Chapter 44

218 12 4
                                    

Malam yang sunyi di daerah sekitar rumah Wijaya, suasana yang sangat sunyi bahkan lebih sunyi dari biasanya, seolah kesunyian itu sengaja di buat untuk menakuti orang-orang sekitar, kesunyian yang sedikit membuat resah semua penghuni rumah termasuk Zain, sedari tadi Zain sedikit mengalami kegelisahan yang membuatnya resah.

Malam ini bisa jadi malam yang sangat berbahaya bagi keluarganya, malam ini bisa saja akan ada nyawa yang melayang sia-sia, hanya untuk keegoisan yang di buat oleh Zain, sampai situasinya menjadi semakin berbahaya seperti ini, hanya ingin menyingkirkan satu duri yang menghalangi Cassandra, Zain sampai harus sedikit mengorbankan keselamatan Cassandra dan yang lain.

Zain memanglah tipe orang yang selalu menyelesaikan semua urusannya tanpa di tunda lebih lama lagi, saat masih berada di pasukan husus, Zain selalu menyelesaikan tugasnya dengan segera, tidak ada kata menunda lagi, semua harus selesai dengan cepat, tentu saja itu juga dengan perencanaan yang matang, Zain bukan tipe orang yang sembrono.

Walau terkadang, semua yang di rencanakan itu tidak berjalan mulus, ada kalanya Zain sial juga, ada beberapa faktor yang membuat rencananya tidak berjalan dengan sempurna, tapi apa pun itu, Zain bukan tipe orang yang suka memanfaatkan orang lain sebagai batu loncatan untuk dirinya sendiri, Zain sangat setia terhadap rekan-rekan seperjuangannya.

"Tuan! Nona sudah menunggu anda di ruang keluarga," beritahu Hans.

Zain menoleh sekilas. "Apa Cassandra tidak curiga?"

"Sepertinya tidak. Apa tuan merasa cemas?"

"Ya. Saya hanya merasa sedikit bersalah kepada Cassandra."

"Tuan melakukan semua itu demi kebaikan nona. Nona pasti bisa mengerti!"

"Saya tau. Tapi saya merasa sudah gagal memegang amanah dari mendiang ayahnya, beliau berpesan agar saya menjaga Cassandra, tapi sekarang saya justru menempatkan Cassandra dalam bahaya."

"Tuan besar pasti mengerti, apa lagi masalah ini memang harus segera di selesaikan, kita sudah memberi umpan, akan sangat berbahaya kalau kita berhenti begitu saja."

"Kamu benar. Kita harus mengakhiri semua ini segera, benalu itu harus kita singkirkan."

"Itu benar. Sudah sejak lama mereka memanfaatkan kebaikan tuan besar, tuan selalu memaafkan mereka bahkan kalau mereka melakukan kesalahan fatal sekalipun. Tapi, saat ini mereka sudah keterlaluan, nona besar akan terancam keselamatannya."

"Ya. Saja juga sudah jengah, lakukanlah yang terbaik."

"Baik tuan."

Zain beranjak dari tempat duduknya, lekas setelah itu melangkahkan kaki di ikuti oleh Hans di belakangnya, keluar dari ruangan dan pergi ke arah ruang keluarga dimana Cassandra tengah berada saat ini, Cassandra tengah mengobrol bersama Manda dan keluarganya prihal masalah rumah tempat mereka tinggal sementara.

Zain masuk ke dalam ruangan dan membuat yang ada disana menoleh ke arahnya, Zain tidak memperdulikan itu dan langsung mengambil duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah jendela, pemandangan di luar sedikit terlihat jelas, gelap dan sangat sunyi.

Suasama di luar memang sudah sangat mencekam, ada hawa yang sangat tidak biasa dari itu semua, tentu saja orang biasa tidak akan pernah menyadari itu, tapi bagi Zain dan Hans yang termasuk ke dalam mantan prajurit, insting mereka mengatakan kalau malam ini tidak akan mudah untuk di lewati.

"Zain, bagaimana menurut kamu?" tanya Cassandra tiba-tiba.

Kedua alis Zain saling bertautan. "Bagiamana apanya?"

"Itu lho. Manda belum menemukan tempat tinggal sementara, jadi bagaimana kalau mereka tinggal lebih lama disini," jelas Cassandra.

"Itu terserah kamu. Tapi, aku tidak yakin malam ini akan damai." Zain mengatakan kalimat terakhir itu dengan pelan.

"Apa maksud kamu?" tanya Cassandra yang mendengar gumaman Zain.

"Tidak ada. Aku hanya berbicara sendiri." Zain memasang senyum khas di wajahnya.

Cassandra memutar kedua bola matanya malas, sikap dan senyum bodoh Zain selalu membuatnya muak, padahal dirinya sudah sering melihat senyuman itu, tapi entah kenapa setiap kali melihat itu rasanya sangat kesal dan muak.

Cassandra akhirnya lebih memilih untuk berbincang dengan Manda yang masih ada disana, Manda yang melihat itu hanya bisa menggaruk tengkuknya, tidak terlalu paham dengan jalan pikiran sepasangan suami istri itu, mereka teralu aneh untuk di sebut pasangan.

"Kenapa?" tanya Zain kala melihat Manda meliriknya.

"Ah! E-engga, maafkan saya," balas Manda.

"Sudahlah. Kamu jangan pedulikan Zain, dia itu aneh," ucap Cassandra kepada Manda.

"Aneh? K-kenapa mbak bos bilang aneh kesuami sendiri?" tanya Manda penasaran.

"Tidak ada. Zain memang aneh, apa lagi kalau dia lagi senyum, terkesan palsu."

"Eh! B-benarkah? Palsu seperti apa bos?"

"Ya gitu lah. Susah di jelasinnya."

"Oh, begitu ya mbak!"

Manda mangut-mangut, paham dengan yang di katakan oleh Cassandra, tapi benar juga apa yang di katakan oleh Cassandra, Zain terasa sangat aneh dan misterius, Manda tidak tau bahkan Manda tidak bisa mencari informasi tentang Zain, hanya ada data yang sangat sedikit.

"Haah! Munafik," gumam Zain.

Manda dan Cassandra langsung menoleh ke arah Zain.

"Maksud kamu apa? Kamu bilang aku munafik?" tanya Cassandra ketus.

"Tidak ada. Hanya saja kamu selalu bersikap seolah-olah tidak suka sama aku, tapi aslinya kamu sudah jatuh cinta sama aku," balas Zain menggoda.

"W-what?" Cassandra langsung terperanga mendengar itu. "S-siapa yang jatuh cinta sama kamu? Sok kepedean kamu!"

"Nah itu. Omongan kamu tidak sesuai dengan isi hati kamu."

"E-engga kok. A-aku..."

Cassandra tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi, mau bagaimana pun dirinya mengelak, apa yang di katakan oleh Zain itu memang benar, hatinya sudah terikat kepada Zain, justru dirinyalah yang kini merasa malu sendiri.

Ekspresi, gestur tubuh dan sorot mata Cassandra tidak akan bisa menyangkal semuanya, apa lagi di depan Zain, Zain dapat dengan mudah membaca isi hati Cassandra, bagaimana pun saat ini Zain tau kalau Cassandra sudah menyukainya.

"Benarkan?" todong Zain.

"B-benar apanya sih? Gaje banget," balas Cassandra sambil memalingkan muka ke arah lain.

"Heeh! Masih malu-malu."

"Zain! Aku sebel sama kamu."

Cassandra melipat kedua tangannya di depan dada, memalingkan muka yang sudah memerah sambil mengembungkan pipinya, Cassandra sebal dengan sikap Zain saat ini, bisa-bisanya Zain menggoda dirinya secara terang-terangan seperti itu.

Zain tersenyum melihat itu, dan tanpa di duga seseorang berbicara lewat eirphone yang selalu terpasang di telinga Zain, Zain sudah paham dan sudah mengerti dengan perkataan orang di sebrang sana.

Zain menarik napas dalam, meregangkan sedikit otot di tangannya lalu merubah posisi duduknya, sekarang Zain duduk dengan bersandar ke tepian kursi.

"Sudah di mulai," gumam Zain dengan nada serius.

Cassandra menautkan kedua alisnya bingung. "Di mulai? Apa yang di mu---"

Dor!

Perkataan Cassandra terhenti tatkala sebutir peluru tajam menghujam ke arah Zain, itu mengarah tepat ke arah kepala, namun untung Zain mengelak dan peluru itu hanya menghujam kursi yang di duduki Zain.

* * *

...TO BE CONTINUE...

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now