Chapter 43

187 11 4
                                    

Nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur terjadi, nasib yang menimpa rumah keluarga Manda tidak ada yang bisa menduganya, jadi jangan terlalu di pikirkan berlarut-larut, lebih baik menatap kembali ke arah depan, kembali menata hidup, ini bisa jadi pelajaran berharga untuk siapa pun, akan selalu ada orang yang iri terhadap kita.

Ya. Mungkin normalnya itu yang di pikirkan oleh semuanya, tapi apa bisa sekebetulan itu! Zain memiliki pemikiran yang berbeda, karna insting nya berkata kalau kejadian ini tidak sesederhana itu, bahkan orang-orangnya yang sedang mengejar si pelaku sampai tidak bisa berbuat banyak, si pelaku berhasil melarikan diri dari kejaran para profesional.

Zain sedikit mengalami jalan buntu, namun tentu dirinya tidak akan mengalami kegagalan, ada banyak jalan untuk mengungkap semuanya, ada setitik petunjuk yang bisa Zain pakai, dan petunjuk itu hanya Zain yang tau, untuk saat ini dirinya akan menyatukan beberapa keping puzle yang akan membawanya ke dalam pelaku utama.

Malam sudah larut di kediaman Wijaya, beberapa jam sudah berlalu sejak Cassandra dan Zain membawa Manda dan keluarga ke rumah mereka, semua sudah istirahat dan membuat di dalam rumah jadi sunyi, para maid dan bodyguard sudah beristirahat, hanya tersisa beberapa orang di luar untuk berjaga.

Casssandra memberi Manda dan keluarganya pakaian setelah rumah mereka terbakar, untuk malam ini mereka akan tinggal di rumah yang sangat besar seperti ini.

Waktu sudah menunjukan 02.30 dini hari, semua tertidur dengan sangat pulas, Cassandra kembali menempati kamarnya sendiri, walau sudah mengakui Zain tapi Cassandra masih belum mau tidur seranjang dengan suaminya itu.

Di sisi lain, di dalam kamar, Zain masih terjaga sampai saat ini, Zain masih terpaku ke layar laptop miliknya, melihat sesuatu yang sunggu menarik di sana, bukan suatu yang engga-engga tapi ada tikus kecil yang sudah masuk perangkap.

"Apa tikus kecil itu sudah masuk ke dalam perangkap kita, tuan?" tanya Hans kepada Zain.

"Ya. Seperti yang kamu lihat," jawab Zain.

"Hmm. Berani-beraninya tikus kecil sepertinya menyusup kesini," geram Hans sedikit kesal.
"Apa saya harus menangkapnya?"

"Tidak-tidak. Kita masih belum mendapatkan big mouse nya, kita tunggu sedikit lebih lama," balas Zain.

"Baik tuan." Hans paham.

Hans yang memang sedari tadi ada di belakang Zain ikut memperhatikan tontonan yang ada disana, Hans sengaja di suruh oleh Zain kesini, walau sangat lelah tapi itu sebanding dengan hasil yang di dapatkan.

Mereka terus memperhatikan layar disana, pergerakan tikus kecil yang mengendap-ngendap, masuk kesana masuk kesini, mencari sepotong keju guna mendapatkan keju yang lebih besar, tanpa sadar kalau keju tersebut sudah ada di dalam perangkap.

Semakin lama pergerakannya semakin membuat Hans risih.

"Tuan, apa kita akan membiarkannya begitu saja?" tanya Hans kembali.

"Biarkan saja, saya punya rencana sendiri," balas Zain santai.

"Ah! Baiklah kalau seperti itu." Hans tidak akan mempertanyakan lagi.

Hans paham apa yang akan di lakukan oleh Zain, jadi Hans hanya akan mengikuti rencananya saja, tidak akan mempertanyakannya lagi, hanya saja memang kesal juga kala melihat seekor tikus mengacak-ngacak teritorinya.

Semua berakhir setelah cukup lama, tikus kecil itu sudah kembali ke sarangnya, Zain serta Hans juga selesai menatap layar laptop.

"Selesai sudah," gumam Zain.

"Jadi, apa rencana selanjutnya?" tanya Zain seketika.

"Suruh semuanya bersiap dan bersikaplah seperti biasa," titah Zain.

"Baik tuan." Hans langsung pergi tentu saja untuk mempersiapkan panggung yang megah.

-----

Pagi hari yang cerah, semua orang di dalam kediaman Wijaya sedang menikmati sarapan pagi mereka, Zain dan Cassandra serta keluarga dari Manda, mereka duduk bersama di meja makan sambil menyantap sarapan pagi mereka, sarapan yang sangat mewah bagi keluarga Manda.

Mereka tidak terlalu terbiasa makan seperti itu, apa lagi makanan tersebut pasti mewah-mewah, Manda tentu merasa segan dengan semua itu, keluarga Cassandra terlalu baik kepada mereka, memberi tempat berteduh serta makanan yang mewah.

"Kenapa tidak makan?" tanya Cassandra kepada Manda.

"Eung... A-anu! A-apa ini tidak berlebihan bagi kami? Mm, m-maksud saya, kami tidak terbiasa dengan makanan mewah seperti ini," balas Manda segan.

"Sudahlah. Nikmati saja makanan kamu, jangan banyak berpikir," ucap Cassandra dengan senyumannya.

"Makanlah seperti biasa. Lihat adik kamu, dia menghargai semua makanan, lagian jarang-jarang kalian makan seperti ini bukan? Selagi bisa nikmati saja makanan di depan kamu itu," sambung Zain.

"B-baik." Manda mengangguk.

Sarapan kembali berlanjut setelah obrolan singkat barusan, Manda akhirnya mau menyantap makanan di depannya, dirinya mencontoh dari sang adik dan sang ibu yang nampak tidak terlalu peduli, di saat perut kelaparan hanya makanan yang ada di dalam benak setiap orang.

Hans yang memberi titah kepada para maid seperti biasa, mereka menyajikan menu pembuka lalu ke menu utama dan berakhir dengan makanan penutup, tentu saja Manda dan keluarganya sangat bahagia, perlakuan yang di berikan keluarga Cassandra tidak membanding-bandingkan setiap orang.

Sarapan akhirnya berakhir, namun mereka tidak langsung beranjak dari tempat duduk mereka.

"Zain, setelah ini aku langsung berangkat kerja," beritahu Cassandra.

"Hati-hati sayang!" balas Zain.

Cassandra mengangguk, setelah itu menoleh ke arah Manda. "Kamu mau bareng saya Manda?"

"Ah, t-tidak terima kasih! Saya akan pergi sama keluarga saya buat cari rumah kontrakan. Saya juga mohon idzin tidak masuk kerja hari ini." Manda menjelaskan.

"Eeh! Kamu bisa tetap tinggal disini sampai rumah kamu di perbaiki," ujar Cassandra.

"Saya tidak enak hati, lagian saya juga sudah punya penghasilan sendiri, jadi kami harus bisa mandiri."

"Baiklah kalau itu keputusan kamu saya paham, tapi kalau kamu belum menemukan tempat untuk tinggal, kamu bisa tinggal lagi disini."

"I-iya. Terima kasih atas kebaikan tuan dan nona."

"Ah tidak apa."

Obrolan mereka berhenti, lalu setelah itu mereka kembali kd aktivitas masing-masing, Cassandra balik ke kamarnya untuk mengambil tas, sementara itu Manda dan keluarganya juga bersiap untuk mencari rumah kontrakan.

Saat Cassandra dan Manda serta keluarganya akan pergi, Zain sedang duduk di atas sofa sambil membaca koran, tentu saja di temani juga oleh Hans disana.

"Zain! Kami berangkat dulu!" ucap Cassandra sedikit berteriak.

"Hati-hati."

Mereka sudah pergi dengan rutinitas nya hari ini. Zain yang tadi sedang membaca koran langsung meletakan koran di tangannya, merubah posisi duduknya lebih serius lagi, Zain menatap kepergian mereka semua.

Angin sudah bertiup dan suasana sudah mulai berubah untuk saat ini, akan ada kejadian besar yang mungkin saja bisa merenggut nyawa seseorang, namun semua sudah siap, panggung sudah siap, hanya tinggal menunggu waktu yang pas dan waktu yang pas itu adalah nanti, saat matahari sudah terbenam dan hari sudah berganti menjadi malam.

* * *

...TO BE CONTINUE...

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now