Chapter 39

230 13 2
                                    

Rumah sakit dini hari, tepat di depan ruangan Cassandra, Zain duduk lesu sambil bersandar di tembok, Zain sudah melakukan pekerjaan berat beberapa saat yang lalu, dan kini dirinya mulai kembali untuk menjaga sang istri tercinta, tentu saja Zain sudah mengganti pakaian miliknya, tidak mungkin kalau pakaian itu masaih di pakai mengingat bau darah yang cukup menyengat.

Zain mempercayakan sisanya kepada para orang-orangnya, mereka akan membereskan semua itu, tidak perlu ada yang di hawatirkan mengingat Zain sudah mengatur semuanya, mengantisipasi aparat penegak hukum bergerak, sudah jelas di antara mereka ada yang menjadi orang-orang Ramon.

Itu bisa di atur karna ada bantuan dari 'pak tua' yang Zain percayai, walau tidak gratis tapi Zain tidak masalah, sehebat apa pun dirinya, Zain akan kesulitan untuk menghadapi para aparat penegak hukum itu, harus ada orang yang bisa menutup mulut mereka semua.

Di sisi lain, Zain mempercayakan penjagaan di rumah sakit kepada Hans, maka dari itu Hans tidak ikut dalam aksi pembantaian tadi, kalau Zain bergerak tentu saja Hans harus menjaga Cassandra, begitu pun sebaliknya, satu orang dari mereka harus tetap ada di sisi Cassandra.

Sampai saat ini Cassandra belum sadarkan diri, entah kenapa hal itu terjadi, Zain hanya berharap kalau Cassandra segera siuman, untuk beberapa hari perusahaan di percayakan kepada Vela, Vela yang akan mengatur semuanya, terkadang juga Vela datang menengok kondisi sahabat sekaligus atasannya itu.

"Tuan!" Hans memanggil Zain.

Zain menoleh. "Pak Hans belum tidur?"

"Sudah tuan. Saya bangun cuma mau ngecek nona Cassandra," balas Hans.

Kedua alis Zain bertautan. "Memangnya pak Hans tidak jagain Cassandra?"

"Tidak tuan. Semalam ada nona Vela jenguk, katanya sekalian mau nginep ngejagain nona."

"Hmm. Cassandra belum siuman?"

"Belum tuan. Kata dokter mungkin hari ini."

"Syukurlah. Saya merasa lega dengarnya."

"Iya tuan. Oh ya, apa urusan tuan sudah selesai?"

"Iya. Sisanya di urus sama yang lain."

"Aish! Sayang sekali. Padahal saya juga ingin menghabisi mereka dengan kedua tangan saya sendiri."

"Yang lain juga pasti berpikiran sama seperti pak Hans. Tidak ada yang rela kalau bos mereka yang baik di sakitin seperti itu. Tapi, biarlah ini jadi urusan saya, mereka tidak perlu mengotori tangan mereka lagi."

"Harusnya tuan yang tidak boleh mengotori tangan tuan lagi, sekarang tuan sudah berada di jalan berbeda, sementara kami! Tugas kami memang seperti itu, secara kasat mata kami memang harus melakukan hal-hal kotor untuk melindungi bos kami."

"Hmm. Pak Hans jangan bicara seperti itu, saya tidak ingin kalian mengalami kesulitan, biar ini jadi urusan saya saja."

"Tuan memang sangat baik. Peduli kepada bawahannya sendiri."

"Sudah. Pak Hans jangan memuji saya seperti itu."

"Saya bicara apa adanya tuan. Tuan dan nona sangat baik kepada kami."

"Itu memang tugas kami berdua. Pak Hans dan yang lainnya sudah menjadi bagian dari keluarga kami."

"Huhu... Saya terharu mendengar semua itu tuan. Pak tua seperti saya masih bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga."

"Memang harus seperti itu bukan! Pak Hans orang terlama yang mengikuti pak Wijaya, tentu saja Cassandra dan saya sudah menganggap pak Hans orang tua sendiri."

"Ah, terima kasih tuan! Saya senang mendengarnya."

"Hmm. Tapi, sepertinya saya akan merepotkan pak Hans lagi kali ini."

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora