Chapter 22

283 16 2
                                    

Hari yang cerah bukan berarti petanda hari yang baik juga, semua hari memang baik namun pasti akan ada hari dimana seseorang mengalami kesialan, hari yang membuatnya seakan berat dengan berbagai kondisi yang terjadi padanya, hari dimana segala hal yang ringan akan terasa sangat berat.

Semua orang memang tidak mengharapkan kesialan, semua pasti berharap mendapat hari yang terbaik, tapi roda kehidupan selalu berputar terus, kadang di atas, kadang juga di bawah, saat kita di atas kita jangan pernah bersombong diri, namun saat kita di bawah juga jangan putus asa dan pasrah, kita harus tetap berjuang.

Memang apa yang di katakan terasa sangat gampang, tapi itu semua berat untuk di jalani, hari-hari seperti itu juga di alami oleh Cassandra, punya harta yang melimpah bukan berarti lepas dari beban pikiran, justru itu menambah beban karna banyak hal yang harus di tanggung.

Beberapa saat yang lalu, Cassandra yang di temani Vela metting bersama dewan direksi, Cassandra membungkam para dewan direksi dengan hasil kerja proyek yang ada di Bandung, awalnya Cassandra sangat percaya diri kala melihat mereka semua terdiam tidak berkutik.

Namun alih-alih memuji apa yang di kerjakan oleh pemimpinnya, lara dewan direksi justru kembali mengkritik prihal masalah peretas yang beberapa hari lalu menerobos pertahanan sistem perusahaan, Cassandra akhirnya di buat terbungkam oleh masalah itu.

Cassandra tidak mampu menjawab atau membalas, kalau pun ingin membalas pasti orang-orang di dewan direksi akan langsung menskak nya lagi, Cassandra tidak punya waktu untuk membela diri, dan akhirnya metting selesai dengan perasaan dongkol di hati Cassandra, kembali ke kantornya dan langsung membenamkan diri di meja kerjanya.

"Huuaaa!" Cassandra berteriak dan ingin menangis sejadi-jadinya.

"Nangis gak akan nyelesaian masalah para dewan Cas!" tegur Vela yang berdiri di dekatnya.

"Gue tau. Gue cuma ingin numpahin kesal di hati aja Vela," balas Cassandra dengan wajah yang sudah kusut.

"Sialan memang. Dewan direksi apaan mereka itu? Bisanya cuma ngritik bos nya sendiri, kalau perusahaan ini milik gue, gue udah pecat mereka Cas."

"Gue juga berpikir kayak gitu, tapi gue ngehargain mereka karna udah bantu bokap gue bangun nih perusahaan."

"Ngehargain sih ngehargain! Tapi kalau mereka gak ngehargain lo, buat apa lo pertahanin, mending kita ganti mereka semua."

"Ngomong sih gampang, lakuin nya yang susah Vel!"

"Gue tau. Gue juga cuma bilang seandainya doang."

"Huhu! Pala gue hampir pecah."

"Heeh! Kenapa istri ku teriak-teriak seperti itu?" Tiba-tiba saja Zain membuka pintu dan masuk ke dalam.

Cassandra langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Zain, Vela juga sama, keduanya cukup terkejut dengan kedatangan Zain ke kantor, biasanya Zain tidak pernah datang ke kantor, mereka berdua berpikir mungkin ini ada sangkut pautnya dengan masalah perusahaan.

"Zain! Kenapa kamu kesini?" tanya Cassandra yang langsung merapikan wajahnya yang kusut.

"Aku?" ulang Zain menautkan kedua aslinua bingung. "Aku cuma mampir untuk lihat istri ku saja. Tampaknya aku datang bukan di waktu yang tepat ya!"

"Eng---"

"Nah, kebetulan kamu datang Zain, kita berdua lagi pusing nih!" Vela langsung menyerobot perkataan Cassandra.

"Heeh! Ada apa? Coba cerita."

"Jadi gini..."

Vela pun bercerita prihal masalah mereka dalam metting barusan, padahal Cassandra sudah melarang tapi Vela tidak pedulikan dan menceritakan semuanya kepada Zain, Cassandra menepuk jidatnya sendiri, tidak percaya kalau Vela akan menceritakan semuanya kepada sang suami.

Cassandra bukan tidak ingin cerita, tapi dirinya lebih ke menghargai Zain dan tidak ingin merepotkan Zain lagi, sudah cukup baginya soal masalah proyek di Bandung yang sudah di selesaikan oleh Zain, Cassandra tidak ingin Zain terlibat dalam masalah ini juga, Cassandra bermaksud untuk menyelesaikannya sendiri.

"Ooh! Jadi seperti itu masalahnya! Baiklah, biar aku yang handle," kata Zain setelah mendengar cerita Vela.

"Eh! J-jangan Zain, biar aku selesaikan sendiri saja," balas Cassandra menahan niatan Zain.

"Udah lah Cas! Biar Zain bantu kita," sambung Vela.

"Enak aja. Suamiku tuh, enak banget kamu suruh-suruh Vel!"

"Dih! Hello! Setahun ini kemana aja mis? Kok baru nganggep Zain laki lo!"

"Berisik! Udah Zain, gosah dengerin Vela, masalah ini biar aku yang atasi."

"Tidak apa. Sudah lama aku tidak berkeliling di gedung ini, sekalian saja aku bantu kamu sedikit."

"T-tapi!"

"Udah elah Cas! Jangan tahan Zain, biar dia bantu dikit, mungkin masalah ini bakalan cepet kelar."

"Y-ya sudah."

Cassandra akhirnya setuju dengan saran Vela, walau pun dalam hatinya ingin sekali menyerahkan masalah ini kepada Zain, tapi ya gengsi dong kalau sampai harus jujus, beruntung Vela tau situasi dan berhasil membuat argumennya di mengerti oleh Zain, Cassandra cukup bisa bernapas lega untuk saat ini.

Tentu saja Zain langsung beranjak keluar dari kantor Cassandra, lekas ia berjalan sendirian menuju ke ruang dewan direksi, tentu saja Zain tau dimana ruangan tempat dewan direksi berada, Zain sangat hapal dengan semua ruangan yang ada di perusahaan ini.

Zain turun menggunakan lift menuju ke lantai tempat dimana para dewan direksi berada, tentu saja Zain tidak perlu memberitau mereka lebih dulu, Zain tidak perlu membuat janji, ia bebas masuk ke ruang mana pun yang ia inginkan, tentu saja orang-orang lama di perusahaan ini tau tentang Zain.

Zain akhirnya tiba di depan ruang pemimpin direksi, sudah lama Zain tidak masuk kesini, pasti banyak perubahan yang terjadi selama Zain tidak mampir kesini.

Dari dalam terdengar suara gelak tawa beberapa orang, Zain mengira kalau di dalam bukan hanya ada pemimpin direksi, tapi ada beberapa orang juga, sepertinya mereka cukup bersenang-senang.

Ckrek!

Zain membuka pintu ruangan itu tanpa permisi dan langsung membuat tawa mereka terhenti, Zain masuk dengan senyuman khasnya, tentu saja beberapa orang di dalam cukup terkejut dengan kedatangan Zain.

"Hallo semua! Sepertinya kalian cukup bersenang-senang!" sapa Zain dengan senyum khas di bibirnya.

"Heh! Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk sembarangan ke ruangan ini?" teriak salah seorang dari mereka sambil menunjuk ke arah Zain.

"Apa saya tidak boleh masuk?" tanya Zain dengan nada mengejek.

"Masih nanya? Kamu tidak lihat kami sedang si---"

Plak!

Orang yang berteriak tadi justru langsung mendapat tamparan dari pemimpin direksi, tentu saja semua yang tidak tau apa-apa terkejut bukan kepalang, mereka langsung menatap ke arah pemimpin mereka.

"P-pimpinan? K-kenapa anda..." orang yang di tampar tidak bisa melanjutkan kata-katanya karna terkejut.

"Dasar bodoh! Lebih baik kau diam! Kau mempermalukanku saja," murka pemimpin direksi yang bernama Suwiryo.

Suwiryo segera menyambut Zain, memberi hormat yang membuat semua yang disana terkejut, namun keterkejutan mereka semakin menjadi tatkala Suwiryo
memperkenalkan siapa Zain, tanpa basa-basi semuanya langsung memberi hormat.

"Lama tidak bertemu Wiryo! Saya lihat kamu semakin gendut saja," kata Zain menyapa Suwiryo.

Suwiryo menggaruk belakang kepalanya. "Ahahaha. Terima kasih atas pujiannya bos! Ngomong-ngomong ada perlu apa bos kesini?"

"Mari kita bicara di tempat lain."

"Baik bos."

* * *

...TO BE CONTINUE...

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now