lantai dua rumah ini, dengan santai, Zain langsung pergi ke depan pintu kamarnya Cassandra.

Zain ingin mengetuk pintu, tapi niat itu segera di urungkan, akhirnya Zain memilih untuk langsung masuk saja ke dalam kamar istrinya, menarik knop pintu yang ternyata tidak di kunci sama sekali.

Zain masuk perlahan dan langsung melihat Cassandra yang tengah tertidur di ranjangnya sendiri, di balut selimut serta posisi tidur yang cukup berantakan, Cassandra masih seperti anak kecil dikala tidur.

Zain tidak langsung menghampiri Cassandra yang sedang tidur di ranjangnya, Zain berkeliling dulu lalu merapikan beberapa barang yang di rasa posisinya berantakan, Zain langsung meletakan semuanya ke posisi semula.

"Heeh! Begitu rupanya, baiklah, kamu yang meminta," gumam Zain saat merasakan sesuatu.

Di dalam kamar, Zain merasa sedikit aneh, Zain menyadari keanehan kala berkeliling di kamar Cassandra, bukan, bukan keanehan dari suatu bahaya atau semacamnya, tapi Zain merasa aneh dengan Cassandra yang tengah tertidur.

Di lihat dari ponselnya yang masih hangat, Zain menyadari kalau ponsel itu baru saja di gunakan beberapa saat yang lalu, itu cukup membuktikan kalau Cassandra pura-pura tertidur kala mendengar knop pintu kamarnya di buka.

Zain tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala, Zain merasa kalau Cassandra ingin sedikit bermain-main dengannya.

Sambil berpura-pura tidak tau, Zain duduk di samping ranjang Cassandra dan perlahan mulai membelai rambut sang istri lalu mulai menjalar ke daerah lain.

"Rambut yang indah, kulit putih dan mulus terawat, di tambah tubuh yang bagus, tinggi semampai, aku suka itu," puji Zain sambil terus mengusap kulit tangan Cassandra, memberikan sensasi geli disana.

Tapi Cassandra tidak bergerak sama sekali, masih tertidur seakan tidak merasakan apa pun, bahkan tidak merasa geli saat Zain memainkan kulit tangannya.

"Eeh! Gigih sekali," ucap Zain, melihat tidak ada respon. "Baiklah, kalau begitu aku manfaatkan situasi sebagus ini, mumpung kamu lagi tidur, aku bisa bermain sedikit dengan kamu. Bagaimana kalau kita berciuman? Hmm, ah tidak-tidak, mungkin alangkah baiknya kalau kita malam pertama saat ini, membiarkan aku menanam benih di rahim kamu."

Benar saja, tiba-tiba Cassandra melonjak dari tidurnya dan langsung mundur sampai ke tepian ranjang, Cassandra melotot sambil menunjuk ke arah Zain dengan penuh emosi.

"M-mau apa kamu Zain? Jangan macam-macam ya!" semprot Cassandra panik setengah mati.

"Heeh! Main-mainnya sudah selesai! Aah, sayang sekali, padahal aku ingin terua bermain," ucap Zain sambil tersenyum datar.

"Kamu! K-kamu ngerjain aku?" tanya Cassandra tidak percaya.

"Ngerjain? Aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan."

"J-jangan macam-macam ya! Aku pukul nih!"

"Coba kalau bisa!"

"K-kamu nantangin aku?"

"Ya. Bisa di bilang seperti itu."

"Awas ya! Rasain nih!"

Cassandra melayangkan kepalan tangannya mencoba memukul Zain, tapi bukannya berhasil, tangan Cassandra justru di tangkap oleh Zain lalu di tarik agar tubuh Cassandra terdorong ke tubuh Zain.

Tentu saja hal itu langsung membuat Cassandra membeku di tempat, untuk sesaat terpesona dengan ketampanan Zain, sampai sedetik kemudian, Cassandra tersadar.

"Iish! K-kamu apaan sih? Sakit tau," ketus Cassandra dengan rona merah di pipinya.

"Benarkah?" tanya Zain datar.

"Jangan mulai Zain! Jangan jadi menyebalkan."

"Baiklah. Kalau begitu aku akan bersikap menyenangkan."

"Eh! M-maksus kamu a---"

Cup!

Satu ciuman singkat mendarat di bibir Cassandra, itu ciuman dari Zain yang memotong perkataan Cassandra, membeku di tempat dan tidak bereaksi apa pun, Cassandra tidak berkutik sama sekali kala firshkiss nya di ambil oleh Zain.

Setelah itu, Zain langsung menarik bibirnya, melepas pegangan tangannya lalu turun dari ranjang Cassandra, Zain langsung keluar dari kamar sebelum Cassandra bereaksi yang berlebihan, menutup pintu, lalu sesaat kemudian terdengar suara teriakan dari dalam.

"ZAIN!!! DASAR CABUL!" teriak Cassandra yang tidak di pedulikan oleh Zain.

Zain turun menurni anak tangga satu persatu, lalu kembali ke arah Hans yang sudah menunggunya, Hans selalu siap sedia kapan pun di butuhkan, selama dia mampu, Hans akan melakukan apa yang harusnya di lakukan.

"Tuan!" sapa Hans.

"Biarkan yang lainnya liburan malam ini," ucap Zain datar.

"Baik. Apa saya harus menyiapakan sesuatu?"

"Tidak-tidak. Hanya beberapa tamu yang berkunjung malam ini, jangan terlalu heboh."

"Baik tuan. Saya akan meliburkan semuanya malam ini."

"Ah ya, satu lagi. Urus juga soal Cassandra, jangan biarkan dia pulang cepat malam ini."

"Baik tuan. Sesuai perintah anda."

"Bagus. Pak Hans kembali segera, saya punya tugas khusus untuk pak Hans."

"Di mengerti."

Hans pun langsung pergi untuk menjalankan apa yang di perintahkan Zain, Hans tidak perlu banyak bertanya karna sudah paham dengan apa yang di maksud.

Seperti yang di katakan oleh Zain, mereka akan menyambut beberapa tamu yang datang berkunjung.

* * *

...TO BE CONTINUE...

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now